Budidaya kepala sawit di lahan gambut
mempunyai suatu tantangan tersediri. Lahan gambut merupakan lahan yang
berpotensi tinggi, namun dalam kondisi tidur. Hal ini dapat diketahui
bahwa kandungan bahan organik di dalam lahan gambut sangat tinggi, bahan
tersebut merupakan sumber unsur hara yang sangat potensial.
Namun lahan gambut merupakan lahan yang
bermasalah beberapa masalahan pada umumnya terjadi di lahan gambut
adalah sebagai berikut:
- Permasalahan bahwa unsur hara tersebut dalam kondisi tidak dapat diserap oleh tanaman dikarenakan adanya keasaman tanah, dan beberapa unsur terikat dampak dari proses penimbunan dan perendaman yang beratus-ratus tahun.
- Kandungan unsur hara tertentu yang berasal dari tanah relatif sangat sedikit. Walaupun dibutuhkan tanaman relatif sedikit, namun karena ketersediaan di lahan tidak mencukupi maka tanaman yang ada di atasnya sering mengalami kekurangan unsur tersebut yang berdampak pada proses metabolisme dan kesehatan tanaman.
- Kandungan unsur-unsur racun bagi tanaman dan hewan yang merupakan dampak dari keasaman tanah tersebut. Secara proses kimiawi hidroksida akan diikat, sedangkan unsur-unsur kation yang biasanya berupa logam menjadi terlepas yang menjadi senyawa racun bagi tanaman, hewan dan manusia.
- Kandungan air yang ada di lahan gambut. Struktur lahan gambut tidak padat, yaitu terdiri dari sisa-sisa tanaman yang tidak membusuk secara total. Sehingga antara satu bagian dengan bagian lainnya mempunyai rongga. Pada saat lahan digenangi air maka seluruh lapisan terisi air. Kondisi ini terjadi beratus tahun karena lahan gembut biasanya pada lahan yang tergenang air yang tidak teralirkan. Upaya membuat drainase dan mengalirkan air yang menggenang akan berdampak pada mengalirnya seluruh air yang ada di lahan tersebut. Sehingga lahan menjadi kering kerontang.
- Ketebalan gambut berpengaruh terhadap tanaman. Tekstur lahan tidak mantap, banyak rongga, bahan berasal dari materi tanaman, kandungan tanah alam sangat sedikit atau bahka tidak ada. Untuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan besar, maka ketebalan gambut menjadi masalah. Lahan gambut pada umumnya tidak padat, sehingga tanaman besar dapat miring atau bahkan rubuh jika ditanam di lahan gambut.
- Banyak lagi permasalahan yang ada di lahan gambut yang tidak seluruhnya dituliskan di sini.
B. Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Lahan Pertanian
Pemanfaatan lahan gambut untuk lahan
pertanian yang subur telah terjadi di berbagai daerah, di luar negeripun
lahan-lahan subur di benua Amerika, Canada, dan Amerika Tengah dan
Amerika Selatan (Argentina, Brazil dan Chili) sebagian berasal dari
lahan gambut. Demikian pula lahan di Indonesia sendiri sebagian berasal
dari lahan gambut. Khusus untuk budidaya tanaman sawit sudah banyak
lahan gambut yang digunakan.
Adanya inovasi baru di bidang teknologi
pertanian sangat memungkinkan penanganan lahan gambut dengan hasil yang
optimal. Selama ini penanganan lahan gambut di Indonesia masih
menggunakan sederhana, namun hasilnya cukup menggembira-kan. Proses
sederhana ini akan lebih optimal dengan menambah atau menyempurnakan
dengan menggunakan inovasi teknologi yang saat ini telah ditemukan.
Beberapa proses penanganan lahan gambut menjadi lahan pertanian
khususnya untuk budidaya kelapa sawit adalah:
1. Proses fisik: dilakukan dengan
membangun/menata lahan sehingga drainase dan pembentukan lahan untuk
media tanaman tersedia. Lahan yang semula digenangi air, maka dilakukan
drainase yang membuat lahan tidak tergenang lagi. Jika ada tanaman di
atasnya maka tanaman dapat tumbuh dan tidak terganggu dengan adanya air
yang tergenang. Pembangunan drainase ini dinamakan tata air makro dan
tata air mikro. Proses ini tetap dilakukan karena pembenahan fisik
sangat diperlukan.
2. Proses kimia: dilakukan pada
lahan-lahan yang mempunyai keasaman tinggi atau pH rendah, maka
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi tertentu membuat
tanaman tidak dapat tumbuh. Upaya perlakukan yang digunakan adalah
memberikan kapur tohor dan dolomit.
Proses ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan materi kapur dan dolomit relatif banyak. Sedangkan hasil yang dicapai masih meragukan, jika kondisi keasaman sangat kuat justru kapur menggumpal dan lahan tidak berubah.
Proses ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan membutuhkan materi kapur dan dolomit relatif banyak. Sedangkan hasil yang dicapai masih meragukan, jika kondisi keasaman sangat kuat justru kapur menggumpal dan lahan tidak berubah.
Penanganan lahan asam menjadi netral
dapat dilakukan dengan cara memproduksi bahan katalisator yang mengubah
sifat asam tanah menjadi netral, dan bahan tersebut dapat diproduksi
dari bahan gambut bersangkutan. Proses tersebut hanya dapat dilakukan
oleh makluk hidup mikroba/ jasat renik.
Ada jenis mikroba yang dapat menghasilkan enzym bersifat katalisator yang mampu mengubah senyawa asam menjadi netral. Mikroba tersebut ditemukan pada tanaman yang seharusnya tidak tumbuh di lahan gambut, tetapi ditemukan tumbuh. Setelah diteliti ternyata terdapat mikroba yang bersifat seperti yang dijelaskan di atas. Pada saat ini mikroba tersebut telah dikembangkan dengan mikroba lain dalam produk dari”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit”
Ada jenis mikroba yang dapat menghasilkan enzym bersifat katalisator yang mampu mengubah senyawa asam menjadi netral. Mikroba tersebut ditemukan pada tanaman yang seharusnya tidak tumbuh di lahan gambut, tetapi ditemukan tumbuh. Setelah diteliti ternyata terdapat mikroba yang bersifat seperti yang dijelaskan di atas. Pada saat ini mikroba tersebut telah dikembangkan dengan mikroba lain dalam produk dari”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit”
3. Proses alami: biasanya penanganan
lahan gambut ini dengan cara alami yaitu ditanami dengan jenis tanaman
yang cocok. Dengan berjalannya waktu dicoba dengan tanaman lainnya dan
semakin beragam. Biasanya menunggu antara 5 tahun untuk lahan gambut
jenis D dan E, sedangkan pada lahan gambut C dan B membutuhkan antara 5
sampai 10 tahun. Bahkan untuk lahan A dan sebagian B membutuhkan waktu
lebih dari 10 tahun.
Lamanya proses tersebut dikarenakan kondisi dan kandungan unsur-unsur kimia yang perlu diubah menjadi kondisi yang cocok dengan pertumbuhan tanaman.
Lamanya proses tersebut dikarenakan kondisi dan kandungan unsur-unsur kimia yang perlu diubah menjadi kondisi yang cocok dengan pertumbuhan tanaman.
Misalnya: Tanah asam perlu dinetralkan;
kandungan unsur yang bersifat penghambat tanaman (logam-logam berat)
perlu diubah persenyawaannya menjadi tidak beracun, bahan organik yang
belum busuk perlu dibusukkan.
Proses ini sebenarnya secara alami dilakukan oleh mikroba. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses ini karena keberadaan mikroba relatif sedikit, dan bahkan tidak ada. Dengan jumlah relatif sedikit tingkat pencapaian hasil menjadi lambat dan kurang sempurna sesuai harapan.
Inovasi yang dilakukan ”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” adalah gabungan penyediaan unsur hara siap serap dan mikroba-mikroba digunakan sebagai pengelola tanah dan tanaman yang terdiri dari:
Proses ini sebenarnya secara alami dilakukan oleh mikroba. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses ini karena keberadaan mikroba relatif sedikit, dan bahkan tidak ada. Dengan jumlah relatif sedikit tingkat pencapaian hasil menjadi lambat dan kurang sempurna sesuai harapan.
Inovasi yang dilakukan ”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”, pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” adalah gabungan penyediaan unsur hara siap serap dan mikroba-mikroba digunakan sebagai pengelola tanah dan tanaman yang terdiri dari:
(a) Mikroba pengelola kondisi lahan,
yang mempunyai kemampuan sebagai pengubah keasaman tanah, mikroba yang
mampu mengubah unsur racun bagi tanaman menjadi senyawa tidak beracun.
(b) Mikroba pengelola unsur hara tanaman yang mempunyai kemampuan: menyerap unsur N2,O2, H20, CO dari udara; mempunyai kemampuan menguraikan ikatan Phospat di tanah. Mengubah zat-zat kimia termasuk pupuk an organik menjadi organik dan menyimpannya dalam tubuh yang siap diserap tanaman.
Dari dua kemampuan tersebut maka lahan gambut dapat dipercepat paling lambat 2 tahun sudah sama dengan kondisi secara biasa mencapai 10 tahun.
(b) Mikroba pengelola unsur hara tanaman yang mempunyai kemampuan: menyerap unsur N2,O2, H20, CO dari udara; mempunyai kemampuan menguraikan ikatan Phospat di tanah. Mengubah zat-zat kimia termasuk pupuk an organik menjadi organik dan menyimpannya dalam tubuh yang siap diserap tanaman.
Dari dua kemampuan tersebut maka lahan gambut dapat dipercepat paling lambat 2 tahun sudah sama dengan kondisi secara biasa mencapai 10 tahun.
4. Proses pembakaran: Proses ini sering
dilakukan untuk penanganan lahan gambut. Proses ini diawali dengan
mengalirkan air yang tergenang dengan membuat saluran drainase. Setelah
kering lahan dibakar.
Dampak yang ditimbulkan dengan proses pembakaran ini adalah:
Dampak yang ditimbulkan dengan proses pembakaran ini adalah:
- Hilangnya timbunan unsur hara (gambut) yang bernilai milyaran jika dikonversikan dengan harga pupuk an organik.
- tanah menjadi sangat miskin, dan biasanya jika digunakan untuk lahan pertanian memerlukan unsur tambahan termasuk nitrogen yang seharusnya melimpah di lahan gambut.
- berpengaruh terhadap emisi carbon yang sangat ini semarak dibicarakan.
- Penggunaan teknologi bio perforasi yaitu memfungsikan Mikroba dekomposer yang mempunyai kemampuan menguraikan/ membusukkan baik bahan organik maupun membongkar bahan-bahan an organik dari tanah maupun batuan lunak.
- Dengan demikian lahan gambut yang berasal dari tanaman yang tidak diuraikan karena tergenang, dengan bantuan mikroba pada proses teknologi bio perforasi akan terdekomposing (teruraikan) atau mengalami proses pembusukan menjadi bahan organik yang tidak beracun bagi tanaman dengan kandungan unsur hara tidak hilang baik oleh pembakaran maupun tercuci air.C. Teknik Budidaya Tanaman Sawit di Lahan Gambut.
- 1. Penyiapan Lahan.
- Kondisi lahan di setiap tempat berbeda-beda, sebagian terdiri dari genangan air yang membenami lahan bersangkutan (kondisi ini ditemukan paling banyak), lahan yang tidak tergenangi lahan dan banyak ditumbuhi semak belukar, lahan yang banyak ditumbuhi pohon bakau atau pohon yang tumbuh di rawa, dll. Kondisi gambut juga berlain-lainan ketebalannya mulai dari ketebalan kurang dari 50 cm sampai pada ketebalan lebih dari 3 meter.
- Teknik penyiapan lahan perlu dilihat dari secara makro dan mikro. Penanganan makro adalah:
(1) Pembuatan Saluran.
- (a) Pembuatan saluran primer, yaitu saluran yang dibuat antar wilayah yang digunakan untuk drainase, Saluran ini digunakan mengalirkan air yang ada di lahan antar wilayah. Pembuatannya basanya didasarkan pada countur tanah, dan dibuat pada tanah yang paling rendah diantara lahan di sekelilingnya.
- (b) Pembuatan saluran sekunder,yaitu saluran yang dibuat di dalam wilayah antar area. Saluran ini mengarah ke saluran primer diupayakan air diusahakan tidak menggenang namun air tanah jangan langsung habis mengalir. Jika langsung mengalir habis pada umumnya lahan kering kerontang karena air mudah mengalir diantara gambur yang mempunyai struktur longgar.
- (c) Pembuatan saluran tersier, yaitu saluran-saluran kecil sebagai saluran untuk mengalirkan kebelihan air yang ada di lahan. Diusahakan bahwa saluran ini selain dighunakan sebagai saluran drainase juga dapat digunakan sebagai saluran pengairan
(2) Penanganan Lahan.
Pada penanganan lahan sering menjadi
suatu dilema. Jika dilakukan secara manual seperti pembersihan dari
semak belukar, dan tanaman baik besar maupun kecil maka memerlukan biaya
yang relatif besar dan hasil yang diperoleh berkejaran dengan waktu.
Pada umumnya para pengusaha melakukan dengan cara pembakaran, dengan
demikian biaya yang digunakan untuk penanganan lahan menjadi lebih
kecil, dengan hasil terlihat dengan segera. Namun dampak negatif yang
diperolehnya dari proses pembakaran adalah:
- humus di lahan gambut menjadi hilang,
- adanya penambahan emisi carbon di udara yang pada saat ini banyak mendapatkan sorotan dari dunia.
- kesuburan hanya bertahan beberapa tahun, yang dampaknya pada perawatan tanaman yang memerlukan cost ( biaya ) lebih tinggi
- kerusakan tanah cepat terjadi.
Cara natural merupakan cara yang
bijaksana yaitu dengan membuat lahan tersebut dilakukan penanganan
secara alami. Artinya bahwa proses-proses yang dilakukan untuk mengubah
dari lahan yang sifatnya gambut menjadi lahan pertanian dilakukan dengan
cara alami. Sebenarnya, alam telah memberikan suatu proses alam yang
maha dasyat, yang mampu mengubah suatu kondisi yang ekstrim menjadi
kondisi yang dapat diterima. Namun untk mencapai hal tersebut diperlukan
waktu yang relatif lama dengan dukungan kondisi lingkungan yang
memadai.
Penanganan fisik yang selama ini
dilakukan oleh para pengusaha, petani seperti pembuatan guludan,
pembuatan mencampurkan lahan yang padat dengan lahan dari gambut, dan
lain-lain seluruhnya dapat diterima. Hanya saja proses tersebut perlu
disertai dengan proses alami yang mendasar dalam perbaikan kondisi tanah
yaitu proses jasat renik/ mikroba sebagai pengelola alami.
Di alam terdapat jutaan mikroba, namun
hanya sedikit yang mempunyai kemampuan untuk mengubah lahan gambut
menjadi lahan yang subur untuk tanaman. Dalam hal ini kandungan beberapa
mikroba yang terkandung di dalam Bio P 2000 Z memang specialis mikroba
untuk kebutuhan tersebut.
Lahan yang telah dilakukan pengolahan
secara fisik maka dapat dilakukan perubahan dengan mikroba yang ada di
dalam proses”Teknologi Bio Perforasi” (pupuk hayati ”Bio P 2000 Z”,
pupuk organik granul ”Bio Alami” dan pupuk organik cair ”Phosmit” dengan
cara sebagai berikut:
a) Pada lahan gambut tebal di awal pembukaan.
- Pada lahan ini dilakukan berbagai usaha fisik seperti dilakukan di atas diantaranya pembuatan saluran, pembentukan teras sesuai dengan kultur.
- Lahan yang sudah kering disemprotkan dekomposer yang sesuai dengan lahan gambut dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar disiramkan.
- Setiap 2 bulan diulangi dengan merata, dari perlakukan tersebut selama 1 tahun maka lahan banyak mengalami perubahan terutama dalam kondisi keasaman dan tekstur tanah. pH tanah menjadi mengarah ke netral, sedangkan teksturnya mengalami kepadatan karena banyak yang mengalami dekomposi (pelapukan).
- Pada lahan yang sudah dapat ditanami maka dilakukan penanaman dengan tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut seperti jenisnya seperti pohon yang dapat tumbuh di daerah rawa, akasia, nangka, mangga, dll.
- Bersamaan itu dilakukan pengelolaan lahan dengan memberikan penyemprotan/ penyiraman menggunakan larutan pupuk hayati ”Bio P 2000 Z” + pupuk organik cair ”Phosmit”
- Setelah lahan sudah mengalami perubahan baik secara tekstur/ struktur maupun kimia tanam maka tanaman siap untuk dilakukan penamanan komoditi utama (mis: Sawit, karet, tanaman pangan, dll).
- Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya.
b) Pada lahan gambut tipis di awal pembukaan.
- Pada lahan gambut tipis yang belum dilakukan budidaya maka caranya dilakukan suatu petakan sesuai dengan counture permukaan bumi. Tujuannya untuk pengaturan baik draenasi maupun pengairan.
- Penggunaan pupuk Mikroba Bio P 2000 Z pada 3 bulan sebelum melakukan penanaman lahan disiramkan/ didsemprotkan dengan Bio P 2000 Z dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar. Diulangi lagi 2 bulan berikutnya, 1 minggu sebelum tanam maka dilakukan lagi penyemprotan dengan dosis 1 liter per hektar.
- Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya.
c) Pada lahan gambut yang telah mengalami pelapukan atau yang telah dilakukan budidaya pertanian.
- Lahan gambut yang telah mengalami pelapukan biasanya bermasalah terhadap kandungan unsur hara yang kurang seimbang bagi pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terjadi karena kandungan unsur hara yang baik perlu keseimbangan antara unsur-unsur organik dan an organik sebagai bahan untuk enzym mineral dan vitamin.
- Untuk menyeimbangkan kebutuhan tersebut harus dilakukan pembongkaran zat-zat yang masih terikat secara persenyawaan menjadi zat yang dapat terserap oleh tanaman. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh mikroba tertentu.Pupuk Bio P 2000 Z berisikan mikroba tersebut selain mikroba yang berfungsi lainnya.
- Penggunaan pupuk Mikroba Bio P 2000 Z pada 3 bulan sebelum melakukan penanaman lahan disiramkan/ didsemprotkan dengan Bio P 2000 Z dengan dosis 2 hingga 3 liter per hektar. Diulangi lagi 2 bulan berikutnya, 1 minggu sebelum tanam maka dilakukan lagi penyemprotan dengan dosis 1 liter per hektar.
- Pemupukan an organik yang diperlukan pada lahan gambut adalah pupuk Kalium (KCl), Phospat (SP36, atau sejenisnya) dan Calsium (Ca) dari kapur, dolomit dan sejenisnya, dan Nitrogen (N) seperti Urea dan sejenisnya.
- Pemeliharaan Tanaman.
- Selama pemeliharaan maka dilakukan penyemprotan / penyiraman ( pada beberapa lobang yang dibuat sekitar tanaman) dengan dosis 1 liter per hektar per aplikasi. Periodik pemberian periodik 5 kali yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Nopember.
CARA MENGGUNAKAN PUPUK HAYATI BIO P 2000 Z
A. Dengan cara fermentasi.
A. Dengan cara fermentasi.
- Siapkan air 20 liter di ember, berikan 1 kg gula dan 1 kg urea.
- Aduk hingga merata, dan tuangkan 1 liter pupuk bio P 2000 Z.
- Diamkan 48 jam, setiap 1 liter air fermentasi tambahkan 6 liter air
- Gunakan semprotkan untuk 1 ha ke tanah dan tanaman.
- Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.
B. Dengan cara menggunakan dicampur “PHOSMIT”
Phosmit berfungsi sebagai zat yang mampu membangunkan mikroba dari kondisi tidur, dan sekaligus sebagai bahan makanan untuk tanaman maupun mikroba. Dengan demikian, daya kerja penggabungan Bio P 2000 Z dan Phosmit dibuat saling mendorong pertumbuhan tanaman.
Phosmit berfungsi sebagai zat yang mampu membangunkan mikroba dari kondisi tidur, dan sekaligus sebagai bahan makanan untuk tanaman maupun mikroba. Dengan demikian, daya kerja penggabungan Bio P 2000 Z dan Phosmit dibuat saling mendorong pertumbuhan tanaman.
- siapkan air 200 liter air tambahkan pupuk Bio P 2000 Z 1 liter dan 1 liter phosmit dan siap digunakan untuk lahan 1 ha ke tanah dan tanaman.
0 komentar:
Posting Komentar