Nusa Dua - Foreign Agricultural
Services, USDA Chris Rittgers mengungkapkan, perang dagang AS-Tiongkok akan
berdampak pada penurunan aktivitas ekspor-impor kacang kedelai. Sejak perang
dagang dimulai, Cina memboikot impor kacang kedelai dari Amerika lalu mengalihkan
aktivitas impor mereka ke Brasil. Pemerintahan Tiongkok memprediksi akan
terjadinya pengurangan impor kacang kedelai di tahun 2018-2019 dari 93.9 juta
ke 83.7 juta ton.
“Kebijakan
pengurangan impor kedelai tersebut mendorong pemerintah Tiongkok untuk mencari
alternatif minyak nabati lain. Dan sudah barang tentu, pilihannya jatuh kepada
sawit di Indonesia,,” kata Chris di Nusa Dua Bali, Jumat (2/11). Namun
demikian, Chris memastikan, keputusan itu akan menekan harga kedelai.
Sebaliknya justru memberikan keuntungan tersendiri bagi AS yaitu bertambahnya
stok komoditas kedelai di tengah harga dan permintaan kacang kedelai yang
semakin meninggi.
Pernyataan senada
dikemukakan Dr James Fry, Chairman dari LMC International, Oxford, UK. Fry
menilai kebijakan Trump, memang sedikit mempengaruhi harga minyak kedelai,
namun di sisi lain juga menekan harga CPO karena harga minyak bumi (Brent) ikut
terkoreksi.
Patokan utama dari
harga CPO adalah Brent. Harga Brent yang menetapkan rentang perdagangan untuk
minyak nabati di atas minyak mentah, serta tata cara penjualan palm methyl
ester (biodiesel) sangat mempengaruhi CPO premium melalui tingkat stok minyak
sawit. Namun demikian, Fry memastikan korban terbesar dari perang dagang yang
dilakukan Trump adalah petani kedelai di Amerika. “Pendapatan mereka akan
berkurang hingga lebih dari 20%.”
Hanya saja, pada satu
sisi, petani juga diuntungkan karena harga kedelai di Amerika Selatan meningkat
akibat berkurangnya panen di Argentina. Persoalannya kebijakan biofuel telah
memperparah masalah di sektor kedelai dengan memotong mandat biofuel yang
efektif, AS juga melakukan sanksi dan embargo terhadap tiga produsen minyak
bumi terbesar, yakni Iran, Venezuela dan Rusia, hanya berdampak sedikit pada
stok minyak mentah dunia.
Hal ini berimplikasi
pada harga minyak mentah yang diperkirakan turun lagi dari level yang
sebelumnya. Ini berarti produsen CPO harus berharap pada premium harga yang
lebih tinggi untuk harga minyak sayur dibandingkan harga Brent.
keuangan
Detail Produk Peluang Usaha Budidaya
Kelapa Sawit Dan Analisa Usahanya
Anda memiliki lahan kosong! Bingung mau dipakai buat apa! Atau
ingin memanfaatkannya untuk menanam jenis tanaman, namun bingung jenis tanaman
apa yang pas untuk lahan Anda dan ingin cara perawatannya yang mudah. Mungkin
Anda bisa memilih tanaman kelapa sawit. Peluang usaha budidaya kelapa sawit memang
dari waktu ke waktu sangat menguntungkan. Harga komoditas kelapa sawit memang
seiring waktu terus meningkat. Banyak masyarakat yang tertarik untuk budidaya
kelapa sawit dengan keuntungan yang diperoleh. Dari segi sektor perkebunan
memang kelapa sawit menyumbanhkan devisa tertinggi. Bisnis kelapa sawit
tentunya sangat potensial dengan prospek yang cerah. Tawaran laba bisni kelapa
sawit memang tidak main-main. Sehingga bisnis budidaya kelapa sawit ini sangat
popular. Mungkin Anda tertarik untuk terjun ke dalam bisnis kelapa sawit! Jika
iya Anda harus tahu keuntungan –keuntungan dari bisnis kelapa sawit yakni laba
hingga tiga kali lipat, modal investasinya cepat balik, harga kelapa sawit
selalu naik, dan rentang harganya bersifat stabil. Menarik bukan jika
Anda menerjuni bisnis kelapa sawit ini, jika Anda tertarik maka dapat membaca
ulasannya di bawah ini :
Memulai bisnis budidaya kelapa sawit
Bisnis kelapa sawit
memang menjadi salah satu bisnis yang tidak pernah mati. Begitupun dengan
bisnis budidaya kelapa sawit yang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan.
Untuk memulai bisnis budidaya kelapa sawit ini tidak sulit. Bisa di mulai
dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat memulai bisnis budidaya kelapa
sawit di rumah.
Pelaku bisnis budidaya kelapa sawit
Bisnis budidaya kelapa
sawit ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua orang. Anda yang kini bingung
mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan kemauan dan minat yang tinggi maka
bisnis budidaya kelapa sawit ini dapat Anda jalankan dengan mudah.
Konsumen bisnis budidaya kelapa sawit
Konsumen budidaya kelapa
sawit memang tidaklah sulit, konsumen budidaya kelapa sawit cukup besar mulai
dari pabrik rumahan hingga besar.
Peralatan bisnis budidaya kelapa sawit
Dalam bisnis budidaya
kelapa sawit membutuhkan beberapa peralatan penting diantaranya gerobak dorong,
golok, cangkul, wadah, alat penjahit karung, pompa, timba dan lainnya. Dengan
adanya peralatan tersebut maka bisnis budidaya kelapa sawit makin maksimal.
Lokasi strategis dalam berjualan budidaya kelapa sawit
Dalam berjualan budidaya
kelapa sawit, Anda bisa memasarkannya dengan cara menjualnya ke pengepul atau
langsung di ekspor ke luar negeri.
Karyawan bisnis budidaya kelapa sawit
Karyawan dalam
menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit bisa menggunakan satu orang dahulu
dalam permulaan.
Harga jual budidaya kelapa sawit
Patokan harga untuk
budidaya kelapa sawit dapat Anda buat dalam hitungan per kg dimana harga mulai
Rp 1500. Ini tergantung dari harga kelapa sawit yang ada di pasaran.
Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit
Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang
bisnis budidaya kelapa sawit ini yakni merupakan bisnis
perkebunan yang paling banyak diminati karena mengutungkan.
Kekurangan bisnis budidaya kelapa sawit
Segi kekurangan bisnis
budidaya kelapa sawit ialah budidaya kelapa sawit memiliki tingkat persaingan
yang tinggi dan ketat.
Analisa bisnis budidaya kelapa sawit
Investasi
Peralatan
|
Harga
|
|
sewa lahan
|
Rp.
|
2.560.000
|
gerobak dorong
|
Rp.
|
1.513.000
|
bibit kelapa sawit
|
Rp.
|
2.750.000
|
golok
|
Rp.
|
130.000
|
cangkul
|
Rp.
|
331.500
|
wadah
|
Rp.
|
92.000
|
alat penjahit karung
|
Rp.
|
122.500
|
pompa
|
Rp.
|
350.500
|
timba
|
Rp.
|
82.000
|
Peralatan tambahan yang lainnya
|
Rp.
|
192.500
|
Jumlah Investasi
|
Rp.
|
8.124.000
|
Biaya Operasional per Bulan
|
||
Biaya Tetap
|
Nilai
|
|
Penyusutan sewa lahan 1/12 x Rp. 2.560.000
|
Rp.
|
213.333
|
Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp 1.513.000
|
Rp.
|
24.403
|
Penyusutan bibit kelapa sawit 1/44 x Rp 2.750.000
|
Rp.
|
3.409
|
Penyusutan golok 1/62 x Rp. 130.000
|
Rp.
|
2.097
|
Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. 331.500
|
Rp.
|
7.534
|
Penyusutan wadah 1/44 x Rp. 92.000
|
Rp.
|
2.091
|
.Penyusutan alat penjahit karung 1/62 x Rp 122.500
|
Rp.
|
1.976
|
Penyusutan pompa 1/62 x Rp 350.500
|
Rp.
|
5.653
|
Penyusutan timba 1/44 x Rp. 82.000
|
Rp.
|
1.636
|
Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. 192.500
|
Rp.
|
3.105
|
gaji karyawan
|
Rp.
|
2.000.000
|
Total Biaya Tetap
|
Rp.
|
2.265.238
|
Biaya Variabel
|
|||||||
obat-obatan
|
Rp.
|
30.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
900.000
|
pupuk
|
Rp.
|
25.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
750.000
|
karung
|
Rp.
|
25.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
750.000
|
tali rafia
|
Rp.
|
18.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
540.000
|
pembasmi hama
|
Rp.
|
26.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
780.000
|
Biaya transportasi
|
Rp.
|
80.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
2.400.000
|
pengemas
|
Rp.
|
20.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
600.000
|
BBM
|
Rp.
|
25.000
|
x
|
30
|
=
|
Rp.
|
750.000
|
Total Biaya Variabel
|
Rp.
|
7.470.000
|
Total Biaya Operasional
|
||
Biaya tetap + biaya variabel =
|
Rp.
|
9.735.238
|
Pendapatan per Bulan
|
|||||||
330
|
kg
|
x
|
Rp.
|
1.500
|
=
|
Rp.
|
495.000
|
Rp.
|
495.000
|
x
|
30
|
hr
|
=
|
Rp.
|
14.850.000
|
Keuntungan per Bulan
|
|||||||
Laba = Total Pendapatan – Total
Biaya Operasional
|
|||||||
Rp.
|
14.850.000
|
–
|
9.735.238
|
=
|
Rp.
|
5.114.762
|
|
Lama Balik Modal
|
|||||||
Total Investasi / Keuntungan =
|
Rp.
|
8.124.000
|
:
|
5.114.762
|
=
|
2
|
bln
|
Dari analisa di atas
dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya kelapa sawit sangat menguntungkan
dimana modal Rp 8.124.000 dengan kentungan per bulan Rp 5.114.762 dan balik
modal dalam 2 bulan.

Demikian tadi ulasan peluang usaha budidaya kelapa
sawit dan analisa bisnisnya yang bisa dijadikan referensi memulai
bisnis budidaya kelapa sawit tersebut. Tertarik mencoba bisnis budidaya kelapa
sawit ? Bisnis budidaya kelapa sawit menjadi pilihan bisnis sangat
menjanjikan. Dalam menjalankan bisnis budidaya kelapa sawit jangan lupa untuk
menggunakan mesin jahit karung agar bisnis berjalan lancar juga maksimal.
Semoga informasi mengenai peluang dari bisnis budidaya kelapa sawit tersebut
dapat bermanfaat
laporan
keuangan
kinerja
Kinerja Industri Sawit Diramal Kinclong Berkat B20 2019 Nanti
CNN Indonesia | Sabtu, 03/11/2018 10:25 WIB
Bagikan :
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Prospek industri
kelapa sawit diperkirakan lebih cerah pada tahun depan. Kinerja akan
ditopang oleh pelaksanaan mandatori kebijakan biodiesel 20 persen (B20).
Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang memperkirakan harga sawit akan membaik di tahun depan dari kisaran US$540-550 per metrik ton menjadi US$600-650 per metrik ton. Kenaikan harga akan didorong oleh meningkatnya permintaan seiring turunnya stok meski produksi diramal meningkat.
"Implementasi B20 akan menjadi pendorong utama minyak sawit tahun depan," ujar Togar dalam Konferensi Sawit Internasional (IPOC) 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (2/11).
Togar memperkirakan produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit (CPO dan PKO) pada tahun depan mencapai 51,59 juta metrik ton. Produksi ini meningkat sekitar 11 persen dibandingkan proyeksi tahun lalu yang mencapai 46,86 juta metrik ton.
Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang memperkirakan harga sawit akan membaik di tahun depan dari kisaran US$540-550 per metrik ton menjadi US$600-650 per metrik ton. Kenaikan harga akan didorong oleh meningkatnya permintaan seiring turunnya stok meski produksi diramal meningkat.
"Implementasi B20 akan menjadi pendorong utama minyak sawit tahun depan," ujar Togar dalam Konferensi Sawit Internasional (IPOC) 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (2/11).
Togar memperkirakan produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit (CPO dan PKO) pada tahun depan mencapai 51,59 juta metrik ton. Produksi ini meningkat sekitar 11 persen dibandingkan proyeksi tahun lalu yang mencapai 46,86 juta metrik ton.
Lihat
juga:
|
Kenaikan produksi ini antara lain akan
diserap oleh kenaikan kebutuhan biodiesel domestik dari 3,73 juta metrik ton
tahun ini menjadi sekitar 5,5 juta metrik ton. Volume ekspor CPO dan PKO juga
diperkirakan akan naik dari 31,65 juta metrik ton menjadi 34,43 juta metrik
ton.
Ekspor oleochemical naik dari 1,1 juta metrik ton menjadi 1,2 juta metrik ton. Konsumsi domestik diperkirakan meningkat dari 9,5 juta metrik ton menjadi 9,97 juta metrik ton, ekspor biodiesel. Sementara ekspor biodiesel diperkirakan turun dari 1,72 juta metrik ton menjadi 1 juta metrik ton dan stok akhir turun dari 3,35 juta metrik ton menjadi 2,84 juta metrik ton.
"Penurunan stok ini akan mendorong kenaikan harga," terang dia.
Togar bahkan optimis kebutuhan konsumsi biodiesel bisa lebih tinggi dari proyeksi 5,5 juta metrik ton, seiring implementasi B20 yang sudah dapat berlaku penuh sepanjang tahun.
Chairman dari LMC International James Fry juga memperkirakan permintaan CPO akan meningkat seiring dengan kenaikan permintaan biodiesel yang diperkirakan meningkat signifikan pada tahun depan.
Ekspor oleochemical naik dari 1,1 juta metrik ton menjadi 1,2 juta metrik ton. Konsumsi domestik diperkirakan meningkat dari 9,5 juta metrik ton menjadi 9,97 juta metrik ton, ekspor biodiesel. Sementara ekspor biodiesel diperkirakan turun dari 1,72 juta metrik ton menjadi 1 juta metrik ton dan stok akhir turun dari 3,35 juta metrik ton menjadi 2,84 juta metrik ton.
"Penurunan stok ini akan mendorong kenaikan harga," terang dia.
Togar bahkan optimis kebutuhan konsumsi biodiesel bisa lebih tinggi dari proyeksi 5,5 juta metrik ton, seiring implementasi B20 yang sudah dapat berlaku penuh sepanjang tahun.
Chairman dari LMC International James Fry juga memperkirakan permintaan CPO akan meningkat seiring dengan kenaikan permintaan biodiesel yang diperkirakan meningkat signifikan pada tahun depan.
Lihat
juga:
|
"Saya perkirakan permintaan akan naik
didorong kebijakan biodiesel Indonesia. Stok minyak sawit Malaysia juga
diperkirakan akan mencapai puncaknya mendekati akhir tahun dan turun sekitar
750 ribu ton pada Desember hingga Juni 2019," terangnya.
Ia pun memperkirakan harga CPO yang saat ini lebih murah US$50 per ton berpeluang berbalik arah menjadi lebih mahal US$150 per ton dari harga minyak mentah Brent pada tahun depan. Selain didorong oleh kenaikan harga CPO, kondisi ini juga didorong oleh penurunan harga minyak.
Sementara Dorab E Mistry, Direktur Godrej Internasional memperkirakan kenaikan harga sawit pada tahun depan akan lebih banyak didorong oleh turunnya produksi seiring siklus. Ia pun mengingkatkan agar industri sawit di Indonesia tak hanya mengandalkan biodiesel untuk menyerap produksi.
"Jika harga minyak bumi turun dan (harga) biodisel menjadi tidak lagi atraktif. Ini berarti subsidi menjadi solusi. Kondisi ini suatu saat akan menjadi masalah bagi industri minyak nabati. Saya perkirakan ini akan terjadi," pungkasnya.
Ia pun memperkirakan harga CPO yang saat ini lebih murah US$50 per ton berpeluang berbalik arah menjadi lebih mahal US$150 per ton dari harga minyak mentah Brent pada tahun depan. Selain didorong oleh kenaikan harga CPO, kondisi ini juga didorong oleh penurunan harga minyak.
Sementara Dorab E Mistry, Direktur Godrej Internasional memperkirakan kenaikan harga sawit pada tahun depan akan lebih banyak didorong oleh turunnya produksi seiring siklus. Ia pun mengingkatkan agar industri sawit di Indonesia tak hanya mengandalkan biodiesel untuk menyerap produksi.
"Jika harga minyak bumi turun dan (harga) biodisel menjadi tidak lagi atraktif. Ini berarti subsidi menjadi solusi. Kondisi ini suatu saat akan menjadi masalah bagi industri minyak nabati. Saya perkirakan ini akan terjadi," pungkasnya.
Lihat
juga:
|
kinerja
koperasi
MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA
Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit di
Indonesia
Hanya beberapa industri di Indonesia yang menunjukkan
perkembangan secepat industri minyak kelapa sawit selama 20 tahun terakhir.
Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga
dari pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global
yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit telah
ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha
besar di Indonesia (dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan
jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke
budidaya kelapa sawit).
Mayoritas hasil produksi minyak kelapa sawit Indonesia diekspor.
Negara-negara tujuan ekspor yang paling penting adalah RRT, India, Pakistan,
Malaysia, dan Belanda. Walaupun angkanya sangat tidak signifikan, Indonesia
juga mengimpor minyak sawit, terutama dari India.
Memang mayoritas dari minyak sawit yang diproduksi di Indonesia
diekspor (lihat tabel di bawah). Namun, karena populasi
Indonesia terus bertumbuh (disertai kelas menengah yang berkembang
pesat) dan dukungan pemerintah untuk program biodiesel, permintaan minyak sawit
domestik di Indonesia juga terus berkembang. Meningkatnya permintaan minyak
sawit dalam negeri sebenarnya bisa berarti bahwa pengiriman minyak sawit mentah
dari Indonesia akan mandek di tahun-tahun mendatang jika pemerintah Indonesia
tetap berkomitmen terhadap moratorium konversi lahan gambut (baca lebih lanjut
di bawah).
Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Indonesia:
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
Produksi
(juta ton) |
19.2
|
19.4
|
21.8
|
23.5
|
26.5
|
30.0
|
31.5
|
32.5
|
32.0
|
Export
(juta ton) |
15.1
|
17.1
|
17.1
|
17.6
|
18.2
|
22.4
|
21.7
|
26.4
|
27.0
|
Export
(dollar AS) |
15.6
|
10.0
|
16.4
|
20.2
|
21.6
|
20.6
|
21.1
|
18.6
|
18.6
|
Luas Areal
(juta ha) |
n.a.
|
n.a.
|
n.a.
|
n.a.
|
9.6
|
10.5
|
10.7
|
11.4
|
11.8
|
Sumber: Indonesian Palm Oil
Producers Association (Gapki) & Indonesian Ministry of Agriculture
Tabel di atas menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit naik
drastis selama satu dekade terakhir. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
(Gapki) menyatakan Indonesia bisa memproduksi paling tidak 40 juta ton kelapa
sawit per tahun mulai dari tahun 2020.
Industri perkebunan dan pengolahan sawit adalah industri kunci
bagi perekonomian Indonesia: ekspor minyak kelapa sawit adalah penghasil devisa
yang penting dan industri ini memberikan kesempatan
kerjabagi jutaan orang Indonesia. Dalam hal pertanian, minyak sawit
merupakan industri terpenting di Indonesia yang menyumbang di antara 1,5 - 2,5
persen terhadap total produk domestik bruto (PDB).
Hampir 70% perkebunan kelapa sawit terletak di Sumatra, tempat
industri ini dimulai sejak masa
kolonial Belanda. Sebagian besar dari sisanya - sekitar 30% - berada di pulau
Kalimantan.
1. Sumatra
2. Kalimantan
2. Kalimantan
Dalam hal geografi, Riau adalah produsen minyak sawit terbesar
di Indonesia, disusul oleh Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan,
dan Kalimantan Barat.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah total luas
area perkebunan sawit di Indonesia pada saat ini mencapai sekitar 11.9 juta
hektar; hampir tiga kali lipat dari luas area di tahun 2000 waktu sekitar 4
juta hektar lahan di Indonesia dipergunakan untuk perkebunan kelapa sawit.
Jumlah ini diduga akan bertambah menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memainkan peran yang sangat
sederhana di sektor kelapa sawit Indonesia karena mereka memiliki perkebunan
yang relatif sedikit, sementara perusahaan-perusahaan swasta besar (misalnya,
Wilmar Group dan Sinar Mas Group) dominan karena menghasilkan sedikit lebih
dari setengah dari total produksi minyak sawit di Indonesia. Para petani skala
kecil memproduksi sekitar 40 persen dari total produksi Indonesia. Namun
kebanyakan petani kecil ini sangat rentan keadaannya apabila terjadi penurunan
harga minyak kelapa sawit dunia karena mereka tidak dapat menikmati cadangan
uang tunai (atau pinjaman bank) seperti yang dinikmati perusahaan besar.
Siapa yang Memiliki Perkebunan Minyak Sawit di
Indonesia?
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia (contohnya Unilever
Indonesia) telah atau sedang melakukan investasi-investasi untuk
meningkatkan kapasitas penyulingan minyak sawit. Hal ini sesuai dengan ambisi
Pemerintah Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari sumber
daya alam dalam negeri. Indonesia selama ini berfokus (dan tergantung) pada
ekspor minyak sawit mentah (dan bahan baku mentah lainnya) namun selama
beberapa tahun terakhir ini mau mendorong proses pengolahan produk sumber daya
alam supaya memiliki harga jual yang lebih tinggi (dan yang berfungsi sebagai
penyangga saat meluncurnya harga minyak sawit. Kapasitas penyulingan di
Indonesia melompat menjadi 45 juta ton per tahun pada awal 2015, naik dari 30,7
juta ton pada tahun 2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012
yaitu 21,3 juta ton.
Kebijakan Pajak Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Untuk meningkatkan perkembangan di industri hilir sektor kelapa
sawit, pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah
dipotong dalam beberapa tahun belakangan ini. Sementara itu, pajak ekspor
minyak sawit mentah (CPO) berada di antara 0%-22,5% tergantung pada harga
minyak sawit internasional. Indonesia memiliki 'mekanisme otomatis' sehingga
ketika harga CPO acuan Pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan
internasional) jatuh di bawah 750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton,
pajak ekspor dipotong menjadi 0%. Ini terjadi di antara Oktober 2014 dan Mei
2016 waktu harga acuan ini jatuh di bawah 750 dollar AS per metrik ton.
Masalahnya, bebas pajak ekspor berarti Pemerintah kehilangan
sebagian besar pendapatan pajak ekspor (yang sangat dibutuhkan) dari industri
minyak sawit. Maka Pemerintah memutuskan untuk mengintroduksi pungutan ekspor
minyak sawit di pertengahan 2015. Pungutan sebesar 50 dollar Amerika Serikat
(AS) per metrik ton diterapkan untuk ekspor minyak sawit mentah dan pungutan
senilai 30 dollar AS per metrik ton ditetapkan untuk ekspor produk-produk
minyak sawit olahan. Pendapatan dari pungutan baru ini digunakan (sebagian)
untuk mendanai program subsidi biodiesel Pemerintah.
-------------------------
Apa lima faktor yang mempengaruhi harga minyak
kelapa sawit?
(1) permintaan & persediaan
(2) harga minyak nabati lain (terutama kedelai)
(3) cuaca
(4) kebijakan impor negara-negara yang mengimpor minyak kelapa sawit
(5) perubahan dalam kebijakan pajak dan pungutan ekspor/impor
(2) harga minyak nabati lain (terutama kedelai)
(3) cuaca
(4) kebijakan impor negara-negara yang mengimpor minyak kelapa sawit
(5) perubahan dalam kebijakan pajak dan pungutan ekspor/impor
-------------------------
Pada Februari 2015, Pemerintah mengumumkan kenaikan subsidi
biofuel dari Rp 1.500 per liter menjadi Rp 4.000 per liter, sebuah upaya untuk
melindungi para produsen biofuel domestik. Melalui program biodiesel ini,
Pemerintah mengkompensasi para produsen karena perbedaan harga antara diesel
biasa dan biodiesel yang terjadi akibat rendahnya harga minyak mentah dunia
(sejak pertengahan 2014). Selain untuk mendanai subsidi ini, hasil dari
pungutan ekspor juga disalurkan untuk penanaman kembali, penelitian, dan
pengembangan sumberdaya manusia di industri minyak sawit Indonesia.
Isu-Isu Lingkungan Hidup Perkebunan Kelapa
Sawit di Indonesia
Pemerintah Indonesia telah sering dikritik kelompok-kelompok
pencinta lingkungan hidup karena terlalu banyak memberikan ruang untuk
perkebunan kelapa sawit (yang berdampak pada penggundulan hutan dan
penghancuran lahan bakau). Maka - dan sejalan dengan semakin banyaknya
perusahaan internasional yang mencari minyak sawit ramah lingkungan sesuai
dengan kriteria Roundtable on Sustainable Palm Oil -
perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Pemerintah perlu mengembangkan
kebijakan-kebijakan ramah lingkungan. Para pemerintah negara-negara Barat
(misalnya Uni Eropa) telah membuat aturan-aturan hukum yang lebih ketat
mengenai produk-produk impor yang mengandung minyak sawit, dan karena itu
mendorong produksi minyak sawit yang ramah lingkungan.
Pada tahun 2011, Indonesia medirikan Indonesian
Sustainable Palm Oil (ISPO) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing global
dari minyak sawit Indonesia dan mengaturnya dalam aturan-aturan ramah
lingkungan yang lebih ketat. Semua produsen minyak sawit di Indonesia didorong
untuk mendapatkan sertifikasi ISPO. Namun, ISPO ini tidak diakui secara
internasional.
Moratorium Mengenai Konsesi Baru Hutan Perawan
Pemerintah Indonesia menandatangani
moratorium berjangka waktu dua tahun mengenai hutan primer yang mulai berlaku
20 Mei 2011 dan selesai masa berlakunya pada Mei 2013. Setelah habis masa berlakunya,
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memperpanjang moratorium ke dua
tahun selanjutnya. Moratorium ini mengimplikasikan pemberhentian sementara dari
pemberian izin-izin baru untuk menggunakan area hutan hujan tropis dan lahan
bakau di Indonesia. Sebagai gantinya Indonesia menerima paket 1 milyar dollar
AS dari Norwegia. Pada beberapa kesempatan, media internasional melaporkan
bahwa moratorium ini telah dilanggar oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.
Kendati begitu, moratorium ini berhasil membatasi - untuk sementara - ekspansi
perkebunan-perkebunan sawit. Pihak-pihak yang skeptis terhadap moratorium
tersebut menunjukkan bahwa sebelum penerapannya Pemerintah Indonesia telah
memberikan konsesi tanah seluas 9 juta hektar untuk lahan baru. Selain itu,
perusahaan-perusahaan besar minyak sawit masih memiliki lahan luas yang baru
setengahnya ditanami, berarti masih banyak ruang untuk ekspansi. Pada Mei 2015,
Presiden Joko Widodo kembali memperpanjang moratorium ini untuk periode 2
tahun.
Prospek Masa Depan Industri Minyak Sawit di
Indonesia
Era Boom Komoditi 2000-an membawa
berkat bagi Indonesia karena berlimpahnya sumberdaya alam negara ini. Harga
minyak sawit naik tajam setelah tahun 2005 namun krisis global menyebabkan
penurunan tajam harga CPO di tahun 2008. Terjadi rebound yang kuat namun
setelah tahun 2011 harga CPO telah melemah, terutama karena permintaan dari RRT
telah menurun, sementara rendahnya harga minyak mentah (sejak pertengahan 2014)
mengurangi permintaan biofuel berbahan baku minyak sawit. Karena itu, prospek
industri minyak sawit suram dalam jangka waktu pendek, terutama karena
Indonesia masih terlalu bergantung pada CPO dibandingkan produk-produk minyak
sawit olahan.
Pada saat permintaan global kuat,
bisnis minyak sawit di Indonesia menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
• Margin laba yang besar,
sementara komoditi ini mudah diproduksi
• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan jumlah penduduk global
• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling murah di dunia
• Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati
• Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara penggunaan besin diperkirakan akan berkurang
• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan jumlah penduduk global
• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling murah di dunia
• Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati
• Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara penggunaan besin diperkirakan akan berkurang
Masalah-masalah apa yang
menghalangi perkembangan industri minyak sawit dunia?
• Kesadaran bahwa penting untuk
membuat lebih banyak kebijakan ramah lingkungan
• Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan kepemilikan tanah
• Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan
• Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur
• Konflik masalah tanah dengan penduduk lokal karena ketidakjelasan kepemilikan tanah
• Ketidakjelasan hukum dan perundang-undangan
• Biaya logistik yang tinggi karena kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur
Update terakhir: 26 Juni 2017
0 komentar:
Posting Komentar