STRUKTUR BIAYA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
TANAMAN MENGHASILKAN
A. Struktur Biaya Perkebunan
Struktur Biaya pada perkebunan Kelapa
Sawit adalah demikian pentingnya, sebab hanya struktur biaya yang dikelola dan dikontrol dengan tepat , usaha
perkebunan akan memperoleh hasil keuntungan yang lebih baik.
Sistim akuntansi yang digunakan di
perkebunan kelapa sawit, umumnya menguraikan Biaya Produksi kedalam beberapa
Kategori Biaya, yang mana setiap kategori biaya dibagi dalam beberapa Group
Biaya. Adapun Group biaya itu sendiri terdiri atas beberapa Komponen
Biaya yang merupakan sejumlah Elemen Biaya sebagai dasar perhitungan
pengeluaran biaya real. Secara skematis uraian Biaya Produksi perkebunan kelapa
sawit tersebut dapat dilihat pada halaman berikut ini.
Terdapat tiga kelompok Kategori Biaya,
yaitu Ex-Factory Cost, Cash Cost dan Book
Cost. Gross Profit Before Tax dihitung dari Net
sales dikurangi Book Cost.
Penguraian Biaya Produksi menjadi Komponen Biaya ditujukan untuk meng
identifikasi berbagai biaya agar dapat dijadikan pedoman bagi perencanaan
Budget dan Akuntansi serta membuat terbentuknya sistim kontrol yang
efektif pada management biaya.
1. Elemen Biaya Produksi
Semua komponen biaya produksi selalu
meliputi tiga prinsip elemen biaya, yakni Upah Tenaga Kerja biasa dilakukan
melalui mekanisme PK (PK – Perintah Kerja), Biaya Material dilakukan
melalui mekanisme PO (PO – Purchase Order) dan Proporsi
atas pembebanan Biaya Angkutannya.
Setiap biaya
per komponen akan bervariasi tergantung kepada besarnya biaya rata-rata upah
buruh, jumlah material yang digunakan sesuai harga yang berlaku saat itu dan
besarnya biaya angkutan. Ketiga elemen tersebut benar-benar menjadi
dasar terjadinya variasi dalam biaya produksi.
Komponen &
Element Biaya
Katagori Biaya
|
Kelompok Biaya
|
Komponen Biaya
|
Elemen Biaya
|
Ex-Factory
Cost
|
· Perawatan
Kebun
|
- Pembasmian
Lalang
|
- Upah termasuk Tunjangan
dan Lembur
- Harga Material
- Angkutan Tenaga kerja
& Material
|
- Pengendalian
Gulma
|
|||
- Pemupukan
|
|||
- Pangkas
Pelepah
|
|||
- Rawat
Infrastruktur
|
|||
- Pengendalian
Hama & Penyakit
|
|||
· Panen
|
- Alat
Panen
|
||
- Angkutan
TBS
|
|||
- Perawatan
TPH
|
|||
· Pabrik
|
- Pengolahan
TBS
|
||
- Pemeliharaan
Alat & Mesin
|
|||
- Pemeliharaan
Bangunan Pabrik
|
|||
- Laboratorium
|
|||
- Penanganan
Limbah
|
|||
- Pengolahan
Air Baku Pabrik
|
|||
· Umum
Kebun (Biaya per ha sejak tanam, TBM dan TM)
|
- Tunjangan
Kesehatan dan Tunjangan Sosial
|
||
- Asuransi
|
|||
- Pensiun
|
|||
- Supervisi
|
|||
- Gaji
Staff
|
|||
- Pemeliharaan
Fasilitas Perumahan & Bangunan Kantor
|
|||
- Komunikasi
|
|||
- Pajak
& Kontribusi
|
|||
Cash
Cost
|
· Biaya
Pemasaran (FOB)
|
- Biaya
Angkutan CPO dari Pabrik ke Pelabuhan
|
|
- Biaya
Pengapalan
|
|||
- Asuransi
|
|||
· Overhead
Kantor Pusat
|
- Gaji
dan Tunjangan
|
||
- Pensiun
|
|||
- Administrasi
Kantor
|
|||
- Tunjangan
Kesehatan & Sosial
|
|||
- Pemeliharaan
Bangunan Kantor
|
|||
- Asuransi
|
|||
- Komunikasi
|
|||
- Pajak
& Kontribusi
|
|||
- Konsultan
|
|||
Book
Cost
|
· Depresiasi
|
- Semua
Asset berdasarkan kelasnya
|
|
a Upah Tenaga Kerja
Biaya upah tenaga kerja di perkebunan
terdiri atas upah Buruh Harian , Upah Buruh Bulanan dan Upah
Borong. Dasar perhitungan upah buruh diperoleh dari kebijakan
pemerintah tentang Upah Minimum Propinsi (UMP) dengan kenaikan tahunan
rata-rata 9 – 12 persen, ditambah rasio Tunjangan Catu Beras, yang ditetapkan sebesar 15 kg bagi
pekerja per bulan, 9 kg per bulan untuk istri dan 7,5 kg per bulan untuk anak,
dengan pembatasan jumlah anak 3 orang.
Harga dasar beras ditetapkan oleh
pemerintah dengan kenaikan rata rata 5 – 7 persen setiap
tahunnya. Selain daripada itu, pekerja juga memperoleh tambahan yang
disebut Fringe Benefit yang terdiri atas Premi, Lembur,
jaminan kesehatan dan sosial, sehingga gaji yang dibayarkan kepada buruh,
besarnya dapat bervariasi sesuai skala upah , antara 110 hingga 400 persen dari
upah pokoknya hariannya . Selain daripada itu, pekerja juga akan
memperoleh tunjangan satu bulan gaji tambahan setiap tahun sebagai Tunjangan
Hari Raya.
Contoh Cara
Perhitungan Upah Tenaga Kerja
Upah
|
Rp
/ HK
|
Rp./Bln
|
1. UMK (yang berlaku)
|
32,000.0
|
960,000.0
|
2. Premi Dan Lembur
|
6,400.0
|
160,000.0
|
3. Tunjangan Kesehatan
& Biaya Sosial
|
3,200.0
|
80,000.0
|
4. Tunjangan Catu Beras
|
11,160.0
|
279,000.0
|
TOTAL UPAH
|
52,760.0
|
1,319,000.0
|
Catatan :
Premi dan Lembur
|
= 20 % dari UMK
|
Sub
total
|
= Rp. 6.400
|
Tunjangan Kesehatan & Biaya
Sosial
|
= 10 % dari UMK
|
Sub
total
|
= Rp. 3.200
|
Tunjangan Catu Beras
|
|
Pekerja
|
= 15,0 kg
|
Istri
|
= 9,0 kg
|
Anak (Maksimum 3 anak )
|
= 7,5 kg x 3 = 22,5
kg
|
Total
beras
|
= 46,5 kg
|
Asumsi Harga Beras
|
= Rp 6.000 per kg
|
Tunjangan Catu Beras per bulan
|
= Rp. 279.000
|
Per
Hari Sub total
|
= Rp. 11.160
|
(1 bulan = 25 hari kerja)
|
Dalam
perhitungan Budget, semua tunjangan harus di tambahkan sebagai bagian dari sub
komponen upah
b Ratio Tenaga Kerja terhadap luas Lahan
Secara detil, ratio tenaga kerja terhadap
luas lahan harus dihitung di setiap kategori kegiatan pada Tanaman Menghasilkan
(TM), yang terdiri dari Rawat, Panen, Biaya Umum; dengan menjumlahkan upah
pokok semua tenaga kerja pada setiap kategori sehingga diperoleh
angka Total Gaji Tenaga Kerja.
Untuk kemudian dihitung Upah
Rata-Rata dengan membagi Total Gaji Tenaga Kerja yang dibayar
dengan jumlah Tenaga Kerjanya.
Seluruh pembayaran fringe
benefit tenaga kerja untuk kemudian dirubah menjadi
jumlah Mandays atau Hari Kerja Orang (HK) dengan cara
membagi Total Fringe Benefit dengan Upah Rata
Rata.
Sama halnya dengan Pembayaran pada setiap
Kontraktor harus di rubah menjadi HK, dengan cara ; total nilai pembayaran
kepada semua Kontraktor dibagi dengan Upah Rata-Rata
Tabel Ratio Tenaga Kerja per Ha Luas Lahan
KATAGORI
|
HARIAN TETAP HK/Ha
|
HARIAN LEPAS HK/Ha
|
TOTAL
HK/Ha
|
RAWAT
|
|||
A.
Pokok
|
|||
B.
Premi/Lembur
|
|||
C.
Kontraktor
|
|||
PANEN
|
|||
A.
Pokok
|
|||
B.
Premi/Lembur
|
|||
C.
Kontraktor
|
|||
UMUM
|
|||
A.
Pokok
|
|||
B.
Premi/Lembur
|
|||
C.
Kontraktor
|
|||
TOTAL
|
|||
A.
Pokok
|
|||
B.
Premi/Lembur
|
|||
C.
Kontraktor
|
|||
GRAND
TOTAL
|
Variasi ratio tenaga kerja per perkebunan
per tahun pada setiap kategori pekerjaan dipengaruhi oleh Volume Pekerjaan,
tersedianya Material, Tingkat Produksi dan tersedianya Alat Berat atau
peralatan lainnya.
Sebagai contoh, pekerjaan Rawat dapat
bervariasi karena besar-kecilnya jumlah material pupuk yang di aplikasikan di
lapangan, atau adanya tindakan pengendalian khusus karena serangan hama.
Sementara jumlah tenaga panen selalu
melekat pada kegiatan panen dan tenaga pabrik selalu proposional pada level
produksi yang dihasilkan.
Jumlah gaji yang dibayarkan setiap bulan
kepada pekerja, relatif konstan, perbedaan kecil bisa saja terjadi
di pekerjaan rawat dan umum, namun kelompok ini
masuk sebagai kelompok Biaya Tetap (Fixed Costs). Sementara jumlah tenaga kerja panen dan pabrik ber fluktuasi seirama
dengan volume produksi dan dimasukkan sebagai Variable atau
Semi-Variable Costs.
1. Harga Material
1. Harga Material
Harga material selalu naik setiap tahun,
dengan variasi yang berbeda-beda untuk setiap jenis material bergantung kepada
beberapa hal umum seperti :
· Material yang paling mempengaruhi biaya Rawat adalah Pupuk, yang secara bertahap
terus naik sejalan dengan naiknya harga bahan bakar minyak. Kecuali apabila
pemerintah memberikan lagi subsidi.
· Material yang paling mempengaruhi biaya Rawat adalah Pupuk, yang secara bertahap
terus naik sejalan dengan naiknya harga bahan bakar minyak. Kecuali apabila
pemerintah memberikan lagi subsidi.
· Barang-barang import seperti mesin-mesin
dan peralatan serta suku-cadang, bahkan
juga Chemical yang belum diproduksi di dalam negeri, kenaikannya sangat dipengaruhi
oleh nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
juga Chemical yang belum diproduksi di dalam negeri, kenaikannya sangat dipengaruhi
oleh nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
· Material yang sudah di produksi di dalam
negeri juga meningkat seiring dengan
kenaikan upah rata-rata
kenaikan upah rata-rata
2. Biaya Transport
Biaya
Transport dipengaruhi secara langsung oleh kenaikkan harga bahan bakar
minyak dan suku cadang serta jarak tempuh.
A. Kategori
dan Karakteristik Biaya
Komponen Biaya dalam setiap Kategori di klasifikasikan menurut
Karakteristiknya menjadiFIXED, VARIABLE dan SEMI-VARIABLE
COST.
KATEGORI 1 : EX FACTORY COST
· Fixed Cost. Yang
masuk dalam klasifikasi Fixed Cost adalah :
A. Rawat
Tanaman Menghasilkan (TM), Biaya aktualnya per hektar atas
seluruh komponen biaya yang muncul harus DI WASPADAI di perkebunan. Apabila tidak dilakukan kontrol yang ketat
terhadap hasil kerja Rawat ini, maka beban biaya akan tetap sama. Artinya hasil
kerja rawat nol, beban tetap ada. Fluktuasi Biaya rawat per hektar per tahun
terutama di akibatkan oleh biaya pemupukan yang dilaksanakanberdasarkan hasil analisa daun.
B. Overhead, Biaya
aktual overhead secara mayoritas adalah Fixed
Cost, dengan pengecualian bagi Staf Pabrik termasuk teknisi Pabrik
dimana beban gaji dan fringe benefit nya
dibebankan secara langsung pada biaya pengolahan. Sementara itu
gaji, dan social expenses untuk staf kebun dibebankan pada
Overhead bersama-sama dengan komponen biaya lainnya seperti social
expenses buruh harian, pensiun, pajak,
asuransi dll. Untuk selanjutnya biaya aktual Overhead per
hektar dapat dihitung berdasarkan luas kebun TM yang dikelola.
· Variable Cost, yang
termasuk dalam klasifikasi Variable Cost adalah :
Panen dan Angkutan . Biaya
Panen per Kg Tandan Buah Segar (TBS) adalah tergantung kepada Output
tiap pemanen, gaji dan premi pemanen, Sedangkan biaya angkutan
TBS tergantung kepada Output angkutan dan biaya operasi alat angkut
(Truk atau Traktor). Total biaya panen dan angkutan per
Kg TBS sangat bervariasi tergantung besarnya jumlah TBS yang di
panen. Secara progresif biaya panen dan angkutan TBS per Kg TBS akan
naik apabila upah panen naik dan biaya operasi alat transport juga naik.
· Semi-Variable
Cost, yang
termasuk dalam klasifikasi Semi-Variable Cost adalah :
Pengolahan dan Maintenance Pabrik. Kelompok
biaya disini merupakan kombinasi antara Fixed Cost dan Variable
Cost.
Yang termasuk Fixed Cost adalah : Gaji Teknisi,
Maintenance Pabrik, Mesin dan Peralatan Pabrik, Limbah dan Administrasi.
Yang termasuk Variable Cost adalah
: Semua biaya Pengolahan termasuk biaya operasi Power
Plant dan peralatannya ( Upah buruh , Bahan Bakar Minyak dll)
Biaya Pengolahan sangat bervariasi antara satu Pabrik dengan Pabrik
lainnya tergantung kondisi pabrik dan kapasitas pabrik. Throughput aktual,
jumlah tenaga kerja serta Volume Palm Product ( CPO & Kernel) yang dihasilkan merupakan faktor penentu yang utama
KATEGORI II : CASH
COST
Kategori Biaya yang termasuk dalam Cash
Cost dapat di klasifikasikan sebagai Semi-Variable Cost. Dimana
Kegiatan Despatch atau pengeluaran Produk dari pabrik keShipping
Terminal dan Operasi Pengangkutan dari shipping
Terminal ke tujuan termasuk dalam Variable Cost. Sementara itu
biaya penjualan yang ada di Head Officeadalah Fixed Cost
KATEGORI III : BOOK
COST
Kategori Biaya disini adalah Fixed Cost, yang
merupakan jumlah dari perhitungan Depresiasi Asset dengan
persentase yang tetap sesuai kelas Asset.
Perusahaan perkebunan umumnya mengikuti klasifikasi dan Depreciation
Rates sesuai ketentuan yang tercantum pada Pajak Penghasilan 1984,
sebagai berikut :
a Bangunan
b Non- Bangunan
Kelas I : Memiliki
umur kegunaan tidak lebih dari 4 Tahun
Kelas
ll : Memiliki umur kegunaan lebih
dari 4 tahun tapi kurang dari
8
tahun
Kelas
lll : Memiliki umur kegunaan
lebih dari 8 tahun.
Kelompok Bangunan di deoresiasi-kan menggunakan Straight Line
Method, dengan rata-rata 5 % per tahun. Sedangkan
Non-Bangunan, di depresiasi-kan menggunakan Double Declining Balance
Method dengan rata-rata 50 % untuk kelas l ; 25 % untuk kelas ll dan
10 % un tuk kelas lll.
Semua biaya yang berkaitan dengan pembangunan perkebunan di kapitalisasi
dan di klasifikasikan sebagai kelompok bangunan yang di
depresiasi kan selama umur produktif tanaman ( +/- 20 tahun)
Secara sistimatik , Kategori dan Karakteristik Biaya dapat di ringkas
dalam tabel berikut ini :
Kategori
|
Fixed Cost
|
Variable Cost
|
Semi - Cost Variable
|
|
Ex Factory
Cost
|
Biaya Rawat TM
Biaya Over Head
|
Biaya Panen dan Transport TBS
|
Biaya Olah
Fixed :
Variable :
|
Gaji danTunjangan Sosialuntuk Teknisi
Pemeliharaan &Administrasi
Pengolahan
|
Cash Cost
|
Biaya Head Office
|
Angkutan Palm Product
|
||
Book Cost
|
Depresiasi
|
C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Biaya
Unit Biaya Produksi ditentukan oleh besarnya Output Produksi dan Input
Biaya Produksi, sehingga terhadap kedua hal tersebut perlu selalu di analisa,
faktor apa saja yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif.
· Faktor Internal
- Detil Latar Belakang Perkebunan
- Organisasi Internal(Ratio Tenaga Kerja vs luas Lahan, struktur
organisasi, efisiensi)
- Skill Karyawan
- Cara kerja dan teknologi yang diterapkan di lapangan
- Infra Struktur
· Faktor Eksternal
- Kebijakan Pajak, Kontrol Biaya Pembelian Material
- Inflasi
- Jarak kebun ke pelabuhan
- Permintaan Pasar
Faktor Negatif dan Faktor Positif yang mempengaruhi kepada Produksi dan
Biaya Produksi , secara sistimatis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tingkat pengaruhnya dari semua faktor di atas terhadap
produksi dan biaya produksi dapat turun atau naik dengan adanya
inter-aksi antara berbagai faktor melalui intervensi kebijakan
management untuk menjaga biaya pada level yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Namun bagaimanapun, management tentu tidak akan mampu menghilangkan
semua faktor negatif yang ada terhadap produksi maupun biaya.
Faktor Negatif & Positif terhadap Produksi & Biaya
Faktor Negatif & Positif terhadap Produksi & Biaya
Faktor
|
Pengaruh
|
thd Produksi
|
Pengaruh
|
thd Biaya
|
Negatif
|
Positif
|
Negatif
|
Positif
|
|
INTERNAL
|
||||
Latar Belakang
Kebun
|
Daerah Rendah dan
sering tergenang
|
Daerah Datar hingga
ber gelombang
|
Daerah Rendah dan
sering tergenang
|
Daerah Datar hingga
ber gelombang
|
Curah Hujan <
1500 mm penyebab stress
|
Normal s/d
tingginya curah hujan > 1500mm
|
Berbukit-bukit
|
-
|
|
Drainase buruk
|
Drainase baik
|
sering Hujan Deras
|
Iklim Normal
|
|
Organisasi
|
|
Organisasi yang
tidak solid
|
Organisasi yang
solid
|
|
Kemampuan Personil
|
Kurang Terampil
(Output Rendah)
|
Terampil (Output
Tinggi)
|
||
Tenik dan Teknologi
|
Bibit kurang baik
tanaman sudah tua
|
Bibit unggul
tanaman masih muda
|
tanaman tua – sudah
sangat tinggi
|
Tanaman masih
pendek
|
Sering Terkena
serangan Hama & Penyakit
|
Proteksi Tanaman
terkelola baik
|
Sering Terkena
serangan Hama & Penyakit
|
Proteksi Tanaman
terkelola baik
|
|
|
Pabrik Tua
(Efisiensi Rendah)
|
Pabrik baru
(Efisiensi tinggi)
|
Pabrik Tua
(Efisiensi Rendah)
|
Pabrik baru
(Efisiensi tinggi)
|
Infrastruktur
|
|
Tidak cukup ada
Jaringan jalan
& kondisi buruk
|
Cukup ada Jaringan
jalan
& kondisi baik
|
|
EXTERNAL
|
||||
Kebijakan Pemerintah
|
Pajak dinaikan,
Upahnaik, banyaknya pungutan, tak
ada subsidi
|
Subsidi kembali
diberlakukan atau harga pupuk di kontrol
|
||
Inflasi
|
Harga Barang naik
|
|||
Infrastruktur
|
Jarak tempuh kebun
ke Pelabuhan jauh (biaya angkutan tinggi)
|
Jarak tempuh kebun
ke Pelabuhan dekat (biaya angkutan rendah)
|
||
Kebutuhan Pasar Naik
|
Permintaan terus naik
|
|||
Lampiran |
Standar Kebutuhan HK per Ha
TBM.0 (PERAWATAN 6 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CIRCLE WEEDING MANUAL
|
3
|
1,50
|
4,50
|
2
|
GAWANGAN
|
|||
A. DAK
|
6
|
3,00
|
18,00
|
|
B. LALANG
|
6
|
0,50
|
3,00
|
|
3
|
PRUNING/INITIAL
|
|||
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS (2 jenis)
|
4
|
0,30
|
1,20
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
6
|
0,10
|
0,6
|
6
|
PEMBERANTASAN HP
|
2
|
0,50
|
1,00
|
TOTAL
|
28,3
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TBM.1 (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CW :
- MANUAL
- CHEMIST
|
1
3
|
2,0
1,0
|
2,0
3,0
|
2
|
GAWANGAN
|
|||
A. DAK
|
4
|
3
|
12
|
|
B. CHEMIST
|
2
|
0,4
|
0,8
|
|
B. LALANG
|
4
|
0,25
|
1,0
|
|
3
|
PRUNING/INITIAL
|
|||
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
|
5
|
0,30
|
1,50
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
2
|
0,25
|
0,50
|
6
|
PEMBERANTASAN HP :
|
|||
- Tikus
|
2
|
0,25
|
0,50
|
|
- Hama Daun
|
2
|
0,50
|
1,00
|
|
7
|
SENSUS HPT
|
2
|
0,10
|
0,2
|
8
|
SISIP :
- Sensus
- Sisip KS
|
1
1
|
0,3
0,7
|
0,3
0,7
|
TOTAL
|
23,5
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TBM.2 (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CPT
- Manual
- Chemist
|
1
3
|
1,5
0,8
|
1,5
2,4
|
2
|
GAWANGAN :
|
|||
A. DAK
|
2
|
2,0
|
4,00
|
|
B. CHEMIST
|
6
|
0,25
|
1,50
|
|
C. LALANG
|
2
|
0,40
|
0,80
|
|
3
|
PRUNING/INITIAL
|
|||
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
(8 jenis)
|
8
|
0,25
|
2,00
|
5
|
DET. HPT/SENSUS HPT
|
12
|
0,1
|
1,2
|
6
|
PEMBERANTASAN HP :
|
|||
- Tikus
|
2
|
0,25
|
0,50
|
|
- Hama Daun
|
2
|
0,50
|
1,00
|
|
7
|
SISIP :
- Sensus
- Sisip Kelapa Sawit
|
1
1
|
0,25
0,40
|
0,25
0,40
|
TOTAL
|
15,55
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TBM.3 (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CPT
- Manual
- Chemist
|
2
2
|
1,50
0,75
|
3,0
1,5
|
2
|
GAWANGAN
|
|||
A. DAK
|
4
|
2,00
|
8,00
|
|
B. LALANG
|
4
|
0,25
|
1,00
|
|
3
|
PRUNING/INITIAL
|
1
|
3,00
|
3,00
|
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
|
9
|
0,25
|
2,50
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
12
|
0,10
|
1,20
|
6
|
PEMBERANTASAN HP
|
2
|
0,75
|
1,50
|
7
|
SENSUS HPT
|
2
|
0,10
|
0,20
|
9
|
KONSOLIDASI
|
1
|
0,25
|
0,25
|
10
|
PEMBUATAN PASAR
PIKUL
|
1
|
2,00
|
2,00
|
TOTAL
|
24,15
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TM.1 & 2 (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CPT :
- Manual
- Chemist
|
2
2
|
1,50
0,75
|
3,00
1,50
|
2
|
GAWANGAN
|
|||
A. DAK
|
4
|
0,25
|
1,00
|
|
B. LALANG
|
4
|
0,25
|
1,00
|
|
3
|
PRUNING/INITIAL
|
12
|
0,25
|
3,00
|
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
|
8
|
0,60
|
4,80
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
12
|
0,1
|
1,20
|
6
|
PEMBERANTASAN HP
|
2
|
0,25
|
0,50
|
TOTAL
|
16,00
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TM.3 & 4 (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
1
|
CPT :
- Manual
- Chemist
|
1
2
|
1,50
0,75
|
1,50
1,50
|
2
|
GAWANGAN
|
|||
A. DAK
|
3
|
1,00
|
3,00
|
|
B. LALANG
|
||||
3
|
PRUNING/INITIAL
|
12
|
0,25
|
3,00
|
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
|
8
|
0,60
|
4,80
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
12
|
0,1
|
1,20
|
6
|
PEMBERANTASAN HP
|
2
|
0,25
|
0,50
|
TOTAL
|
15,50
|
Standar Kebutuhan HK per Ha
TM.5 & 6 dst (PERAWATAN 12 BULAN)
NO
|
ITEM
|
ROTASI
|
HK/ROTASI
|
HK/HA/TH
|
|
1
|
CPT
|
3
|
0,75
|
2,25
|
|
2
|
GAWANGAN
|
||||
A. DAK
|
3
|
0,75
|
2,25
|
||
B. LALANG
|
|||||
3
|
PRUNING/INITIAL
|
12
|
0,25
|
3,00
|
|
4
|
PEMUPUKAN PER JENIS
|
2
|
0,65
|
1,30
|
|
5
|
DETEKSI HAMA PENYAKIT
|
12
|
0,01
|
0,12
|
|
6
|
PEMBERANTASAN HP
|
12
|
0,10
|
1,20
|
|
TOTAL
|
10,12
|
||||
6 komentar:
1.
2.
implementasi
Written By : bececeran
dimana mana
Updated by : bceceran at 09
July 2013|12:28 PM
Dengan asumsi Perawatan dan Pemupukan yang Baik
DI AREAL PERKEBUNAN AIR MOLEK - PEKANBARU (RIAU)
Biaya-biaya yang harus dikeluarkan :
Biaya Pembelian Lahan per ha = Rp. 10.000.000 (Tergantung lahan sangat variatif tergantung lokasi)
Pembersihan Lahan per ha sekitar = Rp. 500.000
PEMBIBITAN :
Bibit harus dibeli dari tempat yang jelas dan qualified sangat riskan jika beli dari tempat yang nggak jelas walaupun harganya hanya ½ dari tempat penjual bibit resmi, karena resikonya sawit dapat tidak berbuah sama sekali kalau toh tetap berbuah hasilnya akan buruk. Tempat tempat yang qualified yang memang terbiasa dalam menjual bibit antara lain:
1. MARIHAT (Medan),
2. PT. Lonsum (London Sumatera),
3. PT. Socfin Medan, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit),
4. dll.
Biaya Pembelian Lahan per ha = Rp. 10.000.000 (Tergantung lahan sangat variatif tergantung lokasi)
Pembersihan Lahan per ha sekitar = Rp. 500.000
PEMBIBITAN :
Bibit harus dibeli dari tempat yang jelas dan qualified sangat riskan jika beli dari tempat yang nggak jelas walaupun harganya hanya ½ dari tempat penjual bibit resmi, karena resikonya sawit dapat tidak berbuah sama sekali kalau toh tetap berbuah hasilnya akan buruk. Tempat tempat yang qualified yang memang terbiasa dalam menjual bibit antara lain:
1. MARIHAT (Medan),
2. PT. Lonsum (London Sumatera),
3. PT. Socfin Medan, PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit),
4. dll.
Bibit 6bln
|
Bibit 18bln
|
Usia 6 bulan harga + = Rp. 15.000 per pokok
pohon
Usia bibit ini masih sangat mungkin dimakan hama babi, Jadi dibutuhkan biaya tambahan untuk untuk membuat pagar supaya aman dari babi.
Usia bibit ini masih sangat mungkin dimakan hama babi, Jadi dibutuhkan biaya tambahan untuk untuk membuat pagar supaya aman dari babi.
Jika biaya pembuatan pagar per pokok pohon sekitar 5rb rupiah
jatuh harga menjadi Rp. 20.000 per pokok pohon.
Usia 18 bulan harga sekitar = Rp. 30.000 per pokok pohon.
Bibit usia 18 bulanan sudah tidak dimakan babi karena sudah tumbuh duri. Jadi sudah tidak butuh biaya lagi untuk mengamankan dari gangguan hama babi.
Usia 18 bulan harga sekitar = Rp. 30.000 per pokok pohon.
Bibit usia 18 bulanan sudah tidak dimakan babi karena sudah tumbuh duri. Jadi sudah tidak butuh biaya lagi untuk mengamankan dari gangguan hama babi.
Jumlah bibit Yang
dibutuhkan per ha.
Pohon Kelapa Sawit butuh Jarak tanam sekitar : 9m x 9m = 81 m2
Untuk luas 1 ha (10.000 m2) = 10000 m2/81 m2 yaitu sekitar 130-an buah.
Biasanya Lahan 1 ha ditanami antara 130 buah sampai 140 buah.
Asumsi penanaman 1 ha = 130 buah.
Jadi biaya bibit = Rp. 30.000 x 130 buah = Rp. 3.900.000 per ha.
Pemupukan
Bulan ke-1 tanam (Urea) = 0,5 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 65 kg per ha.
Bulan ke-2 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-4 tanam (TSP) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-8 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-12 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-16 tanam (TSP) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-20 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-24 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 97,5 kg per ha.
Bulan ke-28 tanam (TSP) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Bulan ke-32 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Bulan ke-36 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Bulan ke-40 tanam (TSP) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Bulan ke-44 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Bulan ke-48 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
Jadi untuk 130 pokok pohon butuh = 130 kg per ha.
Biasanya pemupukan sekitar 6 bulan sekali bahkan banyak yang hanya 1 kali setahun, tetapi menurut cerita di forum online dari orang yang punya kebun kelapa sawit direkomendasikan kalau mau hasil yang lebih bagus dipupuk 4 bulan sekali.
Setelah tanaman berumur 3,5 tahun biasanya sudah mulai menghasilkan walau tidak terlalu banyak antara 0,5 ton sampai sampai 1 ton per ha. Sangat tergantung kesuburan tanah, cara perawatan juga faktor faktor lain.
Harga TBS (Tandan Buah Segar) per kilo sekitar Rp. 1.700-an ke
pabrik dengan lahan plasma. Tetapi jika dijual sendiri ke Bengkulu sekitar Rp.
2000-an. Tiap pabrik juga memberikan harga yang berbeda-beda, dan cara
penaksiran waste yang berbeda pula.
Biasanya dipotong antara 5% sampai 10 % dari hasil produksi. Jadi seandainya hasil kebun sawit 5 ton, maka hanya akan dihitung 4,5 ton saja dikalikan harga per kilonya. Ini tergantung dari cara penaksiran jumlah buah panennya. Jika yang dipanen masih banyak buah yang mentah, potongannya akan semakin besar. Juga tiap petugas penaksir mempunyai selera masing masing dalam cara memotongnya.
Untuk pemupukan dilakukan rotasi 2x urea 1x pupuk TSP tiap pemupukan.
Jadi jika dipupuk tiap 4 bulan jumlah pupuk yang dikeluarkan sekitar:
Biasanya dipotong antara 5% sampai 10 % dari hasil produksi. Jadi seandainya hasil kebun sawit 5 ton, maka hanya akan dihitung 4,5 ton saja dikalikan harga per kilonya. Ini tergantung dari cara penaksiran jumlah buah panennya. Jika yang dipanen masih banyak buah yang mentah, potongannya akan semakin besar. Juga tiap petugas penaksir mempunyai selera masing masing dalam cara memotongnya.
Untuk pemupukan dilakukan rotasi 2x urea 1x pupuk TSP tiap pemupukan.
Jadi jika dipupuk tiap 4 bulan jumlah pupuk yang dikeluarkan sekitar:
- Pupuk Urea sampai 4 th. = 1,072 ton
sekitar 1100 kg
- Pupuk TSP sampai dengan 4 th = 0,455 ton
sekitar 500 kg.
Biaya pupuk total sampai dengan umur 4 tahun adalah :
Harga pupuk Urea sekitar Rp. 4000 s/d Rp. 5000 per kgnya.
Harga pupuk TSP sekitar Rp. 1600 s/d Rp. 2000 per kgnya.
Asumsi harga diambil tertinggi :
Urea => 1100 kg x Rp. 5000 = Rp. 5.500.000
TSP => 500 kg x Rp. 2000 = Rp. 1.000.000
Total Biaya Pupuk = Rp. 6.500.000
Harga pupuk Urea sekitar Rp. 4000 s/d Rp. 5000 per kgnya.
Harga pupuk TSP sekitar Rp. 1600 s/d Rp. 2000 per kgnya.
Asumsi harga diambil tertinggi :
Urea => 1100 kg x Rp. 5000 = Rp. 5.500.000
TSP => 500 kg x Rp. 2000 = Rp. 1.000.000
Total Biaya Pupuk = Rp. 6.500.000
Penyemprotan
Penyemprotan disini adalah penyemprotan terhadap gulma seperti alang alang atau rumput rumput liar yang dikhawatirkan menganggu pertumbuhan tanaman sawit. Penyemprotan dengan menggunakan herbisida. Ada berbagai macam merek Roundup, Bablass, dll, dengan harga bervariasi. Yang pernah saya tanyakan merk Bablass harganya 125 rb/Ltr jadi masih dalam kisaran ratusan ribu rupiah.
Alat untuk menyemprot sekitar 150-200 rb rupiah.(merk 'solo')
Penyemprotan 1
Biaya tenaga kerja = Rp. 60.000 per ha.
Dosis per HA sekitar 1 lt ditambah campuran air sekitar 300-an liter.
Setelah penyemprotan pertama biasanya rumput liar (gulma) akan menjadi kering berikutnya sekitar 6 bulan kemudian kembali disemprot lagi untuk mematikan akar di gulma tersebut. 6 bulan kemudian untuk memastikan seluruh akar mati kembali disemprot sekali lagi.
Perkiraan saya 3x penyemprotan dengan kebutuhan 1 lt herbisida, biaya tenaga kerja dan investasi alat + kerugian umur alat penyemprot sekitar Rp. 1.000.000
Setelah 3 x penyemprotan biasanya akar rumput sudah habis dan akar-2 juga sudah mati, gulma akan tumbuh lagi sekitar 3 s/d 4 th lagi. Saat itu akan dilakukan penyemprotan lagi jika gulma sudah mulai mengganas.
Jadi biaya yang dibutuhkan sampai umur sekitar 4 th untuk penyemprotan sekitar 1.000.000
Pemangkasan Daun.
Dimaksudkan supaya tanaman sawit bisa tumbuh secara efektif dilakukan pemangkasan daun, di Sumatera kegiatan ini disebut Muruning/Peruning.
Ada 3 jenis Pemangkasan yaitu :
- Pemangkasan
Pasir
Membuang daun kering, buah
pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16 – 20 bulan.
- Pemangkasan
Produksi
Memotong daun yang tumbuhnya
saling menumpuk, untuk persiapan panen dilakukan saat umur 20 – 28 bulan.
- Pemangkasan
Pemeliharaan
Membuang daun-daun yang tumbuh
saling menumpuk secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sekitar
28 – 54 helai daun.
Biaya yang dibutuhkan per hektar sekitar 80rb-an per Ha-nya (persisnya saya kurang jelas) karena ada beberapa orang yang saya tanya memberikan harga berbeda-beda. Untuk bagian pemangkasan pemeliharaan dilakukan sekitar 1 th sekali.
Jika dalam waktu 4 th kita lakukan 5 kali perlakuan pembersihan (pemangkasan daun) maka dibutuhkan biaya sekitar 400 rb diasumsikan 500 rb.
Jadi Total Biaya yang dibutuhkan sampai tanaman usia 4 th PER HA kurang lebih :
Biaya pembelian lahan. Rp. 10.000.000
Harga Bibit Rp. 3.900.000.
Biaya Pemupukan Rp. 6.500.000
Biaya Penyemprotan terhadap Gulma Rp. 1.000.000
Biaya yang dibutuhkan per hektar sekitar 80rb-an per Ha-nya (persisnya saya kurang jelas) karena ada beberapa orang yang saya tanya memberikan harga berbeda-beda. Untuk bagian pemangkasan pemeliharaan dilakukan sekitar 1 th sekali.
Jika dalam waktu 4 th kita lakukan 5 kali perlakuan pembersihan (pemangkasan daun) maka dibutuhkan biaya sekitar 400 rb diasumsikan 500 rb.
Jadi Total Biaya yang dibutuhkan sampai tanaman usia 4 th PER HA kurang lebih :
Biaya pembelian lahan. Rp. 10.000.000
Harga Bibit Rp. 3.900.000.
Biaya Pemupukan Rp. 6.500.000
Biaya Penyemprotan terhadap Gulma Rp. 1.000.000
Biaya pemangkasan daun
Rp. 500.000
Total Rp. 21,900.000 = + Rp. 22.000.000
Setelah 4 th biasanya tanaman sawit sudah mulai bisa dipanen.
Total Rp. 21,900.000 = + Rp. 22.000.000
Setelah 4 th biasanya tanaman sawit sudah mulai bisa dipanen.
BIAYA SETELAH MASA
TANAMAN BISA DI PANEN
Umur 4 th (asumsi 0,5 ton/HA per bulan)
PANEN
- Biaya untuk ongkos tukang panen per
janjang Rp. 600
- 1 Ha umur 4 th sekitar 3-5 kg => 150
janjang = 90.000rb.
- Biaya transportasi Rp. 100 rp per
kg. --> 500 kg x 100 = 50.000 rb.
Total Biaya Produksi panen sekitar Rp. 140.000/HA per bulan.
Asumsi Hasil Panen umur 4 th (0,5 ton perbulan). Per kilo 1700 rp.
0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman :
Perkiraan sebagai berikut :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan
Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb/bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 juta-an.
Modal yang dikeluarkan sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang bisa dipakai untuk ongkos produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7 th).
JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau setelah sawit menghasilkan yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang dibutuhkan supaya BEP setelah panen.
Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan daun, penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah biaya ongkos panen dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen) sampai pabrik.
Nilai Produksi dan Biaya Produksi per
Hektar Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Tebu, 2014
|
||||
Uraian
|
Kelapa Sawit
|
Tebu
|
||
Nilai (Juta Rupiah)
|
%
|
Nilai (Juta Rupiah)
|
%
|
|
A.
Nilai Produksi
|
17,0
|
31,0
|
|
|
B.
Biaya Produksi
|
9,7
|
100,00
|
24,2
|
100,00
|
1. Benih/Penyisipan/Tanaman
Pelindung
|
0,1
|
1,10
|
3,1
|
12,62
|
2. Pupuk
|
1,8
|
18,44
|
2,9
|
12,04
|
3. Stimulan
|
0,0
|
0,05
|
0,0
|
0,08
|
4. Pestisida
|
0,2
|
2,33
|
0,1
|
0,34
|
5. Upah
Tenaga Kerja
|
3,1
|
31,71
|
6,4
|
26,21
|
a. Pengolahan
Lahan
|
0,2
|
1,58
|
0,9
|
3,83
|
b. Penanaman
pohon pelindung
|
0,0
|
0,01
|
0,0
|
0,02
|
c. Penanaman
tanaman perkebunan
|
0,0
|
0,43
|
0,8
|
3,15
|
d. Pemeliharaan
|
0,6
|
6,01
|
2,0
|
8,42
|
e. Pemupukan
|
0,2
|
2,52
|
0,7
|
2,97
|
f. Pengendalian OPT
|
0,1
|
1,31
|
0,0
|
0,28
|
g. Pemanenan
|
1,9
|
19,85
|
1,8
|
7,54
|
6. Sewa
Lahan
|
3,0
|
30,97
|
7,8
|
32,37
|
7. Sewa
alat dan sarana
|
0,2
|
2,38
|
0,3
|
1,07
|
8. Bahan
Bakar
|
0,2
|
1,54
|
0,1
|
0,57
|
9. Jasa
Pertanian
|
0,2
|
1,61
|
1,2
|
4,74
|
10. Pengeluaran
lainnya
|
1,0
|
9,85
|
2,4
|
9,96
|
Catatan:
|
||||
Data
dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia
|
||||
Penghitungan
ongkos dan biaya pada Kelapa sawit adalah seluruh ongkos dan biaya yang
dikeluarkan selama setahun yang lalu per hektar Sedangkan pada Tebu,
penghitungan struktur ongkos berdasarkan pada seluruh pengeluaran tanaman
perkebunan semusim terpilih yang panen selama setahun yang lalu per hektar.
Ongkos/biaya yang dicatat adalah biaya yang benar-benar telah digunakan
(bukan jumlah yang dibeli/disimpan) selama setahun yang lalu. Benih, tanaman
pelindung, pupuk, stimulan, dan pestisida yang bukan pembelian diperkirakan
nilainya sesuai harga setempat.
|
Selamat Berhitung hitung.....
Related articles
266 komentar:
1.
program
social
InfoSAWIT, JAKARTA - Biasanya, tanggung jawab sosial yang dimiliki
perusahaan, termaktub kedalam program Tanggung Jawab Sosial dan lingkungan
(CSR). Sebab itu, sebagian besar perusahaan perkebunan kelapa sawit, selalu
melakukan rumusan program kerja CSR melalui kegiatan perusahaan yang memiliki
berbagai tujuan pembangunan sosial dan lingkungan, seperti, kelestarian alam, kesejahteraan
pekerja, kesehatan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat, dan sebagainya.
Berdasarkan penelusuran redaksi InfoSAWIT,
keberadaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang beroperasi di
Indonesia, juga mendapat mandat mandatori dari regulasi pemerintah. Beberapa
landasan hukum dari pemerintah, yang menjadi kewajiban bagi perusahaan,
termasuk perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Beberapa regulasi pemerintah, yang secara mandatori
memberikan mandat kepada perusahaan untuk melakukan aksi sosial dan lingkungan,
antara lain; Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, Undang-Undang No.32
Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Bahkan tahun 2012 silam, pemerintah juga memberikan
aturan baru berupa Peraturan Pemerintah No.47 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas. Dengan adanya aturan bagi perusahaan ini, maka
secara tegas, pemerintah memberikan tugas secara mandatori kepada perusahaan
swasta untuk melakukan tanggung jawab kepada sosial dan lingkungan sekitarnya.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit milik pemerintah
juga memiliki kewajiban serupa dengan perusahaan swasta, lantaran kewajiban
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah terlebih dahulu diatur berdasarkan
Peraturan Menteri BUMN.
Dimana, keberadaan Peraturan Pemerintah tersebut,
telah dilengkapi dengan peraturan serupa, yang telah mengatur kewajiban
melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seperti Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PER-05/MBU/2007, tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan (PKBL).
Peraturan Menteri Negara BUMN ini, juga telah
mengalami perubahan, menjadi PER-08/MBU/2013, tentang Perubahan keempat atas
Peraturan Menteri Negara BUMN, tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL), PER-05/MBU/2013
lalu.
Dengan adanya peraturan mengenai program kemitraan
dengan masyarakat tersebut, sebagian besar perusahaan perkebunan milik swasta
dan negara, telah banyak yang melakukan program kemitraan bersama masyarakat.
Pola kemitraan perusahaan perkebunan kelapa sawit, telah dilakukan sejak awal
pengembangan perkebunan kelapa sawit di berbagai pelosok.
Berdasarkan penelusuran redaksi InfoSAWIT,
sejak awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, telah dilakukan
melalui pola kemitraan dengan masyarakat sekitar. Semisal, pola kemitraan
perkebunan kelapa sawit milik perusahaan (inti) dengan perkebunan milik
masyarakat (plasma). Melalui program kemitraan ini, perusahaan perkebunan
mendapatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola perkebunan kelapa
sawit di daerah pelosok.
Pola kemitraan dengan masyarakat tersebut, di
perkebunan kelapa sawit juga diperkuat dengan peraturan Undang-Undang
Perkebunan yang memberikan kewajiban kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit
untuk menyertakan masyarakat dalam pengelolaannya, sebagai pemilik perkebunan
kelapa sawit yang dikembangkan di suatu daerah.
Sebab itu, keberadaan perusahaan perkebunan kelapa
sawit nasional, biasanya dikembangkan berdasarkan pola kepemilikan perusahaan
dan masyarakat, dimana porsi kepemilikan masyarakat sebesar 20% dari lahan yang
dikelola perusahaan.
Besaran perkebunan kelapa sawit yang menjadi porsi
masyarakat sebesar 20%, juga masih menjadi perdebatan hingga dewasa ini. Ada
argumentasi yang menyebutkan, luasan porsi masyarakat sebesar 20% berasal dari
perizinan Hak Guna Usaha (HGU) yang dimiliki perusahaan perkebunan kelapa
sawit. Namun, ada juga argumentasi yang menyebutkan diluar perizinan HGU yang
dimiliki perusahaan.
Kendati masih banyak terjadi perdebatan mengenai
besaran porsi kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat, namun
pada kenyataan di lapangan sudah berjalan dengan baik. Hampir seluruh
perusahaan perkebunan kelapa sawit sudah memiliki kemitraan dengan masyarakat,
melalui pola kemitraan perkebunan milik perusahaan dan perkebunan milik
masyarakat (plasma). (T1)
Sumber: Majalah InfoSAWIT Edisi Februari
2018
Tujuan penelitian
ini adalah: (1) mengkaji implementasi Program CSR yang dilaksanakan oleh PT.
Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi (GSIP); dan (2) menganalisis persepsi masyarakat
yang bekerja maupun yang tidak bekerja pada perusahaan terhadap implementasi
Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. GSIP. Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Metode penentuan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) dengan
jumlah sampel sebanyak 60 responden dengan penetapan 30 responden masyarakat
yang bekerja pada perusahaan dan 30 responden masyarakat yang tidak bekerja
pada perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program CSR
perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. GSIP kepada masyarakat sebagian besar
berfokus pada bantuan bidang ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, sedangkan
bantuan bidang pendidikan dan kesehatan masih kurang karena perusahaan
menganggap bahwa bidang pendidikan dan kesehatan sudah menjadi tanggung jawab
pemerintah. Selanjutnya persepsi masyarakat terhadap Program CSR yang
dilaksanakan oleh PT. GSIP bahwa masyarakat yang bekerja pada perusahaan
berkategori “sesuai” dengan skor 196,40, sedangkan untuk masyarakat yang tidak
bekerja pada perusahaan berkategori “raguragu” dengan skor 153,23. Hal ini
dibuktikan pula dengan hasil analisis uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara persepsi masyarakat yang bekerja pada perusahaan
dan masyarakat yang tidak bekerja pada perusahaan terhadap implementasi Program
CSR perusahaan. Karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
kegiatan CSR, sehingga masyarakat menilai bahwa kontribusi dari keberadaan
perusahaan dalam implementasi Program CSR belum sepenuhnya sesuai dengan yang
diharapkan.
lingkungan
Analisis
Pengelolaan Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit Batu Ampar Estate Pt Tapian
Nadenggan Dalam Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil.
View/Open
Date
2015
Author
Rachmawati,
Namira Dita
Hariyadi
Thohari,
Machmud
Metadata
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem usaha di
bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah
lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
ISPO terdiri dari 7 prinsip, 41 kriteria, dan 128 indikator yang harus dipenuhi
sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja pengelolaan lingkungan
perkebunan BAME Kabupaten Kotabaru berdasarkan persyaratan ISPO dan merumuskan
langkah optimalisasi kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME untuk
peningkatan berkelanjutan dalam implementasi persyaratan ISPO. Metode
pengumpulan data dilakukan secara studi literatur, observasi lapangan dan
kuesioner kepada pihak yang berkompeten dan berwenang terkait masalah yang
diteliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui evaluasi kinerja
pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO serta melakukan
identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan perkebunan BAME.
Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan disusun sesuai dengan
persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT yaitu instrumen perencanaan
strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan BAME dapat memenuhi 63
indikator dari 65 indikator ISPO pada prinsip 1,2, dan 3 terkait pengelolaan
lingkungan. Indikator yang belum terpenuhi antara lain indikator 1.2 tentang
pembangunan kebun plasma untuk masyarkat sekitar dan indikator 3.3.5 tentang
pelaporan pencegahan, penanggulangan dan pemantauan kebakaran. Oleh karena itu,
perkebunan BAME memerlukan langkah perbaikan untuk mengoptimalkan kinerja dalam
pengelolaan lingkungan terkait ISPO. Langkah optimalisasi untuk memperbaiki
kinerja dalam pengelolaan lingkungan perkebunan BAME dilakukan menggunakan
analisis SWOT dengan posisi Perkebunan BAME saat ini berada pada kuadran I
yaitu strategi agresif dengan skor bobot (1.542, 1.571). Beberapa strategi
telah dirumuskan untuk untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan lingkungan di
perkebunan BAME yaitu strategi S-O (Strengths- Opportunities) antara lain
melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengolah limbah padat perkebunan
menjadi pakan ternak, meningkatkan kinerja perusahaan untuk meraih penghargaan
dalam bidang lingkungan guna mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pasar
dunia, menciptakan inovasi baru yang lebih efektif dalam mengelola lingkungan
perkebunan dan merancang gagasan dan melakukan kerja sama dengan pemerintah dan
masyarakat untuk mengolah TKS menjadi bioethanol. Kata kunci: perkebunan kelapa
sawit, pengelolaan lingkungan, ISPOIndonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)
merupakan sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi,
layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia. ISPO terdiri dari 7 prinsip, 41 kriteria, dan 128
indikator yang harus dipenuhi sebagai persyaratan untuk penerapan perkebunan
kelapa sawit yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
kinerja pengelolaan lingkungan perkebunan BAME Kabupaten Kotabaru berdasarkan
persyaratan ISPO dan merumuskan langkah optimalisasi kinerja pengelolaan
lingkungan perkebunan BAME untuk peningkatan berkelanjutan dalam implementasi
persyaratan ISPO. Metode pengumpulan data dilakukan secara studi literatur,
observasi lapangan dan kuesioner kepada pihak yang berkompeten dan berwenang
terkait masalah yang diteliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif
melalui evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan berdasarkan persyaratan ISPO
serta melakukan identifikasi dan analisis permasalahan pengelolaan lingkungan
perkebunan BAME. Rumusan optimalisasi untuk perbaikan kinerja lingkungan
disusun sesuai dengan persyaratan ISPO dengan menggunakan metode SWOT yaitu
instrumen perencanaan strategis dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan BAME
dapat memenuhi 63 indikator dari 65 indikator ISPO pada prinsip 1,2, dan 3
terkait pengelolaan lingkungan. Indikator yang belum terpenuhi antara lain
indikator 1.2 tentang pembangunan kebun plasma untuk masyarkat sekitar dan
indikator 3.3.5 tentang pelaporan pencegahan, penanggulangan dan pemantauan
kebakaran. Oleh karena itu, perkebunan BAME memerlukan langkah perbaikan untuk
mengoptimalkan kinerja dalam pengelolaan lingkungan terkait ISPO. Langkah
optimalisasi untuk memperbaiki kinerja dalam pengelolaan lingkungan perkebunan
BAME dilakukan menggunakan analisis SWOT dengan posisi Perkebunan BAME saat ini
berada pada kuadran I yaitu strategi agresif dengan skor bobot (1.542, 1.571).
Beberapa strategi telah dirumuskan untuk untuk mengoptimalkan kinerja
pengelolaan lingkungan di perkebunan BAME yaitu strategi S-O (Strengths-
Opportunities) antara lain melakukan kerjasama dengan masyarakat untuk mengolah
limbah padat perkebunan menjadi pakan ternak, meningkatkan kinerja perusahaan
untuk meraih penghargaan dalam bidang lingkungan guna mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan pasar dunia, menciptakan inovasi baru yang lebih efektif dalam
mengelola lingkungan perkebunan dan merancang gagasan dan melakukan kerja sama
dengan pemerintah dan masyarakat untuk mengolah TKS menjadi bioethanol.
terima kasih.
kakangmas@gmail.com