Pengawasan mutu panen dilakukan dengan sortasi tandan buah sawit (TBS)
berdasarkan derajat kematangan buah. Kontribusi derajat kematangan buah
dapat menentukan mutu, rendemen dan kehilangan minyak sawit. Akan tetapi
juga dipengaruhi oleh sistem pengolahan dan kondisi pabrik. Mutu,
rendemen dan kehilangan minyak sawit sering berbeda dengan norma/standar
pabrik sehingga pabrik dikatakan bekerja secara kurang efisien. Untuk
menghasilkan rendemen dan mutu akhir yang baik dan kehilangan minyak
minimal maka dilakukan sortasi terhadap TBS yang diterima di pabrik.
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis nilai sortasi TBS,
rendemen dan mutu CPO, serta kehilangan minyak berdasarkan standar
perusahaan dan pengendalian secara statistikal selama tahun 2004, 2005,
2006 dan periode September-Oktober 2006, (2) menganalisis keeratan
hubungan nilai sortasi TBS terhadap rendemen dan mutu CPO, serta
kehilangan minyak pada PTPN VII Talo Pino pada periode SeptemberOktober
2006.
Penelitian ini merupakan studi kasus di pabrik pengolahan kelapa sawit
(PPKS) PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo Pino yang berada di Desa Pring
Baru Bengkulu Selatan, dengan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Data yang diamati adalah nilai sortasi TBS, rendemen CPO, mutu CPO
berupa asam lemak bebas (ALB) MPD, ALB CPO produksi dan kadar kotoran,
serta total kehilangan minyak harian selama periode September-Oktober
tahun 2006 dan bulanan selama tahun 2004, 2005, dan 2006 (periode
Januari-Oktober 2006). Analisa data dilakukan dengan menggunakan peta
kontrol Shewart untuk mengetahui data yang diamati terkendali secara
statistik, dan analisis korelasi linier sederhana untuk mengetahui
keeratan hubungan nilai sortasi TBS terhadap rendemen dan mutu CPO,
serta kehilangan minyak pada periode SeptemberOktober 2006 dengan SPSS
13.0 metode Enter pada taraf pengujian α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2004, 2005, 2006 bahkan
pada periode September-Oktober 2006 nilai sortasi TBS belum memenuhi
standar perusahaan namun telah terkendali secara statistik dan semakin
konsisten. Begitu juga ALB MPD, ALB CPO produksi dan kehilangan minyak
belum memenuhi standar perusahaan dan belum terkendali secara statistik,
selain kehilangan minyak pada tahun 2006. Sedangkan rendemen CPO belum
memenuhi target perusahaan pada tahun 2004 dan 2006, namun pada tahun
2006 berada dalam pengendalian statistik. Kemudian kadar kotoran CPO
belum memenuhi standar perusahaan namun terkendali secara statistik pada
tahun 2004 dan 2005. Secara umum pada tahun 2006 perusahaan telah
berhasil meningkatkan nilai sortasi TBS, rendemen dan mutu CPO, serta
kehilangan minyak mendekati standar yang ditetapkan dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Nilai sortasi TBS yang diperoleh berkorelasi negatif terhadap rendemen
CPO, kadar kotoran CPO dan kehilangan minyak dengan kontribusi
berturut-turut 3%, 1% dan 0,5%, serta berkorelasi positif terhadap ALB
MPD dan ALB CPO produksi dengan kontribusi 0,8% dan 1,7%. Secara
keseluruhan pada periode September – Oktober tahun 2006 nilai sortasi
TBS tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan mutu dan rendemen CPO
serta kehilangan minyak yang dihasilkan pada PPKS PTPN VII Talo Pino.
Hal ini disebabkan oleh faktor lain dan kondisi pabrik.
Dari penelitian tersebut diharapkan pihak perusahaan dapat meningkatkan
pengawasan terhadap penanganan penerimaan bahan baku untuk mengendalikan
kualitas TBS, dan melakukan pengendalian pada pengolahan dengan
mengurangi stagnasi panjang sehingga TBS dapat langsung diolah. Kemudian
perlu meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi rendemen dan mutu
CPO serta kehilangan minyak, sehingga dapat menghasilkan output yang
lebih baik dan sesuai dengan standar yang diharapkan.
- Panen dan angkut dlm perkebunan kelapa sawit turut menentukan kualitas tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku PMKS . Manajemen panen angkut harus memastikan TBS yang dipanen dan diolah di PKS benar-benar merupakan TBS dengan kematangan yang optimal (kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB nya minimal) • TBS hasil panen diletakkan di TPH sebelum diangkut.Selama di TPH, hasil panen akan terkena sinar matahari atau terkena air hujan mengubah temperatur dan kadar lengas dalam buah berpengaruh terhadap aktivitas fisiologis buah. • Bila angkutan atau pabrik bermasalah penundaan proses • ALB TBS sampai di loading ramp pabrik diharap < 2% • Tujuan penelitian: mempelajari pengaruh penundaan proses dan intensitas matahari terhadap penurunan kualitas TBS sebagai bahan baku minyak kelapa sawit
- 3. METODOLOGI • Rancangan percobaan adl Rancangan acak Lengkap : Faktor pertama lama penundaan proses(P) t.a 3 aras: P1= 2 jam; P2= 4 jam dan P3=6 jam. Faktor kedua intensitas penyinaran (K) t.a 3 aras, K0= intensitas penyinaran 100% (Tanpa naungan) , K1= intensitas penyinaran 75% (Plastik paranet 25%), K2= intensitas penyinaran 55% (Plastik paranet 45%) • Kadar ALB (%) = ml NaOH x N NaOH x 25,6 Berat Contoh • Kadar Lengas (%) ditentukan dengan metode gravimetri
- 4. HASIL DAN PEMBAHASAN-1 Lama penundaan proses dan intensitas sinar matahari terhadap Kadar ALB buah kelapa sawit: • penundaan proses dari 2 sampai 6 jam sudah mengakibatkan peningkatan kadar ALB . • bila penundaan lebih dari satu hari (restan), peningkatan ALB semakin banyak, terutama pada buah yang mengalami luka/memar 1.59 1.76 1.95 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2 4 6 Kadar ALB (%) tunda proses (jam) 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 Buah memar/luka Buah utuh 2 3 4 KADAR ALB (%) HARI KE
- 5. HASIL DAN PEMBAHASAN-3 • Kondisi lingkungan (paparan sinar matahari ) memberikan pengaruh terhadap kerusakan buah. Bila TBS diberi naungan, maka kadar ALB nya cenderung lebih kecil mutu TBS sebagai bahan minyak lebih dapat dipertahankan • Lama penundaan proses maupun intensitas penyinaran matahari berpengaruh terhadap kadar ALB 1.93 1.76 1.62 2.00 1.95 1.90 1.85 1.80 1.75 1.70 1.65 1.60 1.55 1.50 1.45 100 75 55 Kadar ALB (%) intensitas SM (%)
- 6. HASIL DAN PEMBAHASAN-4 Lama penundaan proses dan intensitas sinar matahari terhadap kadar lengas buah kelapa sawit: • penundaan proses sampai enam jam belum secara nyata berpengaruh terhadap kadar lengas TBS (p=0,848). Namun KA dipengaruhi oleh intensitas matahari (p=0,041). • Bila buah dipetik sudah pada fraksi 3, maka intensitas matahari dapat menyebabkan kerugian lebih karena metabolisme lebih cepat, ALB lebih tinggi. 20.9 20.6 20.2 21 21 21 20 20 20 20 2 4 6 Kadar air TBS (%) waktu tunda (jam) 22.1 20.8 18.9 23.0 22.0 21.0 20.0 19.0 18.0 17.0 100 75 55 KA (%) intensitas SM (%)
- 7. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Kualitas TBS (Kadar ALB) dipengaruhi oleh waktu tunda pengolahan TBS. Semakin lama penundaan, kadar ALB semakin besar, terutama jika buah sudah mengalami kerusakan/memar. 2. Kadar ALB TBS dipengaruhi oleh paparan sinar matahari. Intensitas sinar matahari 100 % mempengaruhi kadar ALB paling besar dibandingkan dengan intensitas sinar matahari 75% dan 55%. 3. Kadar lengas TBS dipengaruhi oleh paparan sinar matahari. Intensitas sinar matahari yg lebih besar dalam kurun waktu yg sama menyebabkan penurunan kadar lengas yang lebih besar. 4. Kadar lengas TBS tidak dipengaruhi oleh lamanya waktu tunda angkut dan pemrosesan TBS tersebut. Saran penelitian: Diteliti lebih lanjut proses fisiologi TBS (terutama terkait kadar minyak) karena kelembaban dan perlakuan lebih rinci intensitas matahari terukur. Saran penerapan: • Untuk areal yg terpapar SM langsung lebih baik TPH diberi naungan • Bila buah dipanen banyak yang luka harus secepat mungkin diproses di pabrik
0 komentar:
Posting Komentar