KGI-PALM KAMI MENGERTI NILAI HIDUP , PENYEDIA PALM OIL GO GREEN

Kamis, 29 Januari 2015

prospec



Nusa Dua - Foreign Agricultural Services, USDA Chris Rittgers mengungkapkan, perang dagang AS-Tiongkok akan berdampak pada penurunan aktivitas ekspor-impor kacang kedelai. Sejak perang dagang dimulai, Cina memboikot impor kacang kedelai dari Amerika lalu mengalihkan aktivitas impor mereka ke Brasil. Pemerintahan Tiongkok memprediksi akan terjadinya pengurangan impor kacang kedelai di tahun 2018-2019 dari 93.9 juta ke 83.7 juta ton.
“Kebijakan pengurangan impor kedelai tersebut mendorong pemerintah Tiongkok untuk mencari alternatif minyak nabati lain. Dan sudah barang tentu, pilihannya jatuh kepada sawit di Indonesia,,” kata Chris di Nusa Dua Bali, Jumat (2/11). Namun demikian, Chris memastikan, keputusan itu akan menekan harga kedelai. Sebaliknya justru memberikan keuntungan tersendiri bagi AS yaitu bertambahnya stok komoditas kedelai di tengah harga dan permintaan kacang kedelai yang semakin meninggi.
Pernyataan senada dikemukakan Dr James Fry, Chairman dari LMC International, Oxford, UK. Fry menilai kebijakan Trump, memang sedikit mempengaruhi harga minyak kedelai, namun di sisi lain juga menekan harga CPO karena harga minyak bumi (Brent) ikut terkoreksi.
Patokan utama dari harga CPO adalah Brent. Harga Brent yang menetapkan rentang perdagangan untuk minyak nabati di atas minyak mentah, serta tata cara penjualan palm methyl ester (biodiesel) sangat mempengaruhi CPO premium melalui tingkat stok minyak sawit. Namun demikian, Fry memastikan korban terbesar dari perang dagang yang dilakukan Trump adalah petani kedelai di Amerika. “Pendapatan mereka akan berkurang hingga lebih dari 20%.”
Hanya saja, pada satu sisi, petani juga diuntungkan karena harga kedelai di Amerika Selatan meningkat akibat berkurangnya panen di Argentina. Persoalannya kebijakan biofuel telah memperparah masalah di sektor kedelai dengan memotong mandat biofuel yang efektif, AS juga melakukan sanksi dan embargo terhadap tiga produsen minyak bumi terbesar, yakni Iran, Venezuela dan Rusia, hanya berdampak sedikit pada stok minyak mentah dunia.
Hal ini berimplikasi pada harga minyak mentah yang diperkirakan turun lagi dari level yang sebelumnya. Ini berarti produsen CPO harus berharap pada premium harga yang lebih tinggi untuk harga minyak sayur dibandingkan harga Brent.


keuangan

Detail Produk Peluang Usaha Budidaya Kelapa Sawit Dan Analisa Usahanya

Peluang Usaha Budidaya Kelapa Sawit Dan Analisa Usahanya
Anda memiliki lahan kosong! Bingung mau dipakai buat apa! Atau ingin memanfaatkannya untuk menanam jenis tanaman, namun bingung jenis tanaman apa yang pas untuk lahan Anda dan ingin cara perawatannya yang mudah. Mungkin Anda bisa memilih tanaman kelapa sawit. Peluang usaha budidaya kelapa sawit memang dari waktu ke waktu sangat menguntungkan. Harga komoditas kelapa sawit memang seiring waktu terus meningkat. Banyak masyarakat yang tertarik untuk budidaya kelapa sawit dengan keuntungan yang diperoleh. Dari segi sektor perkebunan memang kelapa sawit menyumbanhkan devisa tertinggi. Bisnis kelapa sawit tentunya sangat potensial dengan prospek yang cerah. Tawaran laba bisni kelapa sawit memang tidak main-main. Sehingga bisnis budidaya kelapa sawit ini sangat popular. Mungkin Anda tertarik untuk terjun ke dalam bisnis kelapa sawit! Jika iya Anda harus tahu keuntungan –keuntungan dari bisnis kelapa sawit yakni laba hingga tiga kali lipat, modal investasinya cepat balik, harga kelapa sawit selalu naik,  dan rentang harganya bersifat stabil. Menarik bukan jika Anda menerjuni bisnis kelapa sawit ini, jika Anda tertarik maka dapat membaca ulasannya di bawah ini :
Memulai bisnis budidaya kelapa sawit
Bisnis kelapa sawit memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati. Begitupun dengan bisnis budidaya kelapa sawit yang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan. Untuk memulai bisnis budidaya kelapa sawit ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis budidaya kelapa sawit di rumah.
Pelaku bisnis budidaya kelapa sawit
Bisnis budidaya kelapa sawit ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang. Anda yang kini bingung mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan kemauan dan minat yang tinggi maka bisnis budidaya kelapa sawit ini dapat Anda jalankan dengan mudah.
Konsumen bisnis budidaya kelapa sawit
Konsumen budidaya kelapa sawit memang tidaklah sulit, konsumen budidaya kelapa sawit cukup besar mulai dari pabrik rumahan hingga besar.
Peralatan bisnis budidaya kelapa sawit
Dalam bisnis budidaya kelapa sawit membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya gerobak dorong, golok, cangkul, wadah, alat penjahit karung, pompa, timba dan lainnya. Dengan adanya peralatan tersebut maka bisnis budidaya kelapa sawit makin maksimal.
Lokasi strategis dalam berjualan budidaya kelapa sawit
Dalam berjualan budidaya kelapa sawit, Anda bisa memasarkannya dengan cara menjualnya ke pengepul atau langsung di ekspor ke luar negeri.
Karyawan bisnis budidaya kelapa sawit
Karyawan dalam menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit bisa menggunakan satu orang dahulu dalam permulaan.
Harga jual budidaya kelapa sawit
Patokan harga untuk budidaya kelapa sawit dapat Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai Rp 1500. Ini tergantung dari harga kelapa sawit yang ada di pasaran.
Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit
Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya kelapa sawit ini yakni merupakan bisnis perkebunan yang paling banyak diminati karena mengutungkan.
Kekurangan bisnis budidaya kelapa sawit
Segi kekurangan bisnis budidaya kelapa sawit ialah budidaya kelapa sawit memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan ketat.
Analisa bisnis budidaya kelapa sawit
Investasi
Peralatan
 Harga 
sewa lahan
 Rp.
    2.560.000
gerobak dorong
 Rp.
      1.513.000
bibit kelapa sawit
 Rp.
    2.750.000
golok
 Rp.
       130.000
cangkul
 Rp.
         331.500
wadah
 Rp.
         92.000
alat penjahit karung
 Rp.
         122.500
pompa
 Rp.
       350.500
timba
 Rp.
         82.000
Peralatan tambahan yang lainnya
 Rp.
         192.500
 Jumlah Investasi
 Rp.
  8.124.000

Biaya Operasional per Bulan
 Biaya Tetap
 Nilai
Penyusutan sewa lahan 1/12 x Rp. 2.560.000
 Rp.
         213.333
Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp 1.513.000
 Rp.
           24.403
Penyusutan bibit kelapa sawit 1/44 x Rp 2.750.000
 Rp.
             3.409
Penyusutan golok 1/62 x Rp. 130.000
 Rp.
             2.097
Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. 331.500
 Rp.
             7.534
Penyusutan wadah 1/44 x Rp. 92.000
 Rp.
             2.091
.Penyusutan alat penjahit karung 1/62 x Rp 122.500
 Rp.
             1.976
Penyusutan pompa 1/62 x Rp 350.500
 Rp.
             5.653
Penyusutan timba 1/44 x Rp. 82.000
 Rp.
             1.636
 Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. 192.500
 Rp.
             3.105
 gaji karyawan
 Rp.
    2.000.000
 Total Biaya Tetap
 Rp.
 2.265.238

Biaya Variabel
obat-obatan
 Rp.
   30.000
 x
  30
 =
 Rp.
     900.000
pupuk
 Rp.
   25.000
 x
  30
 =
 Rp.
      750.000
karung
 Rp.
   25.000
 x
  30
 =
 Rp.
      750.000
tali rafia
 Rp.
   18.000
 x
  30
 =
 Rp.
      540.000
pembasmi hama
 Rp.
   26.000
 x
  30
 =
 Rp.
      780.000
Biaya transportasi
 Rp.
   80.000
 x
  30
 =
 Rp.
   2.400.000
pengemas
 Rp.
   20.000
 x
  30
 =
 Rp.
     600.000
 BBM
 Rp.
   25.000
 x
  30
 =
 Rp.
      750.000
 Total Biaya Variabel
 Rp.
 7.470.000

Total Biaya Operasional
 Biaya tetap + biaya variabel =
 Rp.
  9.735.238

Pendapatan per Bulan
 330
 kg
 x
 Rp.
  1.500
 =
 Rp.
     495.000
Rp.
   495.000
 x
   30
 hr
 =
 Rp.
 14.850.000

Keuntungan per Bulan
 Laba    = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
 Rp.
   14.850.000
 –
9.735.238
 =
 Rp.
       5.114.762

Lama Balik Modal
Total Investasi / Keuntungan =
 Rp.
8.124.000
 :
        5.114.762
 =
            2
 bln
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya kelapa sawit sangat menguntungkan dimana modal Rp 8.124.000 dengan kentungan per bulan Rp 5.114.762 dan balik modal dalam 2  bulan.
http://www.agrowindo.com/wp-content/uploads/2017/05/mesin-jahit-karung-agrowindo.jpgBisnis budidaya kelapa sawit ini tidak dapat berjalan maksimal jika tidak menggunakan mesin jahit karung dalam pengemasannya. Pemakaian dari mesin jahit karung dibutuhkan agar proses pengemasan untuk pemanenan budidaya kelapa sawit berjalan lancar dan efektif. Kinerja mesin jahit karung yakni menjahit karung plastik dan goni dengan langkah mudah dan praktis. Tampilan mesin jahit karung sangat modern dimana kinerjanya sangat handal dan berjalan begitu cepat. Mengemas panen budidaya kelapa sawit semakin mudah dan praktis dengan hadirnya mesin jahit karung. Dibandingkan cara mengemas secara manual memang menggunakan mesin jahit karung tampil unggul juga sangat efektif. Mesin untuk mengemas hasil panen budidaya kelapa sawit dengan hasil yang memuaskan dapat Anda miliki langsung lewat Toko Mesin Maksindo. Mesin jahit karung dari maksindo tersedia dengan kualitas mumpuni.
Demikian tadi ulasan peluang usaha budidaya kelapa sawit dan analisa bisnisnya yang bisa dijadikan referensi memulai bisnis budidaya kelapa sawit tersebut. Tertarik mencoba bisnis budidaya kelapa sawit ? Bisnis budidaya kelapa sawit menjadi pilihan bisnis sangat menjanjikan. Dalam menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit jangan lupa untuk menggunakan mesin jahit karung agar bisnis berjalan lancar juga maksimal. Semoga informasi mengenai peluang dari bisnis budidaya kelapa sawit tersebut dapat bermanfaat

laporan keuangan
kinerja

Kinerja Industri Sawit Diramal Kinclong Berkat B20 2019 Nanti

CNN Indonesia | Sabtu, 03/11/2018 10:25 WIB
Bagikan :    
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Prospek industri kelapa sawit diperkirakan lebih cerah pada tahun depan. Kinerja akan ditopang oleh pelaksanaan mandatori kebijakan biodiesel 20 persen (B20).

Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang memperkirakan harga sawit akan membaik di tahun depan dari kisaran US$540-550 per metrik ton menjadi US$600-650 per metrik ton. Kenaikan harga akan didorong oleh meningkatnya permintaan seiring turunnya stok meski produksi diramal meningkat.

"Implementasi B20 akan menjadi pendorong utama minyak sawit tahun depan," ujar Togar dalam Konferensi Sawit Internasional (IPOC) 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (2/11).


Togar memperkirakan produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit (CPO dan PKO) pada tahun depan mencapai 51,59 juta metrik ton. Produksi ini meningkat sekitar 11 persen dibandingkan proyeksi tahun lalu yang mencapai 46,86 juta metrik ton.
Lihat juga:
Kenaikan produksi ini antara lain akan diserap oleh kenaikan kebutuhan biodiesel domestik dari 3,73 juta metrik ton tahun ini menjadi sekitar 5,5 juta metrik ton. Volume ekspor CPO dan PKO juga diperkirakan akan naik dari 31,65 juta metrik ton menjadi 34,43 juta metrik ton.

Ekspor oleochemical naik dari 1,1 juta metrik ton menjadi 1,2 juta metrik ton. Konsumsi domestik diperkirakan meningkat dari 9,5 juta metrik ton menjadi 9,97 juta metrik ton, ekspor biodiesel. Sementara ekspor biodiesel diperkirakan turun dari 1,72 juta metrik ton menjadi 1 juta metrik ton dan stok akhir turun dari 3,35 juta metrik ton menjadi 2,84 juta metrik ton.

"Penurunan stok ini akan mendorong kenaikan harga," terang dia.

Togar bahkan optimis kebutuhan konsumsi biodiesel bisa lebih tinggi dari proyeksi 5,5 juta metrik ton, seiring implementasi B20 yang sudah dapat berlaku penuh sepanjang tahun.

Chairman dari LMC International James Fry juga memperkirakan permintaan CPO akan meningkat seiring dengan kenaikan permintaan biodiesel yang diperkirakan meningkat signifikan pada tahun depan.
Lihat juga:
"Saya perkirakan permintaan akan naik didorong kebijakan biodiesel Indonesia. Stok minyak sawit Malaysia juga diperkirakan akan mencapai puncaknya mendekati akhir tahun dan turun sekitar 750 ribu ton pada Desember hingga Juni 2019," terangnya.

Ia pun memperkirakan harga CPO yang saat ini lebih murah US$50 per ton berpeluang berbalik arah menjadi lebih mahal US$150 per ton dari harga minyak mentah Brent pada tahun depan. Selain didorong oleh kenaikan harga CPO, kondisi ini juga didorong oleh penurunan harga minyak.

Sementara Dorab E Mistry, Direktur Godrej Internasional memperkirakan kenaikan harga sawit pada tahun depan akan lebih banyak didorong oleh turunnya produksi seiring siklus. Ia pun mengingkatkan agar industri sawit di Indonesia tak hanya mengandalkan biodiesel untuk menyerap produksi.

"Jika harga minyak bumi turun dan (harga) biodisel menjadi tidak lagi atraktif. Ini berarti subsidi menjadi solusi. Kondisi ini suatu saat akan menjadi masalah bagi industri minyak nabati. Saya perkirakan ini akan terjadi," pungkasnya.
Lihat juga:

kinerja koperasi

MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA

Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit di Indonesia
Hanya beberapa industri di Indonesia yang menunjukkan perkembangan secepat industri minyak kelapa sawit selama 20 tahun terakhir. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga dari pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia (dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya kelapa sawit).
Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor. Negara-negara tujuan ekspor yang paling penting adalah RRT, India, Pakistan, Malaysia, dan Belanda. Walaupun angkanya sangat tidak signifikan, Indonesia juga mengimpor minyak sawit, terutama dari India.
Memang mayoritas dari minyak sawit yang diproduksi di Indonesia diekspor (lihat tabel di bawah). Namun, karena populasi Indonesia terus bertumbuh (disertai kelas menengah yang berkembang pesat) dan dukungan pemerintah untuk program biodiesel, permintaan minyak sawit domestik di Indonesia juga terus berkembang. Meningkatnya permintaan minyak sawit dalam negeri sebenarnya bisa berarti bahwa pengiriman minyak sawit mentah dari Indonesia akan mandek di tahun-tahun mendatang jika pemerintah Indonesia tetap berkomitmen terhadap moratorium konversi lahan gambut (baca lebih lanjut di bawah).
Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:

2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Produksi
(juta ton)
 19.2
 19.4
 21.8
 23.5
 26.5
 30.0
 31.5
 32.5
 32.0
Export
(juta ton)
 15.1
 17.1
 17.1
 17.6
 18.2
 22.4
 21.7
 26.4
 27.0
Export
(dollar AS)
 15.6
 10.0
 16.4
 20.2
 21.6
 20.6
 21.1
 18.6
 18.6
Luas Areal
(juta ha)
 n.a.
 n.a.
 n.a.
 n.a.
  9.6
 10.5
 10.7
 11.4
 11.8
Sumber: Indonesian Palm Oil Producers Association (Gapki) & Indonesian Ministry of Agriculture
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit naik drastis selama satu dekade terakhir. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan Indonesia bisa memproduksi paling tidak 40 juta ton kelapa sawit per tahun mulai dari tahun 2020.
Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci bagi perekonomian Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa yang penting dan industri ini memberikan kesempatan kerjabagi jutaan orang Indonesia. Dalam hal pertanian, minyak sawit merupakan industri terpenting di Indonesia yang menyumbang di antara 1,5 - 2,5 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB).
Hampir 70% perkebunan kelapa sawit terletak di Sumatra, tempat industri ini dimulai sejak masa kolonial Belanda. Sebagian besar dari sisanya - sekitar 30% - berada di pulau Kalimantan.
1. Sumatra
2. Kalimantan
Dalam hal geografi, Riau adalah produsen minyak sawit terbesar di Indonesia, disusul oleh Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 11.9 juta hektar; hampir tiga kali lipat dari luas area di tahun 2000 waktu sekitar 4 juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit. Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memainkan peran yang sangat sederhana di sektor kelapa sawit Indonesia karena mereka memiliki perkebunan yang relatif sedikit, sementara perusahaan-perusahaan swasta besar (misalnya, Wilmar Group dan Sinar Mas Group) dominan karena menghasilkan sedikit lebih dari setengah dari total produksi minyak sawit di Indonesia. Para petani skala kecil memproduksi sekitar 40 persen dari total produksi Indonesia. Namun kebanyakan petani kecil ini sangat rentan keadaannya apabila terjadi penurunan harga minyak kelapa sawit dunia karena mereka tidak dapat menikmati cadangan uang tunai (atau pinjaman bank) seperti yang dinikmati perusahaan besar.
Siapa yang Memiliki Perkebunan Minyak Sawit di Indonesia?
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia (contohnya Unilever Indonesia) telah atau sedang melakukan investasi-investasi untuk meningkatkan kapasitas penyulingan minyak sawit. Hal ini sesuai dengan ambisi Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari sumber daya alam dalam negeri. Indonesia selama ini berfokus (dan tergantung) pada ekspor minyak sawit mentah (dan bahan baku mentah lainnya) namun selama beberapa tahun terakhir ini mau mendorong proses pengolahan produk sumber daya alam supaya memiliki harga jual yang lebih tinggi (dan yang berfungsi sebagai penyangga saat meluncurnya harga minyak sawit. Kapasitas penyulingan di Indonesia melompat menjadi 45 juta ton per tahun pada awal 2015, naik dari 30,7 juta ton pada tahun 2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton.
Kebijakan Pajak Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Untuk meningkatkan perkembangan di industri hilir sektor kelapa sawit, pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah dipotong dalam beberapa tahun belakangan ini. Sementara itu, pajak ekspor minyak sawit mentah (CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga minyak sawit internasional. Indonesia memiliki 'mekanisme otomatis' sehingga ketika harga CPO acuan Pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan internasional) jatuh di bawah 750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, pajak ekspor dipotong menjadi 0%. Ini terjadi di antara Oktober 2014 dan Mei 2016 waktu harga acuan ini jatuh di bawah 750 dollar AS per metrik ton.
Masalahnya, bebas pajak ekspor berarti Pemerintah kehilangan sebagian besar pendapatan pajak ekspor (yang sangat dibutuhkan) dari industri minyak sawit. Maka Pemerintah memutuskan untuk mengintroduksi pungutan ekspor minyak sawit di pertengahan 2015. Pungutan sebesar 50 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton diterapkan untuk ekspor minyak sawit mentah dan pungutan senilai 30 dollar AS per metrik ton ditetapkan untuk ekspor produk-produk minyak sawit olahan. Pendapatan dari pungutan baru ini digunakan (sebagian) untuk mendanai program subsidi biodiesel Pemerintah.
-------------------------
Apa lima faktor yang mempengaruhi harga minyak kelapa sawit?
(1) permintaan & persediaan
(2) harga minyak nabati lain (terutama kedelai)
(3) cuaca
(4) kebijakan impor negara-negara yang mengimpor minyak kelapa sawit
(5) perubahan dalam kebijakan pajak dan pungutan ekspor/impor
-------------------------
Pada Februari 2015, Pemerintah mengumumkan kenaikan subsidi biofuel dari Rp 1.500 per liter menjadi Rp 4.000 per liter, sebuah upaya untuk melindungi para produsen biofuel domestik. Melalui program biodiesel ini, Pemerintah mengkompensasi para produsen karena perbedaan harga antara diesel biasa dan biodiesel yang terjadi akibat rendahnya harga minyak mentah dunia (sejak pertengahan 2014). Selain untuk mendanai subsidi ini, hasil dari pungutan ekspor juga disalurkan untuk penanaman kembali, penelitian, dan pengembangan sumberdaya manusia di industri minyak sawit Indonesia.
Isu-Isu Lingkungan Hidup Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah sering dikritik kelompok-kelompok pencinta lingkungan hidup karena terlalu banyak memberikan ruang untuk perkebunan kelapa sawit (yang berdampak pada penggundulan hutan dan penghancuran lahan bakau). Maka - dan sejalan dengan semakin banyaknya perusahaan internasional yang mencari minyak sawit ramah lingkungan sesuai dengan kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil - perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan. Para pemerintah negara-negara Barat (misalnya Uni Eropa) telah membuat aturan-aturan hukum yang lebih ketat mengenai produk-produk impor yang mengandung minyak sawit, dan karena itu mendorong produksi minyak sawit yang ramah lingkungan.
Pada tahun 2011, Indonesia medirikan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing global dari minyak sawit Indonesia dan mengaturnya dalam aturan-aturan ramah lingkungan yang lebih ketat. Semua produsen minyak sawit di Indonesia didorong untuk mendapatkan sertifikasi ISPO. Namun, ISPO ini tidak diakui secara internasional.
Moratorium Mengenai Konsesi Baru Hutan Perawan
Pemerintah Indonesia menandatangani moratorium berjangka waktu dua tahun mengenai hutan primer yang mulai berlaku 20 Mei 2011 dan selesai masa berlakunya pada Mei 2013. Setelah habis masa berlakunya, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memperpanjang moratorium ke dua tahun selanjutnya. Moratorium ini mengimplikasikan pemberhentian sementara dari pemberian izin-izin baru untuk menggunakan area hutan hujan tropis dan lahan bakau di Indonesia. Sebagai gantinya Indonesia menerima paket 1 milyar dollar AS dari Norwegia. Pada beberapa kesempatan, media internasional melaporkan bahwa moratorium ini telah dilanggar oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Kendati begitu, moratorium ini berhasil membatasi - untuk sementara - ekspansi perkebunan-perkebunan sawit. Pihak-pihak yang skeptis terhadap moratorium tersebut menunjukkan bahwa sebelum penerapannya Pemerintah Indonesia telah memberikan konsesi tanah seluas 9 juta hektar untuk lahan baru. Selain itu, perusahaan-perusahaan besar minyak sawit masih memiliki lahan luas yang baru setengahnya ditanami, berarti masih banyak ruang untuk ekspansi. Pada Mei 2015, Presiden Joko Widodo kembali memperpanjang moratorium ini untuk periode 2 tahun.
Prospek Masa Depan Industri Minyak Sawit di Indonesia
Era Boom Komoditi 2000-an membawa berkat bagi Indonesia karena berlimpahnya sumberdaya alam negara ini. Harga minyak sawit naik tajam setelah tahun 2005 namun krisis global menyebabkan penurunan tajam harga CPO di tahun 2008. Terjadi rebound yang kuat namun setelah tahun 2011 harga CPO telah melemah, terutama karena permintaan dari RRT telah menurun, sementara rendahnya harga minyak mentah (sejak pertengahan 2014) mengurangi permintaan biofuel berbahan baku minyak sawit. Karena itu, prospek industri minyak sawit suram dalam jangka waktu pendek, terutama karena Indonesia masih terlalu bergantung pada CPO dibandingkan produk-produk minyak sawit olahan.
Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
 Margin laba yang besar, sementara komoditi ini mudah diproduksi
 Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan jumlah penduduk global
 Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling murah di dunia
 Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati
 Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara penggunaan besin diperkirakan akan berkurang
Masalah-masalah apa yang menghalangi perkembangan industri minyak sawit dunia?
 Kesadaran bahwa penting untuk membuat lebih banyak kebijakan ramah lingkungan
 Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan kepemilikan tanah
 Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan
 Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya 
kualitas dan kuantitas infrastruktur
Update terakhir: 26 Juni 2017

BAGI



0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger