Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik
Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika
dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat
ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai
(Pahan, 2007).
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri
penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya
menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama
dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak
kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia, namun proyeksi ke depan memperkirakan bahwa pada
tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi pertama (Anonim, 2008). Sedangkan
menurut Ginting (1975), kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
adalah salah satu dari palma yang menghasilkan lemak untuk tujuan komersil.
Minyak sawit ini diperoleh dari pericarp (daging buah) dan dari inti biji yang
disebut minyak inti sawit. Dari sekian banyak tanaman penghasil lemak atau
minyak, kelapa sawit memberikan hasil terbanyak dan memiliki kadar kolestrol
yang rendah.
Perkebunan kelapa sawit salah satu agribisnis yang cukup
besar dan mempunyai pasar yang sangat baik di dunia karena hasil produksinya
merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat (minyak makan). Perkebunan kelapa
sawit Indonesia merupakan perkebunan nomor dua besar di Asia setelah Malaysia.
Produksi sawit Asia merupakan terbesar di dunia dan sebagian besar dikelola
oleh PTPN maupun swasta, bahkan banyak juga kebun masyarakat dan perkebunan
sawit ini telah mulai lebih kurang dua puluh lima tahun yang lalu, mulai dari
bibit sawit sampai kepada pabrik minyak (Darmawansyah,2008)
Akar tanaman kelapa sawit menyebar secara vertikal dn
horizontal mengikuti perkembangan umur tanaman. Penyebaran akar tanaman umumnya
dapat mencapai kedalaman 1-2 cm pada tanah bertektur pasir dapat mencapai
kedalaman 5 m (4). Perkembangan akar pada dasarnya ditentuhkan oleh dua faktor
yaitu energi yang tersedia dalam tubuh tanaman dan keadaan lingkungan tempat
tumbuhnya. Besar kecilnya fotosintesis dan repirasi menentuhkan faktor kedua
meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Perkembangan akar sangat menentuhkan kemampuan
tanaman dalam penyerapan hara didalam tanah. Khususnya akar tersier dan kwanter
yang berperan aktif dalam penyerapan hara yang yang disebut feeding roots.
Diameter akar tersier umumnya kurang lebih 0,2-1,2 mm. Dengan mangkin lebarnya
ruang garak perakaran berarti akar memberikan kemungkinan yang lebih
besar kepada akar untuk mendapatkan hara dalam tanah.
Penanaman kelapa sawit pada tanah mineral biasanya
merupakan lubang tanam dengan cm ukuran panjang 60 cm x lebar 60 cm x kedalaman
60 cm. Dengan sistem ini tampaknya perkembangan akar kurang bebas jika struktur
tanah gembur maka n dapatperkembangan akar akan cukup bebas dn dapat mencapai
kedalaman yang cukup dalam. Dan untuk mengatasi tanah yang pejal maka dilakukan
sistem tanam dengan lubange besar dengan ukuran 1. Ukuran lubang biasa : (0,6 x
0,6 x 0,6) m, 2. Ukuran lubang besar : lubang I : (3,6 x 3,6 x 0,5) m, lubang
II: (1,2 x 1,2 x 1,2) m 3. Ukuran lubang besar modifikasi: lubang I: (2,8 x 2,8
x 0,3 ) m lubang II: (0,8 x 0,8 x 0,8) m atau lubang tanam dibuat dengan
lubang I: (1,8 x 1,8 x 0,3) m dan lubang II: (0,8 x 0,8 x 0,8). Dengan
penambahan tandan kosong kelapa sawit (TKS) disertai dengan pupuk dapat meningkatkan
produksi kelapa sawit.
Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara
terus-menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang
berumur panjang sangatlah terbatas. Kertebatasan daya dukung lahan dalam
penyediaan hara harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan.
Usaha meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia dapat dilakukan dengan
berbagai usaha, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Dalam hal ini
pembibitan merupakan usaha permulaan keberhasilan tanaman, bibit yang dikelola
dengan baik diharapkan akan mganebannghasilkan pertumbuhan bibit yang baik,
sehat dan berproduksi tinggi. Bibit yang sehat akan mempunyai perakaran tanaman
yang baik dan kuat yang dapat mengambil unsur hara tanaman dari dalam tanah
dengan baik pula. Untuk ketersedian unsur hara di dalam tanah, maka perlu
dilakukan pemupukan dengan dosis dan cara pemberian yang tepat (Rinsema, 1988).
Selain itu juga usaha meningkatkan produksi kelapa sawit
di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai usaha, baik intensifikasi maupun
ekstensifikasi. Dalam hal ini teknik penanaman kelapa sawit dari awal penanaman
juga sangat mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit. Selain itu pemberian
tandan kosong sawit (TKS) juga sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit
hal ini menurut Darmasarkoro, et al (2000) meneliti pengaruh TKS
terhadap sifat tanah, dan pertumbuhan tanaman jagung mendapatkan bahwa
pemberian TKS dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu meningkatkan pH,K, Mg
dapat dipertukarkan dan KTK tanah.
Selain itu juga menurut (Darmosarkoro, et al,
2000). Tandan kosong sawit TKS merupakan bahan organik yang pontesial digunakan
sebagai bahan pembenah tanah, baik sebagai bahan kasar pembuatan kompos maupun
ditinjau dari jumlahnya yang banyak. Sedangkan menurut Herawan, et al
(1999). TKS mengandung : 0,029% P; 2,91% K; 0,62% Ca; 0,48% Mg; 32,77% C; 2,04%
N, C/N 16,06 kadar air 52%. Selain itu juga Ia menambahkan TKS merupakan bahan
organic yang pontesial digunakan sebagai bahan pembenah tanah, baik sebagai
bahan kasar pembuatan kompos maupun ditinjau dari jumlahnya yang banyak.
Tanah yang diaplikasikan TKS dapat meningkatkan Ph
tanah dari 5,79 menjadi 6,63 bila diberi TKS. TKS juga dapat meningkatkan kadar
C organik tanah,TKS juga dapat meningkatkan kadar N total tanah, peningkatan
tertinggi terjadi bihainasi la dikombinasikan hanya dengan 50% pupuk standar
(pupuk anorganik), meningkatkan kadar K tukar tanah ( Munar, 2006).
Perumusan Masalah
Kelapa sawit merupa komoditi andalan indonesia untuk meningkatkan
devisa nonmigas. Produksi kelapa swit yang sekarang diproduksi kurang maksimal
bila dimandingkan dengan negara tetangga terutama malaysia. Ini disebabkan
budidaya penanaman kelapa sawit kurang diperhatikan. Pola tanam kelapa sawit
yang selama ini dilakukan dengan menanam pada lubang kecil dan tanpa pemberian
pupuk organik. Selain itu penanaman kelapa sawit dengan lubang biasa
produktifitasnya lama hingga 36 bulan.
Hilangnya pupuk yang diberikan sering kali hilang karena terbawah air dengan
teknik penanaman dengan lubang besar, daerah tebar pupuk tersedia, sehingga
kehilangan pupuk relatif lebih kecil. Kelapa sawit merupakan tanaman yang
memerukan air yang banyak untuk menjaga ketersedian air, tandan kosong
sawit mampu menyerap air.
Tujuan
Dengan teknik lubang besar deharapkan mampu meningkatkan
produksi dan memperpendek masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dari 36 bulan
menjadi 24 bulan, sehingga akan mengurangi masa investasi.
Hasil Penelitian
Tabel 1. Produktivitas kelapa sawit dengan lubang besar
Tahun
|
Produktivitas (Kg/ha)
|
1999
|
9.676
|
2000
|
15.838
|
2001
|
19.818
|
2002
|
21.673
|
2003
|
25.266
|
2004
|
24.185
|
2005
|
26.767
|
2006
|
24.762
|
2007 (RKAP)
|
27.000
|
Sumber. PTPN3 Kebun Rambutan Tebing Tinggi
Grafik
Perbandingan Produktifitas (Kg/ha) Pola Tanam
Lubang
besar VS Lubang Bi
Sumber. PTPN3Kebun Rambutan Tebing Tinggi
Pembahasan
Pembukaan lahan (Land
Clearing) adalah tahapan kegiatan awal dalam usaha perkebunan kelapa sawit.
Sebelum perkerjaan Land Clearing dilaksanakan , semua areal baik TB, TU dan TK
terlebih dahulu dilaksanakan survai pendahuluan berupa ritisan pengukuran
areal, situasi vegetasi dan tofografi lahan. Dari hasil survai pendahuluan akan
dapat dipakai sebagai dasar untuk penyesuaian jadwal kerja, persiapan kebutuhan
alat/bahan maupun biaya operasionalnya. Jenis vegetasi diklasifikasikan berupa
hutan primer, sekunder, semak belukar dan lalang.
Land Clearing sebenarnya bertujuan untk membersihkan areal semaksimalnya,
sehingga cara yang lebih muda dan murah biaya setelah penumbangan akan dibakar
sampai menjadi abu. Akan tetapi segala jenis pembakaran dilarang keras oleh
pemeretah sesuai dengan surat keputusan Dirjen. Perkebunan Nomor :P
38/KB.110/SK/DJ.Bun/05.95, yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan dan
masyrakat.
Luas areal penanaman kelapa sawit dengan lubang besar di
PTPN3 seluas 54,80 ha. Dengan jarak tanam 9,09 m x 8,33 m (132 pohon/ha),
penanaman kelapa sawit dengan lubang besar terlebih dahulu lahan diolah tanpa
olah tanah (TOT) kemudian pembuatan lubang dibuat dengan implementasi lapangan
yaitu: 1. Ukuran lubang biasa : (0,6 x 0,6 x 0,6) m, 2. Ukuran lubang besar :
lubang I : (3,6 x 3,6 x 0,5) m, lubang II: (1,2 x 1,2 x 1,2) m 3. Ukuran lubang
besar modifikasi: lubang I: (2,8 x 2,8 x 0,3 ) m lubang II: (0,8 x 0,8 x
0,8) m atau lubang tanam dibuat dengan lubang I: (1,8 x 1,8 x 0,3) m dan lubang
II: (0,8 x 0,8 x 0,8) m.
Pembuatan lubang dilakukan dengan cara yaitu tanah top
soil (3,6 x 3,6 x 0,5) m diorek dan ditempatkan disebelah timur lubang dan
tanah sub soil disebelah barat lubang, tkemudian tanah dibiarkan selama 21
hari, tanah top soil diisi ke dalam lubang ukuran (1,2 x 12, 1,2) dengan
pemperian pupuk dengan dosis pupuk per lubangnya yaitu pupuk Rock Phosphate
(RP) : 2 kg/ pohon sedangkan tandan kosong kelapa sawit 300 – 350
Kg/pohon/tahun atau 100 kg kompos/pohon/tahun setelah penanaman.
Pertumbuhan awal tanaman di lapang sangat menentukan
pertumbuhan selanjutnya. Pembuatan lubang tanam bertujuan mempercepat pertumbuhan
bibit pada fase awal, sehingga tanaman tumbuh kekar dan kuat menghadapi cekaman
lingkungan. Menurut Pahan (2007) Pembuatan
lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis. Sistem tanam yang
diajurkan yaitu membuat lubang tanam 1 bulan sebelum tanam. Hal ini berujuan
untuk mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang dibuat.
Pengontrolan ukuran ini perlu dilakukan karena ukuran lubang merupakan salah
satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit. Selain untuk meletakkan bibit
di lapangan, pembuatan lubang tanam juga bertujuan untuk menggemburkan struktur
tanah sehingga penyerapan unsur hara yang diberikan (pupuk) menjadi lebih cepat
dan mudah tersedia bagi tanaman.
Selain itu juga dampak teknis dari pembuatan lubang
besar yaitu kerukan sedalam 30 – 50 cm, merupakan suatu penompang yang dapat
menahan air hujan, daerah tebar pupuk tersedia, sehingga kemungkinan kehilangan
pupuk relatif kecil, dengan lubang tanam yang seluruhnya diisi dengan top soil,
sehingga akar tumbuh lebih cepat, pengapan air tanah berkurang selain itu juga
adanya tambahan unsur hara dari tandan kosong/kompos akan menambah pertumbuhan
tanaman. Menurut Munar (2006), tanah yang diaplikasikan kompos TKS meningkat pH
nya dari 5,79 menjadi 6, 63 bila diberi kompos TKS selain itu kompos TKS juga
dapat meningkatkan C organic tanah.
Dari grafik dapat dilhat bahwa produksi kelapa sawit
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pola tanam biasa. Hal ini menujukan bahwa
pengunaan pola tanam dengan lubang besar sangatlah efektif selain itu
juga pemberian TKS juga sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit dimana TKS
mampu memberikan bahan organik tanah.
Kesimpulan
Penanaman kelapan sawit dengan lubang besar dapat meningkatkan produksi kelapa
sawit, pemberian TKS juga sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit karena
pengunaan lubang besar dan pemberian TKS dapat miningkatkan kesuburan tanah
0 komentar:
Posting Komentar