KGI-PALM KAMI MENGERTI NILAI HIDUP , PENYEDIA PALM OIL GO GREEN

Kamis, 29 Januari 2015

pembiayaan usaha



STRUKTUR BIAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

TANAMAN MENGHASILKAN

A.  Struktur Biaya Perkebunan

Struktur Biaya pada perkebunan Kelapa Sawit  adalah demikian pentingnya, sebab hanya struktur biaya yang dikelola dan dikontrol dengan tepat , usaha perkebunan akan memperoleh hasil keuntungan yang lebih baik.

Sistim akuntansi yang digunakan di perkebunan kelapa sawit, umumnya menguraikan Biaya Produksi kedalam beberapa Kategori Biaya, yang mana setiap kategori biaya dibagi dalam beberapa Group Biaya.  Adapun Group biaya itu sendiri terdiri atas beberapa Komponen Biaya yang merupakan sejumlah Elemen Biaya sebagai dasar perhitungan pengeluaran biaya real. Secara skematis uraian Biaya Produksi perkebunan kelapa sawit tersebut  dapat dilihat pada halaman berikut ini.

Terdapat tiga kelompok Kategori Biaya, yaitu Ex-Factory Cost, Cash Cost dan Book Cost.   Gross Profit Before Tax dihitung dari Net sales dikurangi Book Cost.
Penguraian Biaya Produksi menjadi Komponen Biaya ditujukan untuk meng identifikasi berbagai biaya agar dapat dijadikan pedoman bagi perencanaan Budget dan Akuntansi serta membuat terbentuknya sistim kontrol yang efektif pada management biaya.

1.   Elemen Biaya Produksi

    Semua komponen biaya produksi selalu meliputi tiga prinsip elemen biaya, yakni Upah Tenaga Kerja biasa dilakukan melalui mekanisme PK (PK – Perintah Kerja), Biaya Material dilakukan melalui mekanisme PO (PO – Purchase Order) dan Proporsi atas pembebanan Biaya Angkutannya.  
     Setiap biaya per komponen akan bervariasi tergantung kepada besarnya biaya rata-rata upah buruh, jumlah material yang digunakan sesuai harga yang berlaku saat itu dan besarnya biaya  angkutan. Ketiga elemen tersebut benar-benar menjadi dasar terjadinya variasi dalam biaya produksi.

Komponen & Element Biaya

Katagori Biaya
Kelompok Biaya
Komponen Biaya
Elemen Biaya
Ex-Factory Cost
·  Perawatan Kebun
-       Pembasmian Lalang
-   Upah termasuk Tunjangan dan Lembur


-   Harga Material


-   Angkutan Tenaga kerja & Material
-       Pengendalian Gulma
-       Pemupukan
-       Pangkas Pelepah
-       Rawat Infrastruktur
-       Pengendalian Hama & Penyakit
·  Panen
-       Alat Panen
-       Angkutan TBS
-       Perawatan TPH
·  Pabrik
-       Pengolahan TBS
-       Pemeliharaan Alat & Mesin
-       Pemeliharaan Bangunan Pabrik
-       Laboratorium
-       Penanganan Limbah
-       Pengolahan Air Baku Pabrik
·  Umum Kebun (Biaya per ha sejak tanam, TBM dan TM)
-       Tunjangan Kesehatan dan Tunjangan Sosial
-       Asuransi
-       Pensiun
-       Supervisi
-       Gaji Staff
-       Pemeliharaan Fasilitas Perumahan & Bangunan Kantor
-       Komunikasi
-       Pajak & Kontribusi
Cash Cost
·       Biaya Pemasaran (FOB)
-       Biaya Angkutan CPO dari Pabrik ke Pelabuhan
-       Biaya Pengapalan
-       Asuransi
·       Overhead Kantor Pusat
-       Gaji dan Tunjangan
-       Pensiun
-       Administrasi Kantor
-       Tunjangan Kesehatan & Sosial
-       Pemeliharaan Bangunan Kantor
-       Asuransi
-       Komunikasi
-       Pajak & Kontribusi
-       Konsultan
Book Cost
·      Depresiasi
-       Semua Asset berdasarkan kelasnya

a    Upah Tenaga Kerja

Biaya upah tenaga kerja di perkebunan terdiri atas upah Buruh Harian , Upah Buruh Bulanan dan Upah Borong.  Dasar perhitungan upah buruh diperoleh dari kebijakan pemerintah tentang Upah Minimum Propinsi (UMP) dengan kenaikan tahunan rata-rata 9 – 12 persen, ditambah rasio Tunjangan Catu Beras, yang ditetapkan sebesar 15 kg bagi pekerja per bulan, 9 kg per bulan untuk istri dan 7,5 kg per bulan untuk anak, dengan pembatasan jumlah anak 3 orang.

Harga dasar beras ditetapkan oleh pemerintah dengan kenaikan rata rata 5 – 7 persen setiap tahunnya.  Selain daripada itu, pekerja juga memperoleh tambahan yang disebut Fringe Benefit yang terdiri atas Premi, Lembur, jaminan kesehatan dan sosial, sehingga gaji yang dibayarkan kepada buruh, besarnya dapat bervariasi sesuai skala upah , antara 110 hingga 400 persen dari upah pokoknya hariannya .  Selain daripada itu, pekerja juga akan memperoleh tunjangan satu bulan gaji tambahan setiap tahun sebagai Tunjangan Hari Raya.

Contoh Cara Perhitungan Upah Tenaga Kerja


Upah
Rp / HK
Rp./Bln
1. UMK (yang berlaku)
32,000.0
960,000.0
2. Premi Dan Lembur
6,400.0
160,000.0
3. Tunjangan Kesehatan &  Biaya Sosial
3,200.0
80,000.0
4. Tunjangan Catu Beras
11,160.0
279,000.0
TOTAL UPAH
52,760.0
1,319,000.0



Catatan :  


Premi dan Lembur
= 20 % dari UMK
Sub total
= Rp. 6.400
Tunjangan Kesehatan & Biaya Sosial
= 10 % dari UMK
Sub total
= Rp. 3.200
Tunjangan Catu Beras
Pekerja
= 15,0 kg
Istri
=   9,0 kg
Anak (Maksimum 3 anak )
=   7,5 kg x 3 = 22,5 kg
Total beras
= 46,5 kg
Asumsi Harga Beras
= Rp 6.000 per kg
Tunjangan Catu Beras per bulan
= Rp. 279.000
Per Hari Sub total
= Rp. 11.160
(1 bulan = 25 hari kerja)

Dalam perhitungan Budget, semua tunjangan harus di tambahkan sebagai bagian dari sub komponen upah

b     Ratio Tenaga Kerja terhadap luas Lahan

Secara detil, ratio tenaga kerja terhadap luas lahan harus dihitung di setiap kategori kegiatan pada Tanaman Menghasilkan (TM), yang terdiri dari Rawat, Panen, Biaya Umum; dengan menjumlahkan upah pokok semua tenaga kerja pada setiap kategori  sehingga diperoleh angka Total Gaji Tenaga Kerja.

Untuk kemudian dihitung Upah Rata-Rata dengan membagi Total Gaji Tenaga Kerja yang dibayar dengan jumlah Tenaga Kerjanya.

Seluruh pembayaran fringe benefit tenaga kerja untuk kemudian dirubah menjadi jumlah Mandays atau Hari Kerja Orang (HK) dengan cara membagi Total Fringe Benefit dengan Upah Rata Rata.

Sama halnya dengan Pembayaran pada setiap Kontraktor harus di rubah menjadi HK, dengan cara ; total nilai pembayaran kepada semua Kontraktor dibagi dengan Upah Rata-Rata  

Tabel Ratio Tenaga Kerja per Ha Luas Lahan



KATAGORI

HARIAN TETAP HK/Ha

HARIAN LEPAS HK/Ha

TOTAL
HK/Ha
RAWAT
A. Pokok
B. Premi/Lembur
C. Kontraktor
PANEN
A. Pokok
B. Premi/Lembur
C. Kontraktor
UMUM
A. Pokok
B. Premi/Lembur
C. Kontraktor
TOTAL
A. Pokok
B. Premi/Lembur
C. Kontraktor
GRAND TOTAL



Variasi ratio tenaga kerja per perkebunan per tahun pada setiap kategori pekerjaan dipengaruhi oleh Volume Pekerjaan, tersedianya Material, Tingkat Produksi dan tersedianya Alat Berat atau peralatan lainnya.

Sebagai contoh, pekerjaan Rawat dapat bervariasi karena besar-kecilnya jumlah material pupuk yang di aplikasikan di lapangan, atau adanya tindakan pengendalian khusus karena serangan hama.

Sementara jumlah tenaga panen selalu melekat pada kegiatan panen dan tenaga pabrik selalu proposional pada level produksi yang dihasilkan.

Jumlah gaji yang dibayarkan setiap bulan kepada pekerja, relatif konstan,  perbedaan kecil bisa saja terjadi di pekerjaan rawat dan umum, namun kelompok ini masuk  sebagai kelompok Biaya Tetap (Fixed Costs).  Sementara jumlah tenaga kerja panen dan pabrik ber fluktuasi seirama dengan volume produksi dan dimasukkan sebagai Variable atau Semi-Variable Costs.

1.   Harga Material

Harga material selalu naik setiap tahun, dengan variasi yang berbeda-beda untuk setiap jenis material bergantung kepada beberapa hal umum seperti :

·    Material yang paling mempengaruhi biaya Rawat adalah Pupuk, yang  secara bertahap  
      terus naik sejalan dengan naiknya harga bahan bakar minyak. Kecuali apabila 
      pemerintah memberikan lagi subsidi.
·     Barang-barang import seperti mesin-mesin dan peralatan serta suku-cadang, bahkan 
       juga Chemical yang belum diproduksi di dalam negeri, kenaikannya sangat dipengaruhi 
       oleh nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
·     Material yang sudah di produksi di dalam negeri juga meningkat  seiring dengan 
       kenaikan upah rata-rata

2.  Biaya Transport

Biaya Transport dipengaruhi secara langsung oleh kenaikkan harga bahan bakar minyak dan suku cadang serta jarak tempuh.

A. Kategori dan Karakteristik Biaya

Komponen Biaya dalam setiap Kategori di klasifikasikan menurut Karakteristiknya menjadiFIXED, VARIABLE dan SEMI-VARIABLE COST.

KATEGORI 1 :  EX FACTORY COST

·      Fixed CostYang masuk dalam klasifikasi Fixed Cost adalah :

A.    Rawat Tanaman Menghasilkan (TM), Biaya aktualnya per hektar atas seluruh komponen biaya yang muncul harus DI WASPADAI  di perkebunan.  Apabila tidak dilakukan kontrol yang ketat terhadap hasil kerja Rawat ini, maka beban biaya akan tetap sama. Artinya hasil kerja rawat nol, beban tetap ada. Fluktuasi Biaya rawat per hektar per tahun terutama di akibatkan oleh biaya pemupukan yang dilaksanakanberdasarkan hasil analisa daun.

B.    Overhead, Biaya aktual overhead secara mayoritas adalah Fixed Cost, dengan pengecualian bagi Staf Pabrik termasuk teknisi Pabrik dimana beban gaji dan fringe benefit nya dibebankan secara langsung pada biaya pengolahan.  Sementara itu gaji, dan social expenses untuk staf kebun dibebankan pada Overhead bersama-sama dengan komponen biaya lainnya seperti social expenses buruh harian, pensiun, pajak, asuransi dll. Untuk selanjutnya biaya aktual Overhead per hektar dapat dihitung berdasarkan luas kebun TM yang dikelola.

·      Variable Cost,  yang termasuk dalam klasifikasi Variable Cost adalah :

Panen dan Angkutan .  Biaya Panen per Kg Tandan Buah Segar (TBS)  adalah tergantung kepada Output tiap pemanen, gaji dan premi pemanen, Sedangkan biaya angkutan TBS  tergantung kepada Output angkutan dan biaya operasi alat angkut (Truk atau Traktor).  Total biaya panen dan angkutan  per Kg TBS sangat bervariasi tergantung besarnya jumlah TBS yang di panen.  Secara progresif biaya panen dan angkutan TBS per Kg TBS akan naik apabila upah panen naik dan biaya operasi alat transport juga naik.

·     Semi-Variable Cost, yang termasuk dalam klasifikasi Semi-Variable Cost adalah :

Pengolahan dan Maintenance Pabrik.  Kelompok biaya disini merupakan kombinasi antara Fixed Cost dan Variable Cost. 
Yang termasuk Fixed Cost adalah : Gaji Teknisi, Maintenance Pabrik, Mesin dan Peralatan Pabrik, Limbah dan Administrasi.

Yang termasuk Variable Cost adalah :  Semua biaya Pengolahan termasuk biaya operasi Power Plant dan peralatannya ( Upah buruh , Bahan Bakar Minyak dll)

Biaya Pengolahan sangat bervariasi antara satu Pabrik dengan Pabrik lainnya tergantung kondisi pabrik dan kapasitas pabrik.  Throughput aktual, jumlah tenaga kerja serta Volume Palm Product ( CPO & Kernel) yang dihasilkan merupakan faktor penentu yang utama

KATEGORI  II  :  CASH COST

Kategori Biaya yang termasuk dalam Cash Cost dapat di klasifikasikan sebagai Semi-Variable Cost.  Dimana Kegiatan Despatch atau pengeluaran Produk dari pabrik keShipping Terminal dan  Operasi Pengangkutan dari shipping Terminal ke tujuan termasuk dalam Variable Cost. Sementara itu biaya penjualan yang ada di Head Officeadalah Fixed Cost
       
KATEGORI  III  :  BOOK COST

Kategori Biaya disini adalah Fixed Cost, yang merupakan jumlah dari perhitungan Depresiasi Asset dengan persentase yang tetap sesuai kelas Asset.

Perusahaan perkebunan umumnya mengikuti klasifikasi  dan Depreciation Rates sesuai ketentuan yang tercantum pada Pajak Penghasilan 1984, sebagai berikut :

a       Bangunan
b       Non- Bangunan

Kelas  I     :   Memiliki umur kegunaan tidak lebih dari 4 Tahun              
Kelas ll     :   Memiliki umur kegunaan lebih dari 4 tahun tapi kurang dari
                     8 tahun
Kelas lll    :    Memiliki umur kegunaan lebih dari 8 tahun.

Kelompok Bangunan di deoresiasi-kan menggunakan Straight Line Method, dengan rata-rata 5 % per tahun.  Sedangkan Non-Bangunan,  di depresiasi-kan menggunakan Double Declining Balance Method dengan rata-rata 50 % untuk kelas l ;  25 % untuk kelas ll dan 10 % un tuk kelas lll.

Semua biaya yang berkaitan dengan pembangunan perkebunan di kapitalisasi dan di klasifikasikan sebagai kelompok bangunan yang di depresiasi kan selama umur produktif tanaman ( +/- 20 tahun)
      
Secara sistimatik , Kategori dan Karakteristik Biaya dapat di ringkas dalam tabel berikut ini :



Kategori

Fixed Cost

Variable Cost

Semi   - Cost Variable

Ex Factory Cost

Biaya Rawat TM



Biaya Over Head

Biaya Panen dan Transport TBS

Biaya Olah

Fixed :





Variable :



Gaji danTunjangan Sosialuntuk Teknisi

Pemeliharaan &Administrasi
Pengolahan

Cash Cost

Biaya Head Office

Angkutan Palm Product

Book Cost

Depresiasi


C.  Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Biaya

Unit Biaya Produksi ditentukan oleh besarnya Output Produksi dan Input Biaya Produksi, sehingga terhadap kedua hal tersebut perlu selalu di analisa, faktor apa saja yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif.

·         Faktor Internal

-       Detil Latar Belakang Perkebunan
-       Organisasi Internal(Ratio Tenaga Kerja vs luas Lahan, struktur organisasi, efisiensi)
-       Skill Karyawan
-       Cara kerja dan teknologi yang diterapkan di lapangan
-       Infra Struktur

·        Faktor Eksternal

-       Kebijakan Pajak, Kontrol Biaya Pembelian Material
-       Inflasi
-       Jarak kebun ke pelabuhan
-       Permintaan Pasar


Faktor Negatif dan Faktor Positif yang mempengaruhi kepada Produksi dan Biaya Produksi , secara sistimatis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tingkat  pengaruhnya dari semua faktor di atas terhadap produksi dan biaya produksi dapat turun atau naik dengan adanya inter-aksi  antara berbagai faktor melalui intervensi kebijakan management untuk menjaga  biaya pada level yang dapat dipertanggung jawabkan.

Namun bagaimanapun, management tentu tidak akan mampu menghilangkan semua faktor negatif yang ada terhadap produksi maupun biaya.

Faktor Negatif & Positif terhadap Produksi & Biaya



Faktor

Pengaruh

thd Produksi

Pengaruh

thd Biaya
Negatif
Positif
Negatif
Positif

INTERNAL
Latar Belakang Kebun
Daerah Rendah dan sering tergenang
Daerah Datar hingga ber gelombang
Daerah Rendah dan sering tergenang
Daerah Datar hingga ber gelombang

Curah Hujan < 1500 mm penyebab stress

Normal s/d tingginya curah hujan > 1500mm

Berbukit-bukit

-

Drainase buruk

Drainase baik

sering Hujan Deras

Iklim Normal

Organisasi



Organisasi yang tidak solid

Organisasi yang solid

Kemampuan Personil

Kurang Terampil (Output Rendah)

Terampil (Output Tinggi)

Tenik dan Teknologi

Bibit kurang baik
tanaman sudah tua

Bibit unggul tanaman masih muda

tanaman tua – sudah sangat tinggi

Tanaman masih pendek

Sering Terkena serangan Hama & Penyakit

Proteksi Tanaman terkelola baik

Sering Terkena serangan Hama & Penyakit

Proteksi Tanaman terkelola baik


Pabrik Tua
(Efisiensi Rendah)

Pabrik baru
(Efisiensi tinggi)

Pabrik Tua
(Efisiensi Rendah)

Pabrik baru
(Efisiensi tinggi)

Infrastruktur


Tidak cukup ada Jaringan jalan
& kondisi buruk

Cukup ada Jaringan jalan
& kondisi baik

EXTERNAL

Kebijakan Pemerintah

Pajak dinaikan, Upahnaik, banyaknya pungutan, tak ada subsidi

Subsidi kembali diberlakukan atau harga pupuk di kontrol

Inflasi

Harga Barang naik

Infrastruktur

Jarak tempuh kebun ke Pelabuhan jauh (biaya angkutan tinggi)

Jarak tempuh kebun ke Pelabuhan dekat (biaya angkutan rendah)

Kebutuhan Pasar Naik

Permintaan terus naik


Lampiran  
Standar Kebutuhan HK per Ha
TBM.0  (PERAWATAN 6 BULAN)

NO

ITEM

ROTASI

HK/ROTASI

HK/HA/TH
1
CIRCLE WEEDING MANUAL
3
1,50
4,50
2
GAWANGAN
A.  DAK
6
3,00
18,00
B.  LALANG
6
0,50
3,00
3
PRUNING/INITIAL
4
PEMUPUKAN PER JENIS (2 jenis)
4
0,30
1,20
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
6
0,10
0,6
6
PEMBERANTASAN HP
2
0,50
1,00
TOTAL
28,3


Standar Kebutuhan HK per Ha
 TBM.1  (PERAWATAN 12 BULAN)


NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CW  :
-          MANUAL
-          CHEMIST

1
3

2,0
1,0

2,0
3,0
2
GAWANGAN
A.  DAK
4
3
12
B.  CHEMIST
2
0,4
0,8
B.  LALANG
4
0,25
1,0
3
PRUNING/INITIAL
4
PEMUPUKAN PER JENIS
5
0,30
1,50
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
2
0,25
0,50
6
PEMBERANTASAN HP :
- Tikus
2
0,25
0,50
- Hama Daun
2
0,50
1,00
7
SENSUS HPT
2
0,10
0,2
8
SISIP :
-          Sensus
-          Sisip KS

1
1

0,3
0,7

0,3
0,7
TOTAL
23,5



Standar Kebutuhan HK per Ha
 TBM.2  (PERAWATAN 12 BULAN)


NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CPT
-          Manual
-          Chemist

1
3

1,5
0,8

1,5
2,4
2
GAWANGAN :
A.  DAK
2
2,0
4,00
B. CHEMIST
6
0,25
1,50
C.  LALANG
2
0,40
0,80
3
PRUNING/INITIAL
4
PEMUPUKAN PER JENIS (8 jenis)
8
0,25
2,00
5
DET. HPT/SENSUS HPT
12
0,1
1,2
6
PEMBERANTASAN HP :
- Tikus
2
0,25
0,50
- Hama Daun
2
0,50
1,00
7
SISIP :
-          Sensus
-          Sisip Kelapa Sawit

1
1

0,25
0,40

0,25
0,40

TOTAL
15,55


Standar Kebutuhan HK per Ha
 TBM.3  (PERAWATAN 12 BULAN)

NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CPT
-          Manual
-          Chemist

2
2

1,50
0,75

3,0
1,5
2
GAWANGAN
A.  DAK
4
2,00
8,00
B.  LALANG
4
0,25
1,00
3
PRUNING/INITIAL
1
3,00
3,00
4
PEMUPUKAN PER JENIS
9
0,25
2,50
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
12
0,10
1,20
6
PEMBERANTASAN HP
2
0,75
1,50
7
SENSUS HPT
2
0,10
0,20
9
KONSOLIDASI
1
0,25
0,25
10
PEMBUATAN PASAR PIKUL
1
2,00
2,00
TOTAL
24,15

Standar Kebutuhan HK per Ha
 TM.1 & 2  (PERAWATAN 12 BULAN)

NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CPT :
-          Manual
-          Chemist

2
2

1,50
0,75

3,00
1,50
2
GAWANGAN
A.  DAK
4
0,25
1,00
B.  LALANG
4
0,25
1,00
3
PRUNING/INITIAL
12
0,25
3,00
4
PEMUPUKAN PER JENIS
8
0,60
4,80
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
12
0,1
1,20
6
PEMBERANTASAN HP
2
0,25
0,50
TOTAL
16,00



Standar Kebutuhan HK per Ha
 TM.3 & 4  (PERAWATAN 12 BULAN)

NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CPT :
-          Manual
-          Chemist

1
2

1,50
0,75

1,50
1,50
2
GAWANGAN
A.  DAK
3
1,00
3,00
B.  LALANG
3
PRUNING/INITIAL
12
0,25
3,00
4
PEMUPUKAN PER JENIS
8
0,60
4,80
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
12
0,1
1,20
6
PEMBERANTASAN HP
2
0,25
0,50
TOTAL
15,50



Standar Kebutuhan HK per Ha
 TM.5 & 6  dst (PERAWATAN 12 BULAN)

NO
ITEM
ROTASI
HK/ROTASI
HK/HA/TH
1
CPT
3
0,75
2,25
2
GAWANGAN
A.  DAK
3
0,75
2,25
B.  LALANG
3
PRUNING/INITIAL
12
0,25
3,00
4
PEMUPUKAN PER JENIS
2
0,65
1,30
5
DETEKSI HAMA PENYAKIT
12
0,01
0,12
6
PEMBERANTASAN HP
12
0,10
1,20
TOTAL
10,12
arie malangyoedo 02.41

6 komentar:

1.            
postingan yang sangat menarik pak. ada yang saya ingin tanyakan. kemana saya bisa menghubungi anda?
terima kasih.

kakangmas@gmail.com
2.            

implementasi

Written By : bececeran dimana mana

Updated by : bceceran at 09 July 2013|12:28 PM

Dengan asumsi Perawatan dan Pemupukan yang Baik
DI AREAL PERKEBUNAN AIR MOLEK - PEKANBARU (RIAU)
Biaya-biaya yang harus dikeluarkan :

Biaya Pembelian Lahan per ha = Rp. 10.000.000 (Tergantung lahan sangat variatif tergantung lokasi)
Pembersihan Lahan per ha sekitar = Rp. 500.000

PEMBIBITAN :

Bibit harus dibeli dari tempat yang jelas dan qualified sangat riskan jika beli dari tempat yang nggak jelas walaupun harganya hanya ½ dari tempat penjual bibit resmi, karena resikonya sawit dapat tidak berbuah sama sekali kalau toh tetap berbuah hasilnya akan buruk. Tempat tempat yang qualified yang memang terbiasa dalam menjual bibit antara lain:
1. MARIHAT (Medan) 
2. PT. Lonsum (London Sumatera), 
3. PT. Socfin Medan, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), 
4. dll.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMyxXBOl98iKXBD-HoY913hlnx9ktvKo1Yn3OxGDCKtGoW3kAZ6BeTUZ7tfSdooCTYXTHPSWKhNFwj-BgnMYeID-Hcr8q8IIVTCaC8NwXnZ75GKd0jGSCVBkWKTemi66BrA6K7JU9j3QTD/s200/IMG-20130331-00108.jpg
Bibit 6bln

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6TCSn67XKnsnbW08bLyfBZl_mJiuPIJqLwKOUyuwxJ0SPC89-jQcJLfT9RX_oAJIftcNWTfMVY3RWsxI1xm45TwhyTYJaRyPE4nnzbITEVXjomcZG9bRjSP-aoh-xSSAfbh8LfVzYrV_4/s200/Kelayang-20120909-02125.jpg
Bibit 18bln
Usia 6 bulan harga + = Rp. 15.000 per pokok pohon

Usia bibit ini masih sangat mungkin dimakan hama babi, Jadi dibutuhkan biaya tambahan untuk untuk membuat pagar supaya aman dari babi. 

Jika biaya pembuatan pagar per pokok pohon sekitar 5rb rupiah jatuh harga menjadi Rp. 20.000 per pokok pohon.

Usia 18 bulan harga sekitar = Rp. 30.000 per pokok pohon.

Bibit usia 18 bulanan sudah tidak dimakan babi karena sudah tumbuh duri. Jadi sudah tidak butuh biaya lagi untuk mengamankan dari gangguan hama babi. 

Jumlah bibit Yang dibutuhkan per ha.


Pohon Kelapa Sawit  butuh Jarak tanam sekitar : 9m x 9m = 81 m2

Untuk luas 1 ha (10.000 m2) = 10000 m2/81 m2 yaitu sekitar 130-an buah.

Biasanya Lahan 1 ha ditanami antara 130 buah sampai 140 buah.

Asumsi penanaman 1 ha = 130 buah.

Jadi biaya bibit =    Rp. 30.000 x 130 buah = Rp. 3.900.000 per ha. 

Pemupukan



Bulan ke-1 tanam (
Urea) = 0,5 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 65 kg per ha.


Bulan ke-2 tanam (
Urea) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.


Bulan ke-4 tanam (
TSP) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.


Bulan ke-8 tanam (
Urea) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.


Bulan ke-12 tanam (
Urea) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.


Bulan ke-16 tanam (
TSP) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.


Bulan ke-20 tanam (
Urea) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha. 


Bulan ke-24 tanam (
Urea) = 0,75 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha. 


Bulan ke-28 tanam (
TSP) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.


Bulan ke-32 tanam (
Urea) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.


Bulan ke-36 tanam (
Urea) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha. 


Bulan ke-40 tanam (
TSP) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha. 


Bulan ke-44 tanam (
Urea) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha. 


Bulan ke-48 tanam (
Urea) = 1 kg per pohon

Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.


Biasanya pemupukan sekitar 6 bulan sekali bahkan banyak yang hanya 1 kali setahun, tetapi menurut cerita di forum online dari orang yang punya kebun kelapa sawit direkomendasikan kalau mau hasil yang lebih bagus dipupuk 4 bulan sekali.

Setelah tanaman berumur 3,5 tahun biasanya sudah mulai menghasilkan walau tidak terlalu banyak antara 0,5 ton sampai sampai 1 ton per ha. Sangat tergantung kesuburan tanah, cara perawatan juga faktor faktor lain. 

Harga TBS (Tandan Buah Segar) per kilo sekitar Rp. 1.700-an ke pabrik dengan lahan plasma. Tetapi jika dijual sendiri ke Bengkulu sekitar Rp. 2000-an. Tiap pabrik juga memberikan harga yang berbeda-beda, dan cara penaksiran waste yang berbeda pula.
Biasanya dipotong antara 5% sampai 10 % dari hasil produksi. Jadi seandainya hasil kebun sawit 5 ton, maka hanya akan dihitung 4,5 ton saja dikalikan harga per kilonya. Ini tergantung dari cara penaksiran jumlah buah panennya. Jika yang dipanen masih banyak buah yang mentah, potongannya akan semakin besar. Juga tiap petugas penaksir mempunyai selera masing masing dalam cara memotongnya.

Untuk pemupukan dilakukan rotasi 2x urea 1x pupuk TSP tiap pemupukan.

Jadi jika dipupuk tiap 4 bulan jumlah pupuk yang dikeluarkan sekitar: 

  • Pupuk Urea sampai 4 th. = 1,072 ton sekitar 1100 kg 
  • Pupuk TSP sampai dengan 4 th = 0,455 ton sekitar 500 kg. 
Biaya pupuk total sampai dengan umur 4 tahun adalah : 
Harga pupuk Urea sekitar Rp. 4000 s/d Rp. 5000 per kgnya.

Harga pupuk TSP sekitar Rp. 1600 s/d Rp. 2000 per kgnya. 



Asumsi harga diambil tertinggi :

Urea => 1100 kg x Rp. 5000 = Rp. 5.500.000

TSP => 500 kg x Rp. 2000 =  Rp. 1.000.000

Total Biaya Pupuk  =              Rp. 6.500.000

Penyemprotan


Penyemprotan disini adalah penyemprotan terhadap gulma seperti alang alang atau rumput rumput liar yang dikhawatirkan menganggu pertumbuhan tanaman sawit. Penyemprotan dengan menggunakan herbisida. Ada berbagai macam merek Roundup, Bablass, dll, dengan harga bervariasi. Yang pernah saya tanyakan merk Bablass harganya 125 rb/Ltr jadi masih dalam kisaran ratusan ribu rupiah.

Alat untuk menyemprot sekitar 150-200 rb rupiah.(merk 'solo')

Penyemprotan 1

Biaya tenaga kerja = Rp. 60.000 per ha.

Dosis per HA sekitar 1 lt ditambah campuran air sekitar 300-an liter.

Setelah penyemprotan pertama biasanya rumput liar (gulma) akan menjadi kering berikutnya sekitar 6 bulan kemudian kembali disemprot lagi untuk mematikan akar di gulma tersebut. 6 bulan kemudian untuk memastikan seluruh akar mati kembali disemprot sekali lagi.

Perkiraan saya 3x penyemprotan dengan kebutuhan 1 lt herbisida, biaya tenaga kerja dan investasi alat + kerugian umur alat penyemprot sekitar Rp. 1.000.000

Setelah 3 x penyemprotan biasanya akar rumput sudah habis dan akar-2 juga sudah mati, gulma akan tumbuh lagi sekitar 3 s/d 4 th lagi. Saat itu akan dilakukan penyemprotan lagi jika gulma sudah mulai mengganas.

Jadi biaya yang dibutuhkan sampai umur sekitar 4 th untuk penyemprotan sekitar 1.000.000

Pemangkasan Daun.


Dimaksudkan supaya tanaman sawit bisa tumbuh secara efektif dilakukan pemangkasan daun, di Sumatera kegiatan ini disebut Muruning/Peruning.

Ada 3 jenis Pemangkasan yaitu :
  • Pemangkasan Pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16 – 20 bulan.
  • Pemangkasan Produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk, untuk persiapan panen dilakukan saat umur 20 – 28 bulan.
  • Pemangkasan Pemeliharaan
Membuang daun-daun yang tumbuh saling menumpuk secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sekitar 28 – 54 helai daun.

Biaya yang dibutuhkan per hektar sekitar 80rb-an per Ha-nya (persisnya saya kurang jelas) karena ada beberapa orang yang saya tanya memberikan harga berbeda-beda. Untuk bagian pemangkasan pemeliharaan dilakukan sekitar 1 th sekali.

Jika dalam waktu 4 th kita lakukan 5 kali perlakuan pembersihan (pemangkasan daun) maka dibutuhkan biaya sekitar 400 rb diasumsikan 500 rb.


Jadi Total Biaya yang dibutuhkan sampai tanaman usia 4 th PER HA kurang lebih :

Biaya pembelian lahan.                          Rp. 10.000.000
Harga Bibit                                          Rp.   3.900.000.
Biaya Pemupukan                                Rp.   6.500.000
Biaya Penyemprotan terhadap Gulma     Rp.   1.000.000
Biaya pemangkasan daun                      Rp.     500.000
Total                                                  Rp. 21,900.000 = + Rp. 22.000.000

Setelah 4 th biasanya tanaman sawit sudah mulai bisa dipanen. 

BIAYA SETELAH MASA TANAMAN BISA DI PANEN


Umur 4 th (asumsi 0,5 ton/HA per bulan)

PANEN
  1. Biaya untuk ongkos tukang panen per janjang Rp. 600
  2. 1 Ha umur 4 th sekitar 3-5 kg => 150 janjang = 90.000rb. 
  3. Biaya transportasi Rp. 100 rp per kg.  --> 500 kg x 100 = 50.000 rb.

Total Biaya Produksi panen sekitar Rp. 140.000/HA per bulan.

Asumsi Hasil Panen umur 4 th (0,5 ton perbulan). Per kilo 1700 rp.

0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.

Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman :

Perkiraan sebagai berikut :

Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan 

Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan 

Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb/bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 juta-an.

Modal yang dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang bisa dipakai untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7 th).

JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP setelah panen. 

Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah biaya ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen) sampai pabrik.
Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Hektar Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Tebu, 2014
Uraian
Kelapa Sawit
Tebu
Nilai (Juta Rupiah)
%
Nilai (Juta Rupiah)
%
A. Nilai Produksi
17,0
31,0

B. Biaya Produksi
9,7
100,00
24,2
100,00
1.   Benih/Penyisipan/Tanaman Pelindung
0,1
1,10
3,1
12,62
2.   Pupuk
1,8
18,44
2,9
12,04
3.   Stimulan
0,0
0,05
0,0
0,08
4.   Pestisida
0,2
2,33
0,1
0,34
5.   Upah Tenaga Kerja
3,1
31,71
6,4
26,21
a.  Pengolahan Lahan
0,2
1,58
0,9
3,83
b.  Penanaman pohon pelindung
0,0
0,01
0,0
0,02
c.  Penanaman tanaman perkebunan
0,0
0,43
0,8
3,15
d.  Pemeliharaan
0,6
6,01
2,0
8,42
e.  Pemupukan
0,2
2,52
0,7
2,97
f.  Pengendalian OPT
0,1
1,31
0,0
0,28
g.  Pemanenan
1,9
19,85
1,8
7,54
6.   Sewa Lahan
3,0
30,97
7,8
32,37
7.   Sewa alat dan sarana
0,2
2,38
0,3
1,07
8.   Bahan Bakar
0,2
1,54
0,1
0,57
9.   Jasa Pertanian
0,2
1,61
1,2
4,74
10.   Pengeluaran lainnya
1,0
9,85
2,4
9,96
Catatan:
Data dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia
Penghitungan ongkos dan biaya pada Kelapa sawit adalah seluruh ongkos dan biaya yang dikeluarkan selama setahun yang lalu per hektar Sedangkan pada Tebu, penghitungan struktur ongkos berdasarkan pada seluruh pengeluaran tanaman perkebunan semusim terpilih yang panen selama setahun yang lalu per hektar. Ongkos/biaya yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan (bukan jumlah yang dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu. Benih, tanaman pelindung, pupuk, stimulan, dan pestisida yang bukan pembelian diperkirakan nilainya sesuai harga setempat.


Selamat Berhitung hitung..... 

Related articles

·                     Cari Uang dari Kamar Pribadi
·                     Google Glass Kaca Mata Ber Operating Sistem
·                     Merk Terkenal Dari Indonesia
·                     TIKET PESAWAT MURAH
·                     Hama Babi Hutan dan Landak Pada Tanaman Kelapa Sawit
·                     Aplikasi Toko Obat dan Apotik
SaveSave

266 komentar:

1.    


program social
InfoSAWIT, JAKARTA -  Biasanya, tanggung jawab sosial yang dimiliki perusahaan, termaktub kedalam program Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan (CSR). Sebab itu, sebagian besar perusahaan perkebunan kelapa sawit, selalu melakukan rumusan program kerja CSR melalui kegiatan perusahaan yang memiliki berbagai tujuan pembangunan sosial dan lingkungan, seperti, kelestarian alam, kesejahteraan pekerja, kesehatan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, dan sebagainya.
Berdasarkan penelusuran redaksi InfoSAWIT, keberadaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang beroperasi di Indonesia, juga mendapat mandat mandatori dari regulasi pemerintah. Beberapa landasan hukum dari pemerintah, yang menjadi kewajiban bagi perusahaan, termasuk perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Beberapa regulasi pemerintah, yang secara mandatori memberikan mandat kepada perusahaan untuk melakukan aksi sosial dan lingkungan, antara lain; Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Bahkan tahun 2012 silam, pemerintah juga memberikan aturan baru berupa Peraturan Pemerintah No.47 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dengan adanya aturan bagi perusahaan ini, maka secara tegas, pemerintah memberikan tugas secara mandatori kepada perusahaan swasta untuk melakukan tanggung jawab kepada sosial dan lingkungan sekitarnya.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit milik pemerintah juga memiliki kewajiban serupa dengan perusahaan swasta, lantaran kewajiban Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah terlebih dahulu diatur berdasarkan Peraturan Menteri BUMN.
Dimana, keberadaan Peraturan Pemerintah tersebut, telah dilengkapi dengan peraturan serupa, yang telah mengatur kewajiban melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seperti Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PER-05/MBU/2007, tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Peraturan Menteri Negara BUMN ini, juga telah mengalami perubahan, menjadi PER-08/MBU/2013, tentang Perubahan keempat atas Peraturan Menteri Negara BUMN, tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), PER-05/MBU/2013 lalu.
Dengan adanya peraturan mengenai program kemitraan dengan masyarakat tersebut, sebagian besar perusahaan perkebunan milik swasta dan negara, telah banyak yang melakukan program kemitraan bersama masyarakat. Pola kemitraan perusahaan perkebunan kelapa sawit, telah dilakukan sejak awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di berbagai pelosok.
Berdasarkan penelusuran redaksi InfoSAWIT, sejak awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, telah dilakukan melalui pola kemitraan dengan masyarakat sekitar. Semisal, pola kemitraan perkebunan kelapa sawit milik perusahaan (inti) dengan perkebunan milik masyarakat (plasma). Melalui program kemitraan ini, perusahaan perkebunan mendapatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola perkebunan kelapa sawit di daerah pelosok.
Pola kemitraan dengan masyarakat tersebut, di perkebunan kelapa sawit juga diperkuat dengan peraturan Undang-Undang Perkebunan yang memberikan kewajiban kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk menyertakan masyarakat dalam pengelolaannya, sebagai pemilik perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di suatu daerah.
Sebab itu, keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit nasional, biasanya dikembangkan berdasarkan pola kepemilikan perusahaan dan masyarakat, dimana porsi kepemilikan masyarakat sebesar 20% dari lahan yang dikelola perusahaan.
Besaran perkebunan kelapa sawit yang menjadi porsi masyarakat sebesar 20%, juga masih menjadi perdebatan hingga dewasa ini. Ada argumentasi yang menyebutkan, luasan porsi masyarakat sebesar 20% berasal dari perizinan Hak Guna Usaha (HGU) yang dimiliki perusahaan perkebunan kelapa sawit. Namun, ada juga argumentasi yang menyebutkan diluar perizinan HGU yang dimiliki perusahaan.
Kendati masih banyak terjadi perdebatan mengenai besaran porsi kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat, namun pada kenyataan di lapangan sudah berjalan dengan baik. Hampir seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit sudah memiliki kemitraan dengan masyarakat, melalui pola kemitraan perkebunan milik perusahaan dan perkebunan milik masyarakat (plasma). (T1)
Sumber: Majalah InfoSAWIT Edisi Februari 2018

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji implementasi Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP); dan (2) menganalisis persepsi masyarakat yang bekerja maupun yang tidak bekerja pada perusahaan terhadap implementasi Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. GSIP. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat. Metode penentuan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden dengan penetapan 30 responden masyarakat yang bekerja pada perusahaan dan 30 responden masyarakat yang tidak bekerja pada perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program CSR perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. GSIP kepada masyarakat sebagian besar berfokus pada bantuan bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, sedangkan bantuan bidang pendidikan dan kesehatan masih kurang karena perusahaan menganggap bahwa bidang pendidikan dan kesehatan sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Selanjutnya persepsi masyarakat terhadap Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. GSIP bahwa masyarakat yang bekerja pada perusahaan berkategori “sesuai” dengan skor 196,40, sedangkan untuk masyarakat yang tidak bekerja pada perusahaan berkategori “raguragu” dengan skor 153,23. Hal ini dibuktikan pula dengan hasil analisis uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara persepsi masyarakat yang bekerja pada perusahaan dan masyarakat yang tidak bekerja pada perusahaan terhadap implementasi Program CSR perusahaan. Karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kegiatan CSR, sehingga masyarakat menilai bahwa kontribusi dari keberadaan perusahaan dalam implementasi Program CSR belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan.

lingkungan

Analisis Pengelolaan Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit Batu Ampar Estate Pt Tapian Nadenggan Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil.


View/Open
Date
2015
Author
Rachmawati, Namira Dita
Hariyadi
Thohari, Machmud
Metadata
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. ISPO terdiri dari 7 prinsip, 41 kriteria, dan 128 indikator yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME Kabupaten Kotabaru berdasarkan persyaratan ISPO dan merumuskan langkah optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME untuk peningkatan berkelanjutan dalam implementasi persyaratan ISPO. Metode pengumpulan data dilakukan secara studi literatur, observasi lapangan dan kuesioner kepada pihak yang berkompeten dan berwenang terkait masalah yang diteliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan perkebunan BAME. Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT yaitu instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan BAME dapat memenuhi 63 indikator dari 65 indikator ISPO pada prinsip 1,2, dan 3 terkait pengelolaan lingkungan. Indikator yang belum terpenuhi antara lain indikator 1.2 tentang pembangunan kebun plasma untuk masyarkat sekitar dan indikator 3.3.5 tentang pelaporan pencegahan, penanggulangan dan pemantauan kebakaran. Oleh karena itu, perkebunan BAME memerlukan langkah perbaikan untuk mengoptimalkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan terkait ISPO. Langkah optimalisasi untuk memperbaiki kinerja dalam pengelolaan lingkungan perkebunan BAME dilakukan menggunakan analisis SWOT dengan posisi Perkebunan BAME saat ini berada pada kuadran I yaitu strategi agresif dengan skor bobot (1.542, 1.571). Beberapa strategi telah dirumuskan untuk untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan lingkungan di perkebunan BAME yaitu strategi S-O (Strengths- Opportunities) antara lain melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengolah limbah padat perkebunan menjadi pakan ternak, meningkatkan kinerja perusahaan untuk meraih penghargaan dalam bidang lingkungan guna mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pasar dunia, menciptakan inovasi baru yang lebih efektif dalam mengelola lingkungan perkebunan dan merancang gagasan dan melakukan kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mengolah TKS menjadi bioethanol. Kata kunci: perkebunan kelapa sawit, pengelolaan lingkungan, ISPOIndonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia. ISPO terdiri dari 7 prinsip, 41 kriteria, dan 128 indikator yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME Kabupaten Kotabaru berdasarkan persyaratan ISPO dan merumuskan langkah optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME untuk peningkatan berkelanjutan dalam implementasi persyaratan ISPO. Metode pengumpulan data dilakukan secara studi literatur, observasi lapangan dan kuesioner kepada pihak yang berkompeten dan berwenang terkait masalah yang diteliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan perkebunan BAME. Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT yaitu instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan BAME dapat memenuhi 63 indikator dari 65 indikator ISPO pada prinsip 1,2, dan 3 terkait pengelolaan lingkungan. Indikator yang belum terpenuhi antara lain indikator 1.2 tentang pembangunan kebun plasma untuk masyarkat sekitar dan indikator 3.3.5 tentang pelaporan pencegahan, penanggulangan dan pemantauan kebakaran. Oleh karena itu, perkebunan BAME memerlukan langkah perbaikan untuk mengoptimalkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan terkait ISPO. Langkah optimalisasi untuk memperbaiki kinerja dalam pengelolaan lingkungan perkebunan BAME dilakukan menggunakan analisis SWOT dengan posisi Perkebunan BAME saat ini berada pada kuadran I yaitu strategi agresif dengan skor bobot (1.542, 1.571). Beberapa strategi telah dirumuskan untuk untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan lingkungan di perkebunan BAME yaitu strategi S-O (Strengths- Opportunities) antara lain melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengolah limbah padat perkebunan menjadi pakan ternak, meningkatkan kinerja perusahaan untuk meraih penghargaan dalam bidang lingkungan guna mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pasar dunia, menciptakan inovasi baru yang lebih efektif dalam mengelola lingkungan perkebunan dan merancang gagasan dan melakukan kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mengolah TKS menjadi bioethanol.
URI
Collections



0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger