Perkebunan Kelapa sawit (Elaeis)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga pengembangan perkebunan kelapa sawit terjadi dimana-mana. Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Berdasarkan keunggulan sifat dari kelapa sawit tersebut, maka permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masa-masa mendatang. Kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan merupakan salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan devisa.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Gorontalo khususnya di Kabupaten Pohuwato memberikan peluang untuk peningkatan pendapatan asli daerah. Pengembangan kelapa sawit dengan pola perkebunan dengan menyertakan masyarakat sebagai mitra/plasma memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Disamping itu juga, pembangunan perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan dampak negatif berupa terjadinya erosi dan sedimentasi, dampak terhadap gangguan flora dan fauna, menurunnya kualitas air permukaan, menurunnya ketersediaan air tanah di sekitar lokasi perkebunan. Oleh sebab itu kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana perlu dilakukan kajian AMDAL untuk mengkaji dampak-dampak penting yang diprakirakan timbul akibat kegiatan perkebunan dan pabrik yang bertujuan untuk pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup
PT. Inti Global Laksana sebagai perusahaan nasional akan mengembangkan kelapa sawit di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo telah mendapatkan ijin lokasi dari Bupati Pohuwato melalui Surat Keputusan No. 170/01/VI/2010 Tentang Pemberian Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Kepada PT. Inti Global Laksana seluas 12.000 ha di Kecamatan Lemito dan Kecamatan Wanggarasi di Kabupaten Pohuwato. Tujuan pengembangan budidaya Kelapa Sawit adalah membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato khususnya dan Provinsi Gorontalo pada umumnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan perkebunan kelapa sawit sehingga dapat bernilai ekonomis serta mengembangkan komoditas kelapa sawit dengan pola kemitraan, sehingga melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian dari pembangunan perkebunan kelapa sawit sekaligus memberikan pembinaan caracara kegiatan budidaya kelapa sawit yang baik.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL menetapkan bahwa pengembangan budidaya tanaman perkebunan tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya dalam kawasan kehutanan untuk semua besaran adalah wajib AMDAL. Budi daya kelapa sawit oleh PT. Inti Global Laksana sesuai izin lokasi adalah 12.000 ha dan berada dalam kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Dengan demikian kegiatan perkebunan dan pabrik tersebut wajib dilengkapi dokumen AMDAL. Penyusunan dokumen AMDAL ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
1.2 Rencana Kegiatan
Perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit oleh PT. Inti Global
Laksana sesuai dengan ijin lokasi yang diberikan oleh Bupati Pohuwato dengan
SK Nomor 170/01/VI/Tahun 2010 berlokasi di Kecamatan Lemito dan Kecamatan
Wanggarasi Kabupaten Pohuwato. Peta Ijin Lokasi ditunjukkan pada Gambar 2.1
Berdasarkan kajian awal terhadap kesesuaian tata ruang lokasi perkebunan menunjukkan bahwa lokasi berada pada Hutan Produksi Konversi (HPK). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.53/Menhut-II/2008 menjelaskan bahwa Hutan Produksi Konversi (HPK) adalah kawasan hutan produksi yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan. Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa areal HPK yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya, perlu dilakukan evaluasi secara administrasi dan/atau teknis lapangan guna optimalisasi HPK tersebut. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh Kepala Badan Planologi Kehutanan bersama-sama dengan Dirjen Bina Produksi Kehutanan dibawah koordinasi Sekretaris Jenderal. Pada saat penyusunan dokumen AMDAL ini, proses evaluasi guna perubahan status kawasan hutan produksi konversi oleh Badan Planologi Kehutanan sedang berlangsung. Untuk mendukung hal tersebut, pihak pemrakarsa telah memperoleh Rekomendasi Gubernur Nomor 522/Huttam.3/670/VIII/2010 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Pencadangan Lahan (Lampiran 3).
Lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana adalah lahan bekas HPH PT. Wenang Sakti. Secara geografis areal studi terletak antara 00 44’4” – 0050’23” LU dan 121031’45” – 121041’6” BT.
Gambar 1.1 Peta Ijin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana Batas-batas rencana lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan hutan produksi terbatas
- Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Lindung.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Produksi.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Produksi Konversi (HPK) yang menjadi rencana lokasi perkebunan PT. Banyan Tumbuh Lestari.
Aksesibilitas menuju lokasi perkebunan yaitu melalui Jalan Trans Sulawesi ruas Gorontalo-Moutong. Untuk mencapai areal studi dari Desa Marisa (desa terdekat) Kecamatan Popayato Timur dapat ditempuh melalui jalan desa (jalan eks PT. Wenang Sakti) dengan jarak tempuh ±45 km, dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Proses rencana kegiatan biasanya merupakan proses bertahap, dimana pada setiap tahapan kegiatan terdiri dari alternatif-alternatif kegiatan. Tahapan kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit oleh PT. Inti Global Laksana meliputi tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional. Tahap pasca operasional tidak dikaji, dengan sumsi bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawti akan beroperasi secara terus menerus. Rincian kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit diuraikan sebagai berikut.
1.2.1 Tahap Pra-konstruksi
1) Pengurusan Perijinan
PT. Inti Global Laksana telah mendapatkan ijin lokasi untuk pembangunan pabrik kelapa sawit sebagaimana ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Pohuwato Nomor 170/01/VI/2010 tanggal 1 Juni 2010 seluas 12.000 Ha yang berlokasi di Kecamatan Lemito dan Kecamatan Wanggarasi. Rencana areal perkebunan adalah merupakan Hutan Produksi Terbatas (HPK). Hutan produksi konversi adalah hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain dan dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan. Oleh sebab itu diperlukan ijin untuk pengelolaan HPK dari Menteri Kehutanan. Untuk keperluan tersebut pihak pemrakarsa telah memperoleh Rekomendasi Gubernur Nomor
522/Huttam.3/670/VIII/2010 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Pencadangan Lahan yang merekomendasikan pihak PT. Inti Global Laksana untuk melakukan kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pohuwato.
2) Survei Lokasi
Kegiatan survei awal oleh PT. Inti Gobal Laksana telah dilaksanakan sejak Tahun 2007. Kegiatan survei awal bertujuan untuk mendapatkan informasi kelayakan teknis dan ekonomis serta kelayakan lingkungan. Survei awal meliputi:
- Kesesuaian lahan untuk perkebunan kelapa sawit
- Survei tanah untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia tanah
- Survei topografi
3) Sosialisasi Program
Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa yang berupa ekspose rencana perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit pada tanggal 9 Juli 2010 bertempat di Hotel Quality Gorontalo dan ditindaklanjuti dengan studi banding Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato ke lokasi perkebunan kelapa sawit di Padang. Kegiatan ekspose tersebut melibatkan pihak Pemerintah Provinsi Gorontalo, Pemerintah Kabupaten Pohuwato, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Perguruan Tinggi.
Sosialisasi berikutnya dilakukan oleh pihak konsultan penyusun studi AMDAL dalam hal ini adalah Pusat Studi Lingkungan (PSL) Lembaga Penelitian Universitas Negeri Gorontalo yang berlangsung pada tanggal 24 Agustus 2010 bertempat di Ruang Pola Kantor Bupati Pohuwato. Kegiatan sosialisasi tersebut dihadiri oleh pihak Pemerintah Kabupaten Pohuwato, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa dan perwakilan masyarakat. Sosialisasi secara teknis akan dilaksanakan sampai pada tingkat desa dan petani untuk menjelaskan tentang rencana perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
1.2.2 Tahap Konstruksi
1) Penerimaan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja terbanyak diperlukan untuk kegiatan pembangunan kebun, yaitu untuk pembukaan lahan, pembibitan, penanaman kacangan dan kelapa sawit, pemeliharaan TBM dan TM. Kebutuhan tenaga kerja operasional diharapkan dapat menyerap tenaga kerja setempat semaksimal mungkin dan bila belum mampu memenuhi kebutuhan akan diusahakan tenaga kerja pendatang yang telah mempunyai hubungan kerja dengan PT. Inti Global Laksana. Prakiraan jumlah tenaga kerja berdasarkan kegiatan perkebunan diuraikan pada Tabel 1.1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tabel 1.1 Kebutuhan Karyawan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Inti Global Laksana
Karyawan TBM TM
Teknik Tanaman Administrasi Pabrik Adm Jumlah Teknik Tanaman Administrasi Pabrik Adm Jumlah
Askep 1 2 1 - - 4 1 4 1 2 8
Kabag 3 13 3 - - 19 3 13 3 6 2 27
Mandor 1 3 13 4 - - 20 4 13 8 16 4 45
Mandor 2 55 - - - 57 4 41 6 24 27 102
Administrasi 2 - - - - 2 4 - - - 4
Operator 10 - - - - 10 10 - - 154 - 164
Mekanik 3 - - - - 3 7 - - 38 - 49
Helper Mek 3 - - - - 3 5 - - - - 5
Rawat
Infrastruktur - - - - - - 24 - - - - 24
SKU 10 - - 10 1.747 17 20 1.784
BHL 1.072 - - 1072 0
Jumlah 27 1.155 18 - - 1.200 61 1.814 34 240 63 2.200
Sumber : PT. Inti Global Laksana, 2010
I-8
2) Mobilisasi Alat Berat
Jenis alat berat yang dibutuhkan dalam kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana adalah sebagai berikut:
Kegiatan pembangunan jalan
- Buldozer : 5 unit
- Greding/greder : 9 unit
- Pemadatan (Compactor) : 4 unit
- Loader
Kegiatan pembukaan lahan : : 1 unit
- Buldozer : 14 unit
- Loader : 7 unit
3) Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Kegiatan pembukaan lahan PT. Inti Global Laksana adalah seluas 12.000 ha. Kegiatan pembukaan lahan ini dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari Tahun 2011 rencana luas lahan yang akan dibuka adalah 500 ha, pada Tahun 2012 seluas 2.000 ha, pada Tahun 2013 lahan yang akan dibuka seluas 2.000 ha, pada tahun 2014 seluas 2.000 ha, pada Tahun 2015 seluas 2.000 ha, pada Tahun 2016 seluas 2.000 ha dan akhirnya pada Tahun 2017 lahan yang akan dibuka seluas 1.500 ha. Kegiatan pembukaan lahan akan mengacu pada teknis pembukaan lahan mengacu pada Keputusan Dirjen Perkebunan No. 38/KB.110/SK/DJ.BUN/05.95 Tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan.
4) Pembangunan Sarana dan Prasarana
Bangunan yang akan dibangun di lokasi perkebunan berupa bangunan perusahaan, bangunan perumahan, bangunan sosial, bangunan pendukung dan fasilitas umum. Secara rinci rencana kebutuhan bangunan disajikan pada Tabel
1.2.
Tabel 1.2 Kebutuhan Bangunan pada Pembangunan
Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana
No. Uraian Bangunan Qty Luas(m2) Luas Total (m2)
I. Bangunan perusahaan
1. Kantor Sentral 1 300 300
2. Kantor Afdeling 10 104 1.040
3. Gudang Sentral 2 800 1.600
4. Mess Tamu 1 488 488
5. Mess trainer 1 124 124
6. Workshop 1 204 204
7. Dorsmeer 1 96 96
8. Garasi Kantor 1 126 126
9. Garasi Workshop 1 180 180
II Bangunan Perumahan
1 Rumah Administratur 1 160 160
2 Rumah Askep 4 130 520
3 Rumah asisten 19 90 1.710
4 Rumah G1 45 60 2.700
5 Rumah G2 148 104 15.392
6 RUmah G 10 195 293 57.135
7 Barak kerja 20 263 5.260
III Bangunan Sosial
1. Rumah penitipan anak 10 122 1.220
2. Rumah Ibadah 2 145 290
3. Mushola 10 120 1.200
4. Puskesbun 1 120 120
5. Sekolah Dasar 1 604 604
6. Sekolah Taman Kanak-kanak 1 96 96
7. Balai Pertemuan (gedung serba guna) 11 128 1.408
III. Bangunan pendukung
1 Pos Keamanan 2 16 32
2 Rumah Genset dan Rumah Pompa 11 12 132
3 Menara air 11 6 66
4 Jaringan instalasi listrik luar 11
5 Jaringan instalasi air luar 11
6 Gudang B3 1 24 24
IV Fasilitas Umum
1. Lapangan Bola 11 9.200 101.200
2. Lapangan Voley 12 252 3.024
3. Lapangan Tenis 1 432 432
4. Tempat Penampungan Sampah 12 12 144
197.027
Sumber: PT. Inti Global Laksana, 2010
Selain bangunan gedung dan fasilitas penunjang. Pihak PT. Inti Global Laksana akan membanguna sarana air bersih dan listrik, sarana jalan dan jembatan, dan instalasi pemadam kebakaran.
Pembangunan jalan penunjang meliputi:
- Jalan utama (main road) merupakan jalan induk yang menghubungkan afdeling yang satu dengan yang lainnya dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8 meter.
- Jalan transport (submain road), jalan primer, jalan afdeling atau jalan produksi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan transport 6 meter.
- Jalan koleksi (collecting road) atau jalan sekunder (jalan tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau produksi kebun.
- Jalan control atau jalan tersier merupakan jalan di dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya 2 – 3 meter.
Alat perlengkapan pemadam kebakaran berupa 5 buah fire hydrant pillar diletakkan pada sisi kanopi bangunan:
a. Stasiun rebusan : 3 unit
b. Stasiun klarifikasi : 2 unit
c. Stasiun ketel uap : 2 unit
d. Stasiun penebah : 3 unit
e. Stasiun pengolahan biji : 1 unit
5) Konservasi Tanah dan Air
Untuk menjaga kelestarian lingkungan di dalam areal kegiatan perlu dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadikan areal sempadan sungai sebagai kawasan konservasi untuk flora dan fauna dilindungi. Kawasan sempadan sungai yang akan dilakukan adalah sepanjang Sungai Popayato dan Sungai Malango. Areal sempadan sungai yang akan dikembangkan sebagai kawasan konservasi adalah berjarak 50 meter dari badan sungai.
Kegiatan konservasi lahan lainnya yang akan dilakukan adalah pembuatan terras. Pembuatan terras berdasarkan kemiringan lahan yang dikenal dengan terras kontur (bersambung) dan terrras individu (tapak kuda). Terras bersambung untuk lahan yang memiliki kemiringan 4 – 29% dan terras individu untuk kemiringan 30-40%.
6) Kegiatan Pembibitan
Kegiatan pembibitan PT. Inti Global Laksana direncanakan akan dimulai pada Tahun 2011 dengan kebutuhan pembibitan sebanyak 2.400.000 pokok. Kegiatan pembibitan ini dilakukan bertahap yaitu 500.000 pokok bibit pada Tahun 2011, 400.000 pokok pada Tahun 2012, 400.000 pokok pada Tahun 2013, 400.000 pokok pada Tahun 2014, 400.000 pokok pada Tahun 2015 dan 300.000 pokok pada Tahun 2016.
Tahapan pembibitan dilakukan dengan waktu ideal berkisar 10-12 bulan dengan melalui dua tahap pembibitan, yaitu pembibitan pre-nursey 3 bulan dan sisanya di main-nursey. Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursey. Bibit yang mati lebih dahulu dikeluarkan, kemudian bibit yang abnormal sebaiknya dimusnahkan.
7) Kegiatan Penanaman Kelapa Sawit
Kegiatan persiapan lahan penanaman dilakukan untuk memberikan kondisi pertumbuhan yang baik bagi bibit yang baru dipindah dari areal pembibitan. Adapun tahap persiapan lahan adalah sebagai berikut:
a. Pasangan pancang blok
Perencanaan kebun untuk setiap luasan adalah berukuran 300 m X 1.000 m. Tinggi atau panjang dari tiang pancang minimum 1,20 m yang berada di atas permukaan tanah dan minimum 0,25 m yang dibenamkan di dalam tanah.
b. Pembuatan teras
Berdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda). Teras bersambung untuk lahan yang memiliki kemiringan 4-29o dan teras individu untuk lahan yang memiliki kemiringan 30-40o. Teras individu dibuat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menghadap ke arah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras sebesar 1,25 m.
Pembuatan teras dikerjakan dengan menggali dan menimbun tanah lereng, sehingga tempat tersebut menjadi rata dan agak datar. Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya, pada tingkat kemiringan 15o, jari-jari teras bisa dibuat 1,5 sampai 2 m.
c. Pembuatan lubang tanam
Lubang tanaman dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Setelah digali lubang tanam dibiarkan terbuka selama dua minggu.
Tanah galian bagian atas (topsoil) setebal 20 cm dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah (subsoil). Setiap bagian tanah diletakkan secara terpisah. Setelah dua minggu dibiarkan, setiap lubang dipupuk dengan pupuk pra tanam, seperti Agrophos sebanyak 1 kg dan Patenkali 250 gram.
8) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan vegetatif yang baik guna mempersiapkan fase pertumbuhan generatif dengan produksi yang tinggi. Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Memberantas alang-alang.
b. Penyiangan
c. Pemupukan.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
e. Kastrasi
f. Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
9) Penilaian Kelayakan Kebun untuk Program Kemitraan
Pola kemitraan yang dikembangkan saat ini adalah Program Revitalisasi Perkebunan (PRP) yang merupakan kemitraan perkebunan generasi II pada Tahun 2006. Konsep kemitraan PRP adalah kerja sama usaha antara petani pekebun (plasma) dengan perusahaan inti sebagai mitra usaha dengan prinsip yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Perusahaan (inti) ditetapkan sebagai developer dan avails. Artinya, inti bertanggungjawab untuk membangun kebun dan menyediakan atau mencarikan dananya. Dengan demikian, fungsi dan perannya menjadi lebih nyata (lebih bertanggungjawab sampai dengan terwujudnya kebun dan lunasnya kredit petani).
10) Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit
Pembangunan pabrik kelapa sawit direncanakan dibangun di dalam areal rencana perkebunan di Kecamatan Lemito. Adapun tahapan pekerjaan kegiatan pembangunan pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Tanah dan Sipil
2. Mesin dan Peralatan
a. Stasiun penerima buah
- Jembatan timbang (Weight bridge)
- Penimbunan tandan (Loading ramp)
- Alat pemindah lori (Cage Trasfer Carriage)
- Jaringan rel (Railtrack system)
- Lori rebusan (FFB Cage)
- Capstand
b. Stasiun rebusan
- Ketel rebusan (Sterilizing)
- Blowdown chamber/Exhaust silencer
- Hinged rail pieces
c. Stasiun penebah
- Tippler drum
- Mesin penebah (Tresher)
d. Stasiun pengolahan janjang kosong
- Konveyor tandan kosong (empty bunch conveyor)
- Empty bunch hopper
e. Stasiun kempa
- Kempa ulir (Screw press)
- Pengaduk (Digester)
f. Stasiun pemurnian minyak
- Saringan getar (Vibro energy separator)
- Tangki minyak mentah (Crude oil tank)
- Oil purifier
- Sludge separator
- Pengering minyak (Vacuum oil dryer)
g. Stasiun pengupas biji (Depericarper)
- Stasiun pemecah bungkil (Cake breaker conveyor)
- Mesin pengupas biji (Depericarper)
- Drum pemoles (Nut polishing drum)
h. Stasiun pengutipan inti
- Transport pneumatic biji
- Ayakan biji (Nut grader)
- Pengering biji (Nut bin)
- Pemecah biji (Nut cracker)
i. Pusat tenaga uap (ketel uap)
j. Pusat tenaga listrik
- Turbin uap pembangkit tenaga listrik (Turbin alternator)
- Diesel alternator
k. Jaringan listrik
l. Penyediaan air
m. Tangki timbun minyak
Tabel 1.3 Jenis Peralatan yang Dibutuhkan Dalam Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Inti Global Laksana
Jenis Mesin dan Peralatan PKS Kapasitas/jumlah Unit
Stasi un Penerimaan Buah
1. Roas weight birdge 50 ton (kg) 1 unit
2. Fruit loading ramp 120 ton 2 unit
3. Rail Track 6 jalur (162 meter) 6 jalur
4. FFB cages/bogies 5 ton 50 unit
5. Transporter/transfer Carry 20 ton (5,5 Hp/4 Kw) 2 unit
St asiun Perebusan
1. Sterilzer (2 door) 5 lory (30 ton) 4 unit
2. Blowdown - 1 unit
3. Steam flow regulator 15 ton uap/jam -
4. Plathforms/catwalk 18 m2 -
5. Winches/Bolard 40 ton (10 Hp/25 Knew 2 unit
S tasiun Penebah
1. Tipper 5 ton 1 unit
2. Autofeeder 30 ton (3 Hp/2,2 Kw ton/jam) 3 unit
3. Thresher 30 ton (30 Hp/2,2 Kw) 3 unit
4. Conv. Under Thresher 30 ton/jam (5,5 Hp/4 Kw) 3 unit
5. Inclemed Empty Brunch Conv 60 ton (15 Hp/4 Kw) 1 unit
6. Winches/Bollard 60 ton (10 Hp/7,5 Kw) 2 unit
7. Incenerator/pembakaran janjang kosong 60 ton 3 unit
8. Plathforms/catwalk 43 m3 -
Stasiun Kempa
1. Press Structure - -
2. Fruit elevator 40 ton/jam. 5,5 Kw 2 unit
3. Fruit Distributing Conv. 40 ton/jam. 5,5 Kw 2 unit
4. Bottom Cross Conv. 30 ton/jam. 4,0 Kw 2 unit
Jenis Mesin dan Peralatan PKS Kapasitas/jumlah Unit
5. Dilution control Fow meter 6 unit
6. Digester 5000 liter 6 unit
7. Screw Press 20 ton/jam, 45 KW 3 unit
8. Hot water Dilution Pump 20 m3/jam 2 unit
9. Cruide Oil Gutter - -
10. Sand Trap Tank 10 m3 2 unit
11. Vibrating Scrreen Double deck. 20 m3/jam. 2,5 3 unit
12. Crude Oil Tank 25 m3 1 unit
13. Crude Oil Pump 36 m3. 5,5 kW 2 unit
S tasiun Klarifikasi
1. Continuous clarifier tank 90 ton 2 unit
2. Plate separator-1 - -
3. Palm oil tank 8 ton 1 unit
4. Slidge tank 25 ton 1 unit
5. Sludge balance tank 7 ton 1 unit
6. Sludge Desording Pump (precleaner) 20 m3/jam, 4 kW 2 unit
7. Sludge decanter 3 phases/ S.centrifuge 8000 l/jam. 15 kw. 12 5 unit
8. Sludge Desanding Cyclone/ G-max cyclone Electro-Pneumatic control 1 unit
9. Oil Purifier 15.000 liter/jam 2 unit
10. Vacum driver oil 20.000 liter/jam 1 unit
11. Decanter Solid Conv. - -
12. Oil Transfer pump 20.000 liter/jam 2 unit
13. Oil purifier pump 20.000 liter/jam 2 unit
14. Oil Recleamed Pump 30.000 liter/jam 2 unit
15. Plat Form/Catwalk - -
16. Hot Water Tank 10.000 liter 1 unit
Stasi un Penyimpanan CPO
1. Storage Tank 2.500 ton 2 unit
2. Oil Derpact Pump 30 m3/jam 2 unit
3. Sand blasting + painting
Sta siun Depericarping
1. Horizontal Cake Breaker Conveyor 60 ton TBS. 600 x 2 unit
2. Nut polishing drum 20 rpm. 2,5 Kw 2 unit
3. Pneumatic Fibre Transport 40 ton/jam 2 unit
Jenis Mesin dan Peralatan PKS Kapasitas/jumlah Unit
4. Fibre Cyclon Fan 45 Kw. 1500 ppm 2 unit
St asiun Kernel Plant
1. Inclined Nut Conveyor 12 ton/jam. 4 Kw 2 unit
2. Wet Nut Elevator 6 ton/jam. 4 Kw 2 unit
3. Wet Nut Distributing Conv. 12 ton/jam. 4 Kw 1 unit
4. Nut Silo 45 ton 4 unit
5. Vibrating Feeder 4 ton/jam 6 unit
6. Ripple Mill 6 ton/jam. 11 Kw 6 unit
7. Cracked Mixture Conv. 6 ton/jam. 2,5 Kw 2 unit
8. Cracked Mixture Elevator 6 ton/jam. 2,5 Kw 2 unit
9. LTDS I + fan 1500 m3/jam. 15 Kw 2 unit
10. LTDS II + fan 1500 m3/jam. 15 Kw 2 unit
11. Clathbath Separator Pump 30 m3. 5,5 Kw 2 unit
12. Wet sheet Winoming Fan 1200 m3/jam. 15 Kw 2 unit
13. Wet Kernel Winoming Fan 1200 m3/jam. 15 Kw 2 unit
14. Kernel Silo 50 m3 2 unit
15. Dry kernel Conv. 10 ton/jam 1 unit
16. Heater Kernel Silo Fan 1200 m3/jam. 15 Kw 4 unit
17. Rotary Drum Sorting Conv 10 ton/jam 1 unit
18. Dry Kernel Winowip Fan 8000 m3/jam. 15 Kw 1 unit
19. Inclined Kernel Discharge Conv. 20 ton/jam. 15 Kw 1 unit
20. Heater Nut Silo Fan 1200 m3/jam. 15 Kw 4 unit
St asiun Power Panlt
1. Turbo altenator 1440 Kw 2 unit
2. Diesel genset 650 kW 2 unit
3. Diesel fuel tank 4500 liter 1 unit
4. Diesel Storage Tank 35.000 liter 2 unit
Stea m Generating Palnt
1. Steam boiler system 35 ton/jam 2 unit
2. Fibre shell conveyor 15 ton/jam. 15 Kw 2 unit
3. Demineralized water tank (feed tank) 90 m3 2 unit
4. Dearator tank 5 m3 2 unit
5. Dearator pump 25 m3/jam. 4 Kw 4 unit
6. EDP (Electric Driven Pump) 30 m3/jam. 45 Kw 3 unit
Jenis Mesin dan Peralatan PKS Kapasitas/jumlah Unit
W ater Suply Stasiun
1. Raw water pump 100 m3 3
2. Piping 6 set
3. Water Clarifier plant 300 m3 1
4. Water Basin 400 m3 1
5. Boster Pump Sand Filter 45 m3/jam. 11 Kw 3
6. Sand Filter 10 m3 3
7. Water tower 50 m3 2
8. Cation Echanger Pump 25 m3/jam. 4 Kw 4
9. Anion Echanger Pump 25 m3/jam. 4 Kw 4
10. Chemical Pump 24 liter dan 75 liter/jam 6
Sludge Oil Recovery /Fat-Fit
1. Sludge Pump 30 m3/jam (7,5 Hp/5,5 Kw) Unit
2. Sterilized Condensate pit - -
3. Sludge Oil Pump 5 m3/jam (5,5 Hp/4 Kw) 1 unit
Sumber: PT. Inti Global Laksana, 2010.
Gambar 1.2 Layout Pabrik 11) Pembangunan Unit Pengolah Limbah
a. Pembangunan Unit Pengolahan Limbah Padat
Unit pengolahan limbah padat yang berupa janjang kosong akan digunakan sebagai mulching untuk pupuk organik di areal kelapa sawit, sedangkan limbah padat berupa sludge yang berada di dasar pengolahan limbah diambil (scrup) dari dasar kolam, selanjutnya dikeringkan di lantai pengeringan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit.
b. Pembangunan Unit Pengolahan Limbah Cair
Semua air limbah yang berasal dari stasiun klarifikasi dan air kondesat rembesan setelah melalui oil recovery pit dialirkan ke effluent treatment bersama air. Melalui cooling pond, air limbah didinginkan dari 55 ºC menjadi 40 ºC setelah melalui cooling pond air limbah digravitasi ke netralization pond, ditambah soda ash untuk menaikkan pH dari 3-4 menjadi 6-7, selanjutnya dialirkan ke anaerobic pond untuk dicampur dengan kapur tohor dengan retensi waktu 40 hari dan BOD yang dihasilkan dapat diturunkan hingga mencapai 250 mg/l.
Hasil pengolahan dengan proses anaerobic dapat menurunkan BOD sebesar 70% sehingga BOD turun dari 25.000 mg/l menjadi 1890 mg/l. Selanjutnya air olahan masuk ke pengolahan aerobik. Pada proses pengolahan aerobic kadar BOD turun sebesar 15% sehingga kadar BOD dari 1890 mg/l menjadi 189 mg/l (PTP VII Lampung). Hasil ini sudah berada di bawah standar baku mutu limbah industri yang ditetapkan.
Tabel 1.4 Ukuran dan jumlah unit kolam pengolah limbah cair dari pengolahan TBS
Jenis Kolam Jumlah Volume
Mixing Pond 1 unit 9.800 m3
Luas bawah (20 m x 80 m) 1.600 m2
Luas atas (40 m x 100 m) 4.000 m2
Tinggi kolam 3,5 m
Anaerob Pond 5 Unit 49.000 m3
Luas bawah (20 m x 80 m) 1.600 m2
Tabel 1.4 lanjutan...
Jenis Kolam Jumlah Volume
Luas atas (40 m x 100 m) 4.000 m2
Tinggi kolam 3,5 m
Aerob Pond 1 unit 14.000 m3
Luas bawah (20 m x 80 m) 1.600 m2
Luas atas (40 m x 100 m) 4.000 m2
Tinggi kolam 5 m
Sediment Pond 1 unit 16.800 m3
Luas bawah (20 m x 80 m) 1.600 m2
Luas atas (40 m x 100 m) 4.000 m2
Tinggi kolam 6 m
Volume Total 89.600 m3
Sumber: PT. Inti Global Laksana, 2010
1.2.3 Tahap Operasional
Kegiatan operasional suatu perkebunan terdiri dari beberapa kegiatan, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu: pekerjaan kebun, pekerjaan operasional dan pekerjaan pada jaringan/fasilitas pendukung.
Pekerjaan operasional kebun meliputi pekerjaan pemeliharaan tanaman menghasilkan dan pemanenan. Kedua kegiatan tersebut berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu selama kegiatan perkebunan masih berjalan.
Secara rinci kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga dilakukan dengan cara intensif, termasuk kepentingan pengawasan yang terus-menerus atas keberadaan hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas kelompok umur tanaman sebagai berikut:
a. Tanaman muda : 2 – 5 tahun
b. Tanaman remaja : 6 – 12 tahun
c. Tanaman tua : 13 – 25 tahun
Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama, kecuali dalam dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis pemupukan mulai dikurangi bahkan dihentikan menjelang penanaman ulang (replanting). Pekerjaan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang perlu dilakukan antara lain akan mencakup:
1. Perawatan Gawangan
2. Pemeliharaan Piringan
3. Pemupukan
4. Pemberantasan Hama dan Penyakit
5. Penunasan
2) Kegiatan Pemanenan
Pemanenan atau pemungutan hasil harus dilakukan semurah mungkin dan buah masih mentah yang turut terpanen sesedikit mungkin. Alat panen yang digunakan adalah chisel dan pisau yang ujungnya membengkok atau hooked knife. Tandan buah segar diangkut dengan mempergunakan truk dan traktor dengan kapasitas angkut ± 5-10 ton tiap trip, diangkut ke tempat penimbunan buah (TPH). Hasil pengumpulan tersebut selanjutnya diangkut ke PKS menggunakan truk untuk diproses menjadi CPO pada pabrik kelapa sawit.
3) Kegiatan Proses Pengolahan Tandan Buah Segar
Proses pengolahan tandan buah segar menjadi produk CPO dan PK secara ringkas sebagai berikut:
a. Penerimaan Bahan Baku
Penimbangan TBS
Penimbunan TBS
Pengisian Buah ke dalam Lori
Pengisian Lori ke dalam Sterilizer
b. Perebusan
c. Penebahan
d. Pelumatan Buah
e. Pengempaan Buah
f. Pemecahan Ampas dan Inti
g. Pemisahan Ampas dan Inti
h. Klarifiaksi Minyak Sawit
Pemisahan pasir
Penyaringan bahan padatan
Pemisahan minyak dengan sludge settling tank/clarifier tank
Pemurnian minyak (oil purifier)
Pengeringan minyak (oil dryer)
i. Penimbunan Minyak Sawit
j. Pengolahan Sludge
Sand cyclone
Pemisah lumpur
k. Penampung Limpahan Minyak (Preclaim Oil Tank)
l. Pengutipan Minyak Parit (Fat Pit)
m. Pengolahan Biji
Pemerasan biji (nut silo)
Pemecahan biji
Pemisahan sistem kering
Pengeringan kernel
Penimbunan kernel
4) Kegiatan Transportasi Produk
Kegiatan transportasi dilakukan untuk angkutan TBS, kernel dan CPO. Buah kelapa sawit hasil panen (TBS) harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga berpengaruh kurang baik pada kualitas minyak.
Angkutan tersebut tidak hanya dilakukan di dalam areal kebun, namun juga dilakukan di luar kebun, yaitu:
a. Angkutan TBS dilakukan di dalam kebun berupa pengangkutan dari kebun ke PKS dengan menggunakan jalan kebun, selain itu juga akan menggunakan jalan kabupaten propinsi.
b. Angkutan kenel dilakukan dengan menggunakan jalan kebun
c. Angkutan CPO dilakukan dengan menggunakan jalan kebun
5) Pengadaan dan Pemanfaatan Air Proses
Kebutuhan air untuk kegiatan proyek kebun dan khususnya pabrik pengolahan minyak kelapa sawit relatif besar dan kontinyu sepanjang tahun. Untuk keperluan prosesing 1 ton TBS kelapa sawit diperlukan air sebanyak 1,5 m3, maka jika asumsi produksi TBS puncak dan saat peak month sebesar 16.575 ton/bulan, maka akan membutuhkan air proses sebesar 24.863 m3.
Proses pengolahan air untuk kebutuhan boiler adalah sebagai berikut:
Penukaran kation (cation exchange)
Penukaran anion (anion exchange)
De-aerator
Regenerasi resin ziolit
6) Operasionalisasi Generator Set
Untuk menunjang kegiatan operasional maka diperlukan sumber energi pembangkit listrik dengan menggunakan turbo alternator dan juga generator set yang disesuaikan dengan kebutuhan. Khusus untuk perumahan, perkantoran/kompleks estate dan afdeling, akan digunakan genset penerangan dengan menggunakan bahan bakar solar.
7) Kegiatan Pengolahan Limbah
a. Pengolahan limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan pengelolaan TBS di lokasi pabrik. Limbah padat yang dihasilkan meliputi pasir, lumpur dan serat. Jumlah limbah padat ini diperkirakan sebanyak 4,1%/ton TBS. Limbah padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit adalah limbah berupa sludge, dimana penanganan limbah tersebut dengan menggunakan cara di-scrup/diambil dari dasar kolam dan dikeringkan dalam lantai pengeringan dan berikutnya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman kelapa sawit.
Pasir dihasilkan dari hasil pemecahan ampas kempa yang dialirkan ke dalam sand trap tank (wadah pemisah pasir dan minyak kasar),kemudian limbah padat berupa lumpur dihasilkan dari tangki pemisah, yang memisahkan minyak dan lumpur. Limbah padat berupa serabut dihasilkan dari stasiun pengutipan inti, sedangkan limbah berupa ampas dihasilkan dari pemecah ampas kempa dan siklus kempa. Lebih lanjut tindakan pengelolaan terhadap limbah padat ini dijadikan mulsa untuk tanaman kelapa sawit, sehingga limbah gas dapat diminimalisir karena tidak ada pembakaran limbah padat. Tandan dan janjang kosong yang dihasilkan dari penebahan dan penanganan limbah padat yang berupa serasah, batang/ranting dan pelepah dimanfaatkan untuk kompos di areal kebun kelapa sawit yaitu dihamparkan di areal kebun untuk dijadikan mulching dan setelah terdekomposisi dapat menambah unsur hara bagi tanaman.
b. Pengolahan limbah cair
- Pengolahan limbah cair dengan kolam aerasi
Limbah cair ini selanjutnya diolah dalam fasilitas unit instalasi pengolah air limbah (IPAL).
Proses pengelolaan limbah cair yang akan diterapkan pada perusahaan ini adalah proses anaerobik dan proses aerobik yang dilakukan secara konsekutif. Kedua proses ini berlangsung dengan mengandalkan mikroorganisme pengurai senyawa biologis.
Unit pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut:
a) Cooling pond (kolam pendingin)/(kolam 1)
Kolam berfungsi untuk pendinginan limbah dari proses pengolahan TBS,dimana limbah segar umumnya memiliki temperatur 70-80 ºC, sedangkan suhu ideal untuk penguraian senyawa dalam limbah adalah 45 ºC, sehingga memerlukan kolam pendinginan.
Bila kolam ini terisi penuh oleh air hujan/aliran dari fat pit atau tangki recovery, maka dilakukan pemompaan ke kolam 2 atau kolam 3 atau dialirkan ke kolam kontrol.
b) Mixing pond (kolam percampuran)/(kolam 2)
Pada awalnya kolam 2 berfungsi sebagai kolam stabilisasi, tapi tidak berfungsi. Setelah dilakukan pembersihan (pengangkatan scrum minyak kotor), direncanakan difungsikan kembali sebagai kolam percampuran (mixing). Limbah segar dari fat pit/tangki recovery dicampur dengan limbah matang/sirkulasi dari kolam 5 (anaerobic sekunder) atau 3 (anaerobic primer).
c) Primery anaerobic pond (kolam anaerobik primer)/(kolam 3) Kolam aktif. Sementara raw sludge/limbah segar dari fat pit langsung masuk ke kola mini, dan dicampur dengan limbah matang (dari kolam 5 atau dari kolam 3 sendiri (sirkulasi setempat). Sirkulasi dilakukan untuk mempertahankan kestabilan pH kolam nomor 3 dan menjaga ketersediaan bakteri di kolam tersebut agar terjadi keseimbangan dengan makanannya (limbah segar dari fat pit/proses).
Effluent dari kolam mini masuk ke kolam anaerobik sekunder (kolam nomor 4) atau bisa diaplikasikan ke lahan sawit langsung (karena BOD nya sudah dibawah 5000 mg/l) selain itu effluent dari kola mini disirkulasi setempat (dimasukkan lagi ke influent kolam nomor 3).
Di kolam mini terjadi penguraian limbah organik secara alamiah oleh bakteri-bakteri anaerobic, proses ini menghasilkan gas-gas yang menyebabkan baud an scum.
Parameter kontrol di kola ini adalah pH, alkalinitas dan VFA. Keseimbangan antara limbah yang masuk dengan sirkulasi perlu diperhatikan untuk tetap menjaga kondisi pH di kola mini (pH 6,7 –
7,4; optimal 7 – 7,2)
d) Secondary anaerobic pond (kolam anaerobik sekunder)
Kolam yang termasuk dalam kategori kolam Secondary Anaerobic Pond adalah kolam nomor 4 dan kolam nomor 5. Kolam aktif effluent dari kolam 3 masuk ke kola mini. Effluent dari kolam 4 masuk ke kolam nomor 5, sedangkan effluent dari kolam mini masuk ke dalam kolam nomor 6 atau disirkulasikan ke kolam nomor 3 atau nomor 2 (untuk proses mixing).
Di kolam ini terjadi penguraian limbah organik secara alamiah oleh bakteri fakultatif (anaerobik dan aerobik). Produksi scum mulai berkurang (scum sudah menipis). Pada kolam-kolam ini pH relatif stabil tidak terlalu fluktuatif dengan pH range 7,5 – 7,7.
e) Aeration pond (kolam aerasi)/(kolam 6)
Effluent dari kolam anaerobik sekunder kolam nomor 5 akan mengalir ke Aeration Pond (kolam aerasi)/kolam nomor 6. Kolam ini direncanakan difungsikan sebagai kolam aerobik dengan menggunakan aerasi mekanis untuk meningkatkan pH (diharapkan pH mangalami kenaikan, range berkisar 7,8 – 8,4) dan kadar oksigen terlarut meningkat sehingga diharapkan terjadi penurunan BOD sebelum dibuang ke lahan aplikasi. Penguraian limbah di kolam mini secara alamiah oleh bakteri aerobik.
Effluent dari kolam mini masuk ke kolam pengendapan (kolam nomor
7).
f) Kolam pengendapan/(kolam 7)
Effluent dari kolam ini selanjutnya diaplikasikan ke lahan sawit.
- Program pemanfaatan limbah cair terolah/land application
Program pemanfaatan limbah cair terolah merupakan bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dengan pola re-use, dimana limbah cair terolah dengan kandungan polutan tertentu/BOD tertentu sesuai yang diizinkan oleh pemerintah diaplikasikan untuk pengairan tanaman kelapa sawit. Adapun metode, intensitas aplikasi, dosis limbah sangat menentukan keberhasilan/manfaat dan dampak yang ditimbulkan. Untuk program pemanfaatan limbah cair sesuai ketentuan diperlukan studi kajian khusus yang akan dilaksanakan setelah kegiatan pabrik sudah berjalan.
8) Penanganan Masalah Sosial
Untuk menangani munculnya permasalahan sosial berupa konflik, kecemburuan sosial yang diakibatkan oleh masyarakat di sekitar kebun maupun masyarakat di luar kebun, maka pihak perusahaan merencanakan beberapa kegiatan dan upaya pembangunan fasilitas sosial antara lain:
a. Membuat klinik untuk karyawan dan juga memberikan bantuan untuk pelayanan masyarakat sekitar.
b. Membuat fasilitas ibadah berupa masjid dan mushola untuk karyawan kebun dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
c. Rekruitmen tenaga kerja dari daerah sekitar kebun.
d. Sarana olahraga untuk karyawan dan masyarakat sekitar sebagai wahana untuk berinteraksi sosial.
e. Menyediakan sarana dan pra sarana pendidikan.
1.2.4 Kegiatan Lain Yang Terkait
Kegiatan lain yang terkait yang berada di sekitar lokasi perkebunan PT. Inti Global Laksana adalah kegiatan lahan pertanian berupa tanaman jagung, kedelai, perkebunan kelapa, dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat hutan lindung dan hutan produksi. Selain itu juga, terdapat ijin-ijin lokasi perkebunan kelapa sawit untuk perusahaan lain. Kegiatan-kegiatan tersebut turut memberikan dampak terhadap lingkungan dan kegiatan perkebunan kelapa sawit.
1.3 Alternatif Kajian
Kajian AMDAL merupakan studi kelayakan dari aspek lingkungan, maka komponen rencana usaha dan/atau kegiatan harus memiliki beberapa alternatif, antara lain alternatif lokasi, desain, proses, tata letak bangunan atau sarana pendukung. Pilihan alternatif bertujuan untuk memberikan alternatif kepada pihak pemrakarsa yang berkaitan dengan kegiatan proyek dan lokasi, dengan mempertimbangkan dampak-dampak yang akan ditimbulkan. Dalam kajian AMDAL perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana tidak dilakukan kajian alternatif baik untuk alternatif lokasi, desain ataupun proses.
1.4 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Berdasarkan evaluasi dampak penting dan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana jika dilihat dari keseluruhan rencana kegiatan, dampak-dampak penting yang ditimbulkan dan arahan pengelolaan serta pemantauan lingkungan layak untuk melakukan kegiatan usahanya di lokasi sesuai dengan ijin lokasi yang ditetapkan melalui SK Bupati Nomor 170/01/VI/2010.
Berdasarkan pertimbangan pada kondisi fisik lahan di rencana lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana maka luas area yang bisa untuk dibangun perkebunan adalah 8.061,80 Ha. Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan oleh pihak pemrakarsa adalah :
- Dengan segera melakukan penyesuaian tata ruang sehingga legalitas kegiatan dapat berjalan dengan baik.
- Berkomitmen untuk melaksanakan prinsip Minyak Sawit Lestari (Rountable of Sustainable Palm Oil, RSPO).
1.5 Waktu Pelaksanaan
Batas waktu kajian ANDAL adalah batas waktu yang digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak penting dalam kajian ANDAL. Waktu kajian lazimnya adalah tahun dimana kegiatan beroperasi. Dalam kajian ANDAL perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana dipertimbangkan berdasarkan batasan waktu pelaksanaan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu tahap pra-konstruksi dan konstruksi selama 3 tahun dan tahap operasional selama 25 tahun. Prakiraan dampak dilakukan dengan membandingkan kondisi komponen-lingkungan dengan-kegiatan (with project) dengan kondisi tanpa-kegiatan (without project) pada tahun yang sama.
Batas waktu kajian diuraikan sebagai berikut:
- Tahap pra-konstruksi : 2010 – 2011
- Tahap konstruksi : 2012 – 2015
- Tahap Operasional : 2015 - 2040
1.6 Pemrakarsa Kegiatan
1.6.1 Identitas Pemrakarsa
Nama Instansi : PT. INTI GLOBAL LAKSANA
Penanggung Jawab : SYAMSUL BAHRY ILYAS, SH
Jabatan : Direktur
Alamat : Gd. Barclays House Lt. 9
Jl. Jend. Sudirman Kav. 22-23 Kel. Karet Jakarta Selatan 12920
Telp/fax : (021) - 5224878
1.6.2 Penyusun Studi AMDAL
Nama Lembaga : Pusat Studi Lingkungan(PSL)
Universitas Negeri Gorontalo
Ketua : Ir. Asda Rauf, M.Si
Jabatan : Kepala
Alamat : Jl. Pangeran Hidayat No. 33
Kota Gorontalo
Telp/fax : (0435) 821125
Tabel 1.5 Penyusun dokumen AMDAL, rencana pembangunan Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana
No. Nama Jabatan/Bidang Keahlian
1 Dr. Fitryane Lihawa, M.Si Ketua
2 Ir. Asda Rauf, M.Si Tenaga Ahli Sosial Ekonomi Budaya
3 Sukirman Rahim, S.Pd, M.Si Tenaga Ahli Kualitas Udara
4 Marieke Mahmud, S.T, M.Si Tenaga Ahli Kualitas Air
5 Ahmad Zainuri, S.Pd, M.Si Tenaga Ahli Geofisik
7 Ir. Barry Labdul Tenaga Ahli Hidrologi
6 Rahmat Lahay, S.Si, M.Si Tenaga Ahli Analisis Sistem dan SIG
7 A. Sidik Katili, S.Pd, M.Si Tenaga Ahli Biota
8 Drs. Sunarto Kadir, M.Kes Tenaga Ahli Kesmas
BAB II
DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
Klasifikasi dampak penting adalah bertujuan untuk mempertajam arah kajian ANDAL, sehingga pemilihan strategi kajian dan metodologi bisa lebih tajam. Klasisifikasi dampak penting hipotetik diklasifikasikan berdasarkan tema-tema dan disusun berdasarkan skala prioritas dampak yang harus dikaji dan dikelola yang diuraikan sebagai berikut:
1. Penurunan Produktivitas Lahan
Prioritas dampak penting yang berhubungan dengan produktivitas lahan adalah: - Erosi dan sedimentasi
2. Keanekaragaman Hayati
Prioritas dampak penting yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati adalah:
- Gangguan vegetasi
- Terganggunya satwa liar
- Gangguan biota air
3. Perubahan Kualitas Lingkungan
- Fungsi hidrologi DAS yang meliputi ketersediaan air tanah, ketersediaan air bersih
- Menurunnya kualitas air
- Menurunnya kualitas udara
- Pencemaran tanah
4. Kondisi sosial masyarakat
- Potensi konflik tenaga kerja
- Persepsi negatif dan positif masyarakat
- Keresahan masyarakat
5. Perekonomian
- Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha
- Peningkatan pendapatan
- Peningkatan perekonomian lokal
Hasil prakiraan dan evaluasi dampak penting hipotetik ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Prakiraan Dampak Pembangunan Perkebunan Dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana
No Jenis Kegiatan dan
Komponen Lingkungan
Yang Terkena Dampak Sifat Dampak Besaran Dampak Tingkat Kepentingan
1 2 3 4 5
I TAHAP PRA KONSTRUKS I
1
Pengurusan Perijinan
Persepsi dan Keresahan
Masyarakat
Negatif Besar Penting
2
Survei Lokasi
Persepsi dan Keresahan
Masyarakat
Negatif Besar Penting
3
Sosialisasi
Persepsi dan Keresahan
Masyarakat
Negatif Besar Penting
II TAHAP KONSTRUKSI
1 Penerimaan Tenaga Kerj a
Kesempatan Kerja dan berusaha positif kecil Tidak Penting
Meningkatnya
pendapatan
positif Kecil Penting
Tabel 2.1 lanjutan…
1 2 3 4 5
Potensi Konflik Negatif Kecil Penting
Persepsi Negatif Negatif Besar Penting
2
Mobilisasi alat berat dan material
Menurunnya kualitas udara Negatif Besar Penting
Kerusakan badan jalan Negatif Kecil Tidak Penting
3
Pembukaan lahan
Hilangnya vegetasi Negatif Besar Penting
Terganggunya satwa liar Negatif Besar Penting
Menurunnya kualitas udara Negatif Besar Penting
4
Pembangunan sarana da n pra sarana
Kualits udara Negatif Besar Penting
Erosi dan sedimentasi Negatif Kecil Penting
Kualitas air Negatif Kecil Penting
Biota air Negatif Kecil Penting
Persepsi Negatif Besar Penting
5
Konservasi
Fungsi Hidrologi DAS Positif Besar Penting
Persepsi Positif Besar Penting
6
Pembibitan
Kualitas Bibit Positif Besar Penting
Ekonomi Positif Besar Penting
Persepsi Positif Besar Penting
7
Penanaman
Erosi dan sedimentasi Negatif Besar Penting
Kualitas air Negatif Sedang Penting
Biota air Negatif Sedang Penting
Persepsi Negatif Besar Penting
8
Pemeliharaan TBM
Erosi dan sedimentasi Negatif Besar Penting
Kualitas air Negatif Sedang Penting
Biota air Negatif Sedang Penting
Ekonomi Positif Besar Penting
Tabel 2.1 lanjutan…
1 2 3 4 5
Persepsi Negatif Besar Penting
9
Penilaian kelayakan keb un
Persepsi dan keresahan Negatif Besar Penting
10
Pembangunan unit peng olah limbah
Persepsi Positif Besar Penting
III TAHAP OPERASIONAL
1
Pemeliharaan TM
Kualitas Air Negatif Besar Penting
Biota Air Negatif Besar Penting
Ekonomi Masyarakat Positif Kecil Penting
Ekonomi Daerah Positif Besar Penting
2
Pemanenan
Kualitas Udara Negatif Besar Penting
3
Proses Pengolahan TBS
Kualitas Air Negatif Kecil Penting
Biota Air Negatif Besar Penting
Persepsi Negatif Besar Penting
4
Transportasi Produk
Kualitas Udara Negatif Besar Penting
5
Pengadaan dan pemanf aatan air proses
Ketersediaan air Negatif Kecil Penting
Persepsi Negatif Besar Penting
6
Operasionalisasi Genset
Pencemaran Tanah Negatif Kecil Penting
7
Pengolahan Limbah
Kualitas lingkungan Positif Besar Penting
Persepsi Positif Besar Penting
8 Penanganan Masalah So sial
Persepsi Masyarakat Positif Besar Penting
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB III
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan hasil evaluasi dampak yang diprakirakan timbul sebagaimana diuraikan pada dokumen ANDAL, diidentifikasi beberapa komponen kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana yang akan menimbulkan perubahan mendasar (dampak positif/negatif besar dan penting) terhadap sejumlah komponen lingkungan hidup. Komponen lingkungan yang akan terkena dampak negatif/positif akibat kegiatan pembangunan dan pengoperasian Perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana yang perlu dikelola adalah:
A. Tahap Pra Konstruksi:
• Persepsi masyarakat
• Keresahan masyarakat B. Tahap Konstruksi:
• Pendapatan
• Potensi konflik tenaga kerja
• Kualitas udara dan kebisingan
• Kualitas air
• Biota darat dan biota air
• Persepsi dan keresahan masyarakat
C. Tahap Operasional
• Kualitas udara
• Kualitas air
• Gangguan flora darat
• Gangguan fauna darat
• Persepsi dan Keresahan masyarakat
III-1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan rencana pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana ditunjukkan pada Tabel 3.1 dan ringkasan rencana pemantauan lingkungan hidup ditunjukkan pada Tabel 3.2.
III-2
Tabel 3.1 Ringkasan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana di Kec. Lemito dan Kec. Wanggarasi KabupatenPohuwato
Dampak
Penting Yang dikelola Sumber Dampak Tolak Ukur Dampak Tujuan Pengelolaan Pengelolaan Lingkungan Lokasi Peroide Instansi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelaksana Pengawas Pelaporan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I. TAHAP PRA-K ONSTRUKSI
1. Kegiatan Peng urusan Perijina n
Persepsi dan keresahan Masyarakat Kegiatan Pengurusan perijinan Jumlah masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalisasi dampak persepsi negatif dan keresahan masyarakat yang timbul dari kegiatan pengurusan perijinan - Pendekatan Sosial budaya
a. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan masyarakat pemilik lahan pada saat akan melakukan survei lokasi.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan proyek pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
- Pendekatan Institusi Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi.
Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato
Dinas
Kehutanan
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Kegiatan Surv ei Lokasi
Persepsi dan keresahan Masyarakat Kegiatan
Survei Lokasi Jumlah masyarakat yang memiliki persepsi negatif dan merasa resah terhadap pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit Meminimalisasi dampak persepsi negatif dan keresahan masyarakat yang timbul dari kegiatan survei lokasi Pendekatan Sosial budaya
a. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan masyarakat pemilik lahan pada saat akan melakukan survei lokasi.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan proyek pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
- Pendekatan Institusi Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi. Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato
Dinas
Kehutanan Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
3. Kegiatan Sosi alisasi Program
Persepsi
Masyarakat Kegiatan
Sosialisasi
Program Jumlah masyarakat yang berpersepsi
positif terhadap perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit Meningkatkan pemahaman masyarakat akan rencana pembangunan perkebunan dan
pabrik pengolahan kelapa sawit - Pendekatan Sosial budaya
a. Melakukan sosialisasi tentang rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kecamatan Lemito dan Kecamatan Wanggarasi Kabupaten Pohuwato.
Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti Global Laksana Camat lemito dan Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato, BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Dinas
Kehutanan,
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan ..
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sehingga dapat menimbulkan
persepsi positif masyarakat di
sekitar lokasi proyek - Dalam kegiatan sosialisasi melibatkan pimpinan wilayah dan tokoh
masyarakat se
- Pendekatan Institusi Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
II. TAHAP KONST RUKSI
Peningkatan Pendapatan Kegiatan penerimaan tenaga kerja Jumlah pendapatan tenaga kerja konstruksi Agar upah tenaga kerja minimal sesuai dengan standar Upah Minimum Provinsi
(UMP) Gorontalo Pendekatan Sosial:
Memberikan upah yang layak minimal sesuai UMP Gorontalo Pendekatan Institusional:
Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja setempat lokasi tapak proyek dan kantor kontraktor pelaksana. Selama Kegiatan konstruksi PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas Tenaga
Kerja,
BAPPEDA.
Pohuwato,
LSM di
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
Konflik Tenaga Kerja Kegiatan penerimaan tenaga kerja Jumlah gangguan keamanan yang muncul akibat datangnya tenaga kerja pendatang Mencegah munculnya konflik akibat datangnya tenaga kerja pendatang 1. Memprioritaskan penduduk setempat untuk diterima sebagai tenaga kerja konstruksi sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.
2. Memberikan perhatian dan perlakuan yang sama terhadap tenaga kerja lokal dan pendatang.
3. Melakukan upaya yang optimal dalam pembinaan tenaga kerja agar dapat menghindari munculnya
konflik lokasi tapak proyek dan kantor kontraktor pelaksana. Selama Kegiatan konstruksi PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persepsi
Masyarakat Kegiatan penerimaan tenaga kerja Banyaknya pencari kerja yang tidak diterima Meminimalkan keresahan para pencari kerja - Pendekatan Sosial :
1. Memberikan kesempatan yang luas kepada penduduk setempat untuk diterima sebagai tenaga kerja konstruksi.
2. Penerimaan dan penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki.
3. Memberikan penyuluhan kepada para pekerja agar memelihara hubungan dengan pekerja lain dan menjaga keamanan lingkungan.
lokasi tapak proyek dan kantor kontraktor pelaksana. Selama Kegiatan konstruksi PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas Tenaga
Kerja
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
2. Mobilisasi Al at Berat dan Material
Menurunnya
kualitas udara Kegiatan mobilisasi alat berat dan material Konsentrasi debu di udara Memelihara kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang berlaku 1.
2.
3.
4.
5. Mengoperasikan kendaraan angkutan khususnya yang melalui jalan poros di luar jam sibuk.
Melakukan penyiraman khususnya di jalan-jalan perkerasan yang melewati pemukiman penduduk. Menutupi bak pengangkut
material
Membatasi kecepatan kendraan maksimum 40 km/jam khususnya saat melalui wilayah pemukiman penduduk. Memasang rambu lalulintas untuk pembatasan kecepatan. jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan angkutan Selama masa mobilisasi alat berat dan material PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Perhubunga n Kabupaten Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perhubungan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Kegiatan Pem bukaan Lahan
Hilangnya vegetasi penutup lahan Kegiatan pembukaan lahan Jumlah dan jenis vegetasi yang hilang Meminimalkan vegetasi yang hilang di sekitar lokasi poryek 1. Melakukan pembukaan
vegetasi secara selektif dengan jalan menyisakan vegetasi sebagai koridor satwa liar antara lain menyisakan vegetasi pada batas lokasi proyek dengan kawasan sekitarnya.
2. Memberikan ganti rugi tanaman sesuai dengan harga yang disepakati dengan pemilik tanaman lokasi tapak proyek perkebunan dan pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit Selama masa
pembukaan lahan
PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Dinas
Kehutanan Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Gangguan
satwa liar Hilangnya vegetasi akibat kegiatan
pembukaan lahan Jumlah dan jenis satwa liar yang ada di lokasi perkebunan Meminimalkan vegetasi yang
hilang di sekitar lokasi perkebunan 1. Melakukan pembukaan vegetasi secara selektif dengan jalan menyisakan vegetasi sebagai koridor satwa liar antara lain menyisakan vegetasi pada batas lokasi proyek dengan kawasan sekitarnya.
2. Memberikan ganti rugi tanaman sesuai dengan harga yang disepakati dengan pemilik tanaman lokasi tapak proyek perkebunan
dan pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit Selama masa
pembukaan lahan
PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Kehutanan Kab.
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato dan
Dinas
Kehutanan
Kab. Pohuwato
Menurunnya
kualitas udara debu, pasir dan tanah yang dihasilkan dari
proses
pembukaan lahan Kadar debu di udara yang dibandingkan dengan PP No. 41
Tahun 1999 Mengurangi kadar debu di udara agar tetap di
bawah baku mutu lingkungan Melakukan pembukaan lahan dengan teknik dan tata cara yang benar antara lain tanpa melakukan pembakaran (zero
burning) di tapak perkebunan dan pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama
kegiatan pembukaan lahan PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Kegiatan pem bangunan sara na dan prasarana
Menurunnya
kualitas udara Kegiatan
pembangunan bangunan utama &
fasilitas
penunjang Kadar debu di udara yang dibandingkan
dengan PP No. 41
Tahun 1999 Mengurangi kadar debu di udara Melakukan penyiraman di sekitar lokasi proyek dan sekitarnya Tapak pembangunan bangunan utama &
fasilitas
penunjang Selama kegiatan pembangunan bangunan
utama &
fasilitas
penunjang PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato
Terjadinya erosi dan sedimentasi kegiatan penggalian dan buangan
material bangunan Tingkat erosi yang terjadi pada lahan perkebunan dan lokasi pembangunan pabrik sekitarnya Mengurangi risiko terjadinya erosi dan sedimentasi - Dengan segera melakukan pembersihan tanah hasil galian pondasi bangunan.
- Dengan segera melakukan pembersihan sisa material bangunan.
- Penanaman kembali di
tepi sungai dan kanal tapak
pembangunan bangunan
utama dan
fasilitas
penunjang dan lingkungan yang terpengaruhi selama
kegiatan pembangunan bangunan
utama dan
fasilitas
penunjang PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kualitas air Dampak
turunan dari terjadinya erosi Kualitas air yang dibandingkan dengan
PP No. 82 Tahun
2001 Meminimalkan
terjadi pencemaran air -
-
-
-
Dengan segera melakukan pembersihan tanah hasil galian pondasi bangunan.
Dengan segera melakukan pembersihan sisa material bangunan.
Penanaman kembali di tepi sungai dan kanal Membuat saluran=saluran drainase agar aliran permukaan tidak langsung terkonsentrasi di badan sungai di tapak perkebunan dan pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama kegiatan
konstruksi
PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
5. Konservasi Ta nah dan Air
Kualitas tanah dan tir Kegiatan konservasi tanah dan air Kualitas lingkungan tanah dan air di
sekitar lokasi perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan kelapa
sawit Mengoptimalkan kegiatan konservasi tanah dan air - - Menerapkan teknik konservasi tanah sesuai dengan kondisi fisik lingkungan di sekitar lokasi perkebunan
Melakukan penanaman pohon di sekitar bantaran
sungai di sekitar lokasi
perkebunan Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan konstruksi dan operasional PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persepsi positif masyarakat kegiatan konservasi tanah dan air di sekitar lokasi proyek Jumlah masyarakat yang memiliki persepsi positif terhadap kegiatan
konservasi tanah dan
air Meminimalisasi dampak persepsi negatif masyarakat yang timbul dari kegiatan konservasi tanah dan air - Pendekatan Sosial budaya
a. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dan masyarakat pemilik lahan pada saat akan melakukan konservasi tanah dan air.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan proyek pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
- Pendekatan Institusi
Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi. Di sekitar
lokasi perkebunan di Kec. Lemito dan Kec. Wanggarasi
Kabupaten
Pohuwato selama kegiatan
konservasi tanah dan air PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
6. Kegiatan Pem bibitan
Kualitas buah yang baik Kegiatan pembibtan Hasil produksi buah kelapa sawit atau
TBS Mengoptimalkan kegiatan pembibitan agar menghasilkan TBS yang berkualitas - Memperhatikan
persyaratan lokasi pembibitan awal yaitu pada lahan datar atau kemiringan tanah maksimum 3o dan berdekatan dengan sumber air.
- Melakukan seleksi kecambah dengan baik dan mencukupi kebutuhan
- Melakukan penyiraman secara teratur.
Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
- Melakukan pemupukan
sesuai dengan aturan pemupukan
Melakukan proteksi hama dan penyakit.
Pendapatan masyarakat Dampak
turunan dari dihasilkanny a kualitas TBS yang baik dari hasil kegiatan pembibitan Pendapatan petani di lokasi perkebunan Mengoptimalkan kegiatan pembibitan agar menghasilkan TBS yang berkualitas Dampak peningkatan pendapatan merupakan dampak turunan dari dihasilkannya kualitas buah yang baik, sehingga apabila dampak tersebut dikelola dengan baik maka peningkatan pendapatan akan terjadi. Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Persepsi positif masyarakat Hasil kegiatan pembibitan dengan kualitas buah yang baik Jumlah masyarakat yang memiliki persepsi positif terhadap kegiatan pembibitan kelapa sawit Meningkatkan
dampak persepsi
positif
masyarakat yang timbul dari kegiatan pembibitan kelapa sawit - Pendekatan Sosial budaya
a. Adanya pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pengelolaan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit .
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan proyek pembangunan perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit
c. Mengembangkan program CSR.
- Pendekatan Institusi
Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan
sosialisasi Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Kegiatan pe nanaman kelapa sawit
Terjadinya erosi dan sedimentasi kegiatan galian untuk
lubang penanaman dan akibat tanaman yang seragam (monoculture) Tingkat erosi yang
terjadi di lokasi perkebunan Meminimalisasi kejadian erosi di
sekitar lokasi perkebunan Pendekatan teknologi:
- Pembuatan benteng dan
rorak untuk lokasi perkebunan dengan kemiringan lereng 50 – 80. Pembuatan dilakukan pada tanah yang agak miring dengan lebar alas 60 cm, lebar atas 40 cm dan tinggi 30 cm.
- Penanaman menurut kontur dan pembuatan teras.
- Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi.
Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Menurunnya
kualitas air
permukaan limpasan material tanah hasil erosi Kualitas air
(kandungan TSS) di badan air Mengurangi jumlah dan kadar material tanah yang mencemari air permukaan di
sekitar lokasi
penanaman - Pembuatan benteng dan
rorak untuk lokasi perkebunan dengan kemiringan lereng 50 – 80. Pembuatan dilakukan pada tanah yang agak miring dengan lebar alas 60 cm, lebar atas 40 cm dan tinggi 30 cm.
- Penanaman menurut kontur dan pembuatan teras.
- Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi.
Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gangguan
biota air Dampak
turunan dari menurunnya
kualitas air Jenis dan keragaman biota air Meminimalisasi
gangguan biota
air - Pembuatan benteng dan
rorak untuk lokasi perkebunan dengan kemiringan lereng 50 – 80. Pembuatan dilakukan pada tanah yang agak miring dengan lebar alas 60 cm, lebar atas 40 cm dan tinggi 30 cm.
- Penanaman menurut kontur dan pembuatan teras.
- Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi.
Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Persepsi masyarakat Dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air dan terjadinya erosi Banyaknya masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalkan persepsi masyarakat Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat
CSR di tapak perkebunan
dan pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama
kegiatan pembukaan lahan PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Pemeliharaa n Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Terjadinya erosi kegiatan pemberantasan gulma atau tanaman pengganggu pada kegiatan
pemeliharaan
TBM Tingkat erosi yang terjadi di lokasi perkebunan Meminimalisasi kejadian erosi di sekitar lokasi perkebunan Pendekatan teknologi:
- Pembuatan benteng dan
rorak untuk lokasi perkebunan dengan kemiringan lereng 50 – 80. Pembuatan dilakukan pada tanah yang agak miring dengan lebar alas 60 cm, lebar atas 40 cm dan tinggi 30 cm.
- Penanaman menurut
kontur, pembuatan teras.
- Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi. Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Menurunnya
kualitas air Kegiatan pemeliharaan
TBM Kualitas air
permukaan yang sesuai dengan PP
Nomor 82 Tahun
2001 Meminimalisir
risiko
menurunnya
kualitas air - Melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan dan petunjuk yang ditentukan.
- Menggunakan herbisida
dengan dosis sesuai aturan dan petunjuk Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Pendapatan masyarakat Dampak
turunan dari dihasilkannya kualitas TBS yang baik dari hasil kegiatan pemeliharaan
TBM Pendapatan petani di lokasi
perkebunan Mengoptimalkan kegiatan pemeliharaan TBM agar menghasilkan TBS yang berkualitas Dampak peningkatan pendapatan merupakan dampak turunan dari dihasilkannya kualitas buah yang baik, sehingga apabila dampak tersebut dikelola dengan baik maka peningkatan pendapatan akan terjadi. Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM di
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Penilaian Ke layakan Kebun untuk Proyek Kemitraan dan Pelaksanaan K onservasi Kebun
Keresahan masyarakat terjadinya persepsi negatif dan keresahan
masyarakat jika penilaian tidak dilakukan dengan obyektif Jumlah masyarakat yang resah akibat kegiatan penilaian kelayakan kebun untuk proyek kemitraan dan pelaksanaan konservasi kebun Meminimalkan keresahan masyarakat akibat kegiatan penilaian kelayakan kebun untuk proyek kemitraan dan pelaksanaan konservasi kebun - Pendekatan Sosial :
a. Melakukan penilaian kelayakan kebun secara
obyektif dan transparan.
b. Melakukan kesepakatan dengan masyarakat terkait kegiatan konservasi kebun sebagai kompensasi dari kerusakan dan kerugian yang nantinya terjadi.
- Pendekatan Institusional: Melakukan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Loksi perkebunan dan pabrik kelapa sawit selama masa penilaian kelayakan kebun PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
10. Pembangun an pabrik pengolahan kelapa sawit
Kualitas udara dan kebisingan kegiatan
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit Kadar debu di udara yang dibandingkan
dengan PP No. 41 Tahun 1999 dan tingkat kebisingan di lokasi proyek Mengurangi kadar debu di udara Melakukan penyiraman di sekitar lokasi proyek dan sekitarnya terutama pada musim kemarau Lokasi
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama
kegiatan
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas Perindustria n Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perindustrian
Kab. Pohuwato
Gangguan kesehatan masyarakat Kegiatan
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit Jumlah masyarakat yang mengeluh
akibat gangguan pernafasan Meminimalisir keluhan gangguan pernafasan Melakukan penyiraman di sekitar lokasi proyek dan
sekitarnya terutama pada musim kemarau Lokasi
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama
kegiatan
pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persepsi masyarakat Dampak
turunan dari menurunnya
kualitas udara dan gangguan kesehatan masyarakat Banyaknya masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalkan persepsi masyarakat Melakukan penyiraman di sekitar lokasi proyek dan sekitarnya terutama pada musim kemarau Di lokasi
pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit selama
kegiatan pembanguna
n pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
11. Pembangun an Unit Pengolah Limbah
Persepsi positif masyarakat pembangunan
Unit Pengolah
Limbah Jumlah masyarakat yang memiliki persepsi positif terhadap kegiatan pembangunan Unit Pengolah Limbah Meningkatkan dampak persepsi positif masyarakat yang timbul dari
kegiatan
pembangunan
Unit Pengolah
Limbah - Pendekatan Sosial budaya
a. Adanya pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pembangunan Unit Pengolah Limbah.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan proyek pembangunan
Unit Pengolah Limbah.
- Pendekatan Institusi
Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan
sosialisasi
Di sekitar lokasi
pembangunan
pabrik yaitu di Kec, Lemito dan Kec. Wanggarasi
Kabupaten
Pohuwato selama pembangunan
Unit Pengolah Limbah PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
III. Tahap Opera sional
1. Pemeliharaa n Tanaman Me nghasilkan
Penurunan
kualitas air dan tanah penggunaan pestisida untuk pemberantasa n hama pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan Jumlah dan kadar pestisida yang
mencemari badan-
badan air di sekitar lokasi perkebunan Mengurangi jumlah dan kadar
pestisida yang mencemari badan-badan air
di sekitar lokasi perkebunan - Melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik
- Melakukan penyemprotan menggunakan herbisida dengan dosis penyemprotan sesuai aturan dan petunjuk yang ditentukan
- Penyebaran karbon aktif ke permukaan tanah untuk mengikat pestisida di permukaan tanah
Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit selama kegiatan operasional perkebunan kelapa sawit PT. Inti Global Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Gangguan
biota air Dampak
turunan dari menurunnya
kualitas air Jenis dan keragaman biota air Meminimalisasi
gangguan biota
air Dampak gangguan biota air merupakan dampak turunan dari menurunnya kualitas air, sehingga kegiatan pengelolaannya mengacu pada kegiatan pengelolaan dampak kualitas air. Pada lokasi perkebunan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab. Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peningkatan ekonomi masyarakat hasil
pemeliharaan TM yang akan menghasilkan buah dengan kualitas baik Besarnya peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi perkebunan yang dibandingkan dengan UMR. Mengoptimalkan pemeliharaan tanaman menghasilkan sehingga pendapatan masyarakat meningkat - Pendekatan Sosial budaya
a. Adanya pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pemeliharaan TM.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari keseluruhan kegiatan operasional pemeliharaan TM.
- Pendekatan Institusi
Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan
sosialisasi
Di lokasi
perkebunan kelapa sawit adalah selama kegiatan operasional pemeliharaan
TM PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
2. Kegiatan Pe manenan
Menurunnya
kualitas udara adanya pengangkutan hasil panen Tingkat pencemaran udara di sekitar areal proyek Mengurangi tingkat pencemaran udara agar tetap dibawah baku mutu lingkungan 1. Melakukan penyiraman pada lokasi-lokasi kegiatan yang menghasilkan debu.
2. Melakukan penghijauan.
3. Pemeliharaan mesin kendaraan pengangkut secara teratur.
4. Mengatur jadwal pengangkutan hasil panen.
Di sekitar lokasi
perkebunan selama operasional
kegiatan pemanenan PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Pohuwato,
Dinas Perkebunan LSM di Kab.
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perkebunan
Kab. Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Kegiatan Pr oses Pengolahan Tandan Buah Segar
Menurunnya
kualitas air adanya limbah padat dan limbah cair
hasil
pengolahan
TBS Besaran dan sebaran limbah padat dan cair yang mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan dan air tanah Mengurangi besaran dan sebaran limbah padat dan cair yang mengakibatkan
penurunan
kualitas air
permukaan dan air tanah 1) Pengolahan limbah cair dalam IPAL sebelum dilepas ke saluran perairan terbuka.
2) Pemanfaatan limbah padat yang dihasilkan diupayakan dapat dimanfaatkan, seperti tandan kosong (tankos), sabut, cangkang, pelepah kering, dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar tungku dan ketel uap.
lokasi
pengolahan
TBS selama kegiatan operasional pengolahan
TBS PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas Perindustria n Kab. Pohuwato,
Dinas Perkebunan LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao dan
Dinas
Perindustrian
Kab. Pohuwato
Gangguan
biota air Dampak
turunan dari menurunnya
kualitas air pada kegiatan pengolahan
TBS Jenis dan keragaman biota air Meminimalisasi
gangguan biota
air Dampak gangguan biota air merupakan dampak turunan dari menurunnya kualitas air, sehingga kegiatan pengelolaannya mengacu pada kegiatan pengelolaan dampak kualitas air. Pada lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Persepsi masyarakat Dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air dari kegiatan pengolahan
TBS Banyaknya masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalkan persepsi masyarakat Dampak persepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari menurunnya kualitas air. Apabila kegiatan pengelolaan dampak tersebut dilakukan dengan baik, maka dampak persepsi masyarakat tidak akan terjadi Pada lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit Selama kegiatan perkebunan berlangsung PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Kegiatan Tra nsportasi Produ k
Kualitas udara Kegiatan transportasi produk kelapa sawit Kandungan debu di udara dan tingkat kebisingan di sepanjang jalur yang dilalui oleh kendraan angkutan Mengurangi jumlah dan kadar debu di udara dan intensitas kebisingan agar tetap dibawah baku mutu lingkungan 1) Mengoperasikan kendraan angkutan khususnya yang
melalui jalan poros di luar jam sibuk.
2) Melakukan penyiraman khususnya di jalan-jalan perkerasan yang melewati pemukiman penduduk.
3) Menutupi bak pengangkut material agar debu tidak beterbangan.
4) Membatasi kecepatan kendraan maksimum 40 km/jam khususnya saat melewati wilayah pemukiman penduduk.
5) Memasang rambu lalulintas untuk pembatasan kecepatan.
Disepnajang jalur jalan yang dilalui oleh kendraan angkutan selama operasional kegiatan pengangkuta n produk PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perhubunga n Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato dan
Dinas
Perhubungan
Kab. Pohuwato
Persepsi masyarakat Dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas udara dan gangguan kesehatan masyarakat Banyaknya masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalkan persepsi masyarakat Pemberdayaan masyarakat melalui program CSR Disepnajang jalur jalan yang dilalui oleh kendraan angkutan selama operasional
kegiatan pengangkuta n produk PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. Pengadaan dan Pemanfaatan Air Proses
Terganggunya
ketersediaan
air pengadaan dan pemanfaatan air proses Kuantitas air terutama air tanah yang tereksploitasi sebagai air proses pabrik Meminimalkan pemanfaatan air tanah sebagai air proses pabrik 1)
2)
Pembangunan wadukwaduk penampung air larian maupun air hujan. Menyediakan ruang-ruang terbuka hijau dan tidak mendirikan bangunan atau aktivitas lain di zona-zona tangkapan air. lokasi
pengadaan dan pemanfaatan air proses selama kegiatan operasional air proses PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas PU
Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten Pohuwato dan Dinas PU Kab.
Pohuwato
Persepsi masyarakat Dampak
turunan dari terganggunya
ketersediaan
air Banyaknya masyarakat yang berpresepsi negatif Meminimalkan persepsi masyarakat 1)
2)
3) Pembangunan wadukwaduk penampung air larian maupun air hujan. Menyediakan ruang-ruang terbuka hijau dan tidak mendirikan bangunan atau aktivitas lain di zona-zona tangkapan air.
Memberdayakan masyarakat melalui program CSR Di sekitar lokasi
perkebunan selama operasional perkebunan PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwato
6. Operasional isasi Genset
Kualitas tanah dan air Operasionalisa si genset Kualitas air dan tanah yang dibandingkan dengan baku mutu kualitas lingkungan Menetralisir kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan kembali 1)
2)
3) Melokalisir sisa oli dan bahan bakar dengan membuat saluran kedap Membuat water oil separator untuk memisahkan minyak dan air
Menampung oli dan ceceran bahan bakar dalam wadah tertentu (drum) dan selanjutnya dimusnahkan. Di sekitar lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit selama kegiatan operasionalis
asi pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7. Pengolahan Limbah
Kualitas tanah dan air Kegiatan pengolahan limbah Kualitas air dan tanah yang dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan Menjaga kualitas lingkungan - Melakukan pemeliharaan IPAL agar tetap optimal dalam pengolahan limbah
- Memanfaatkan limbah
padat untuk diolah kembali. Di sekitar lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit selama kegiatan operasionalis asi pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten Pohuwato, LSM di Kab.
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Persepsi positif masyarakat adanya pengolahan limbah Jumlah masyarakat yang memiliki persepsi positif terhadap kegiatan operasionalisasi pengolahan limbah Meningkatkan dampak persepsi positif masyarakat yang timbul dari adanya pengolahan limbah - Pendekatan Sosial budaya
a. Adanya pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pengolahan limbah.
b. Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari adanya pengolahan limbah.
- Pendekatan Institusi Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi Di sekitar lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit selama kegiatan operasionalis
asi pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi,
BLHTK
Kabupaten
Pohuwato,
BAPPEDA
Kabupaten
Pohuwato,
LSM di
Kabupaten
Pohuwato BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
8. Penanganan masalah sosial
Persepsi positif masyarakat Kegiatan penanganan masalah social Jumlah masyarakat yang memiliki
persepsi positif
terhadap kegiatan penanganan masalah
sosial Meningkatkan dampak persepsi positif masyarakat yang timbul dari adanya kegiatan penanganan masalah sosial - Pendekatan Sosial budaya
a. Adanya pelibatan masyarakat lokal dalam kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Kecamatan
Lemito dan
Kecamatan
Wanggarasi Dilakukan secara rutin PT. Inti Globel Laksana Camat
Lemito dan
Wanggarasi, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato, BLHTK
Kabupaten
Pohuwtao
Tabel 3.1 lanjutan ….
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
- Melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanganan masalah sosial
- Melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang diperkirakan terkena dampak dari adanya pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
- Pendekatan Institusi Mengajak seluruh pihak yang berkepentingan pada tingkat institusi (stake holders) untuk terlibat
dalam kegiatan sosialisasi
LSM di
Kabupaten
Pohuwato
Tabel 3.2 Ringkasan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Dan Pabrik Pengolahan Minyak Sawit PT. Inti Global Laksana
NO. Jenis Dampak
Penting Yang Dipantau Sumber Dampak Tujuan
Pemantauan
Lingkungan Parameter
Lingkungan yang dipantau Metode Pemantauan Lokasi
Pemantauan
Lingkungan Waktu dan
Periode
Pemantauan I nstitusi Pemantau
Pengumupulan Data Analisis Data Pelaksana Pengawas Penerima Laporan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
RENC ANA PEMANTAUA N LINGKUNGAN HIDUP PADA TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. K egiatan Pengurusan Perijinan
1 timbulnya persepsi negatif dan keresahan dari masyarakat Kegiatan pengurusan perijinan memantau penurunan jumlah penduduk yang memiliki persepsi negatif dan resah setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah pemilik lahan yang memiliki persepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan ,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab.
Pohuwato ,
Dinas
Perkebunan dan Dinas Kehutanan Kab.
Pohuwato
2. Ke giatan Survei Lokas i
1 timbulnya persepsi negatif dan keresahan dari masyarakat Kegiatan survei lokasi memantau penurunan jumlah penduduk yang memiliki persepsi negatif dan resah setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah pemilik lahan yang memiliki persepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab.
Pohuwato ,
Dinas
Perkebunan dan Dinas Kehutanan Kab.
Pohuwato
Tabel 3.2 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Ke giatan Sosialisasi P rogram
timbulnya persepsi positif masyarakat Kegiatan sosialisasi memantau
peningkatan jumlah penduduk yang memiliki persepsi positif setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah pemilik lahan yang memiliki persepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Kehutanan,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab.
Pohuwato ,
Dinas
Perkebunan dan Dinas Kehutanan Kab.
Pohuwato
RENC ANA PEMANTAUA N LINGKUNGAN HIDUP PADA TAHAP KONSTRUKSI
1. Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
1. Peningkatan Pendapatan Kegiatan penerimaan tenaga kerja Memantau upah tenaga kerja minimal sesuai dengan standar Upah Minimum
Provinsi (UMP)
Gorontalo Jumlah pendapatan tenaga kerja konstruksi metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
Dinas
Tenaga
Kerja Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
Tabel 3.2 lanjutan…
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2. Konflik tenaga kerja Kegiatan penerimaan tenaga kerja Memantau
terjadinya konflik akibat datangnya tenaga kerja pendatang Jumlah gangguan keamanan
akibat datangnya tenaga kerja dari luar metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Tenaga
Kerja Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
5. Persepsi negatif masyarakat Kegiatan penerimaan tenaga kerja memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah pemilik lahan yang memiliki persepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit minimal sekali selama tahap survei lokasi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Tenaga
Kerja Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas Tenaga Kerja Kab.
Pohuwato
2. Mobilisasi Alat Berat
2 Menurunnya
kualitas udara Kegiatan mobilisasi alat berat Memantau
kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang berlaku setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Konsentrasi debu di udara Pengambilan sampel udara
kemudian
dianalisis di laboratorium dibandingk an dengan baku mutu udara ambien l PP
Nomor 41
Tahun
1999 jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan angkutan Selama masa mobilisasi alat berat PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab. Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perhubunga n Kab. Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perhubungan
3. Persepsi negatif masyarakat Kegiatan mobilisasi alat berat memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan Jumlah masyarakat yang berada di sepanjang jalan yng dilalui metode wawancara Analisis deskriptif jalan-jalan yang
dilalui oleh kendaraan angkutan minimal sekali selama kegiatan mobilisasi alat berat PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
Tabel 3.2 Lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Pembukaan Lahan
1. Hilangnya vegetasi penutup Kegiatan pembukaan lahan memantau
vegetasi yang hilang di sekitar lokasi poryek setelah diadakan kegiatan pengelolaan Jumlah dan jenis vegetasi yang hilang metode observasi langsung di lokasi tapak tower dan gardu induk Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali selama kegiatan
pembukaan lahan PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato, BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
2. Gangguan
satwa liar Kegiatan pembukaan lahan Memantau jenis satwa liar yang ada di lokasi studi. Jumlah dan
jenis satwa liar metode observasi langsung di lokasi tapak tower dan gardu induk Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali selama
kegiatan
pembukaan lahan PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato
LSM
BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan,
Dinas
Kehutanan Kab.
Pohuwato
3. Menurunnya
kualitas udara Kegiatan pembukaan lahan Memantau
kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang berlaku setelah kegiatan pengelolaan Konsentrasi debu di udara Pengambilan sampel udara
kemudian
dianalisis di laboratorium dibandingk an dengan baku mutu udara ambien Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa
kegiatan pembukaan lahan PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
4. Kegiatan Pembangunan Sarana dan Pra Sarana
1. Menurunnya
kualitas udara Kegiatan
pembangun an bangunan
utama dan fasilitas
penunjang Memantau
kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang berlaku setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Konsentrasi debu di udara Pengambilan sampel udara
kemudian
dianalisis di laboratorium dibandingk an dengan baku mutu udara ambien PP
Nomor 41
Tahun
1999 Di sekitar
lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
Tabel 3.2 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2. Terjadinya erosi dan sedimentasi Kegiatan
pembangun an bangunan utama dan
fasilitas
penunjang Memantau tingkat erosi setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Tingkat erosi yang terjadi pada lahan perkebunan Pengukuran parameter erosi di lokasi studi Metode
deskripsi Di sekitar
lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perkebunan Kab.
Pohuwato
3. Menurunnya
kualitas air Kegiatan
pembangun
an sarana dan pra sarana Memantau
kualitas air setelah
kegiatan pengelolaan dilakukan Kandungan TSS di badan
air Pengambilan sampel air dan dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu Di sungaisungai di
sekitar lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato
4. Gangguan biota
air Merupakan dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air Memantau jenis
dan jumlah biota
air Jenis dan keragaman
biota air Pengambilan sampel dan dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat, BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato
5. Perspesi
Masyarakat Dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air akibat
kegiatan
pembangun an sarana dan pra sarana memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang berpersepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit minimal sekali selama
kegiatan
pembangun an bangunan utama dan fasilitas
penunjang PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
Tabel 3.2 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5. Konservasi Tanah dan Air
1. Kualitas tanah dan air Kegiatan konservasi
tanah dan
air Memantau
kualitas tanah dan
air setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Kualitas tanah dan air di sekitar loaksi perkebunan Pengambilan sampel air dan dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu di sekitar lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konservasi tanah dan
air PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
2. Persepsi masyarakat Kegiatan konservasi tanah dan
air memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang
berpersepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan konservasi tanah dan
air PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
6. Kegiatan Pembibitan
1. Kualitas buah kelapa sawit Kegiatan pembibitan Memantau
kualitas pembibitan sehingga menghasilkan buah yanng baik Hasil produksi TBS Observasi langsung di lapangan Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan pembibitan PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
Tabel 3.2 lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2. Pendapatan petani Kegiatan pembibitan Memantau pendapatan petani setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Tingkat pendapatan petani Metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan pembibitan PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
3. Persepsi masyarakat Kegiatan pembibitan memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang
berpersepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan pembibitan PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perkebunan
4. Ke giatan Penanaman Kelapa Sawit
1. Terjadinya erosi dan sedimentasi Galian tanah pada kegiatan
penanaman
kelapa sawit Memantau tingkat erosi setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Tingkat erosi yang terjadi pada lahan perkebunan Pengukuran parameter erosi di lokasi studi Metode
deskripsi Di sekitar lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
2. Menurunnya
kualitas air Merupakan dampak
turunan dari terjadinya erosi pada
kegiatan penanaman Memantau
kualitas air setelah
kegiatan pengelolaan dilakukan Kandungan TSS di badan
air Pengambilan sampel air dan
dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato,
Tabel 3.2 Lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Gangguan biota
air Merupakan dampak
turunan dari menurunnya
kualitas air pada kegiatan penanaman Memantau jenis
dan jumlah biota
air Jenis dan keragaman
biota air Pengambilan sampel dan dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi Di sungaisungai di sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
4. Persepsi masyarakat Merupakan dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air pada kegiatan penanaman memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang berpersepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
11. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
1. Terjadinya erosi Kegiatan pemeliharaa n tanaman belum
menghasilka n Memantau tingkat erosi setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Tingkat erosi yang terjadi pada lahan perkebunan Pengukuran parameter erosi di lokasi studi Metode
deskripsi Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan pemeliharaa n TBM PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato
LSM BLHTK Kab.
Pohuwato
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato
2. Menurunnya
kualitas air Merupakan dampak
turunan dari terjadinya erosi pada kegiatan pemeliharaa n TBM Memantau
kualitas air setelah
kegiatan pengelolaan dilakukan Kandungan TSS di badan
air Pengambilan sampel air dan
dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato
Tabel 3.2 Lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3. Pendapatan petani Kegiatan pemeliharaa n TBM Memantau pendapatan petani setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Tingkat pendapatan petani Metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Minimal sekali
selama masa kegiatan pemeliharaa n TBM PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
4. Persepsi masyarakat Merupakan dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas air memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang berpersepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato
12. Penilaian Kelayakan Kebun untuk Program Kemitraan
1. Keresahan masyarakat Kegiatan penilaian kelayakan kebun untuk program kemitraan memantau tingkat keresahan masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang merasa resah metode wawancara Analisis deskriptif di sekitar lokasi
perkebunan Minimal sekali
selama masa penilaian kelayakan kebun PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
LSM
BLHTK Kab. Pohuwato
3.2 lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13. Pembangunan Un it Pengolah Lim bah
1. Persepsi masyarakat Kegiatan
pembangun
an unit pengolah limbah memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan
lingkungan hidup
Jumlah masyarakat yang
berpersepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif di sekitar lokasi
pembangunan
pabrik Minimal sekali
selama masa kegiatan konstruksi PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
RENC ANA PEMANTAUA N LINGKUNGAN HIDUP PADA TAHAP OPERASIONAL
1. Pemeliharaan Ta naman Menghasilkan (TM)
1. Kualitas air Kegiatan pemeliharaa n tanaman menghasilka n Memantau
kualitas air setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Kualitas air
permukaan Pengambilan sampel air
kemudian
dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu di sekitar lokasi perkebunan dan pabrik Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perkebunan Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perkebunan Kab.
Pohuwato
2. Gangguan biota
air Kegiatan pemeliharaa n tanaman menghasilka n Memantau jenis
dan jumlah biota
air Jenis dan keragaman
biota air Pengambilan sampel dan dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi Di sungaisungai di
sekitar lokasi perkebunan Enam bulan sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab. Pohuwato,
BAPPEDA ,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perkebunan Kab.
Pohuwato
3. Peningkatan ekonomi Kegiatan pemeliharaa n tanaman
menghasilka n Memantau tingkat pendapatan petani setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Pendapatan petani Metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi
perkebunan kelapa sawit Enam bulan
sekali
selama masa kegiatan pemeliharaa n TM PT. Inti
Global
Laksana Camat ,
BLHTK
Pohuwato,
BAPPEDA
Pohuwato,
Dinas
Perkebunan
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
lanjutan...
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4. Kegiatan Transpo rtasi Produk
1. Kualitas Udara Kegiatan transportasi produk Memantau
kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang berlaku setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Konsentrasi debu di udara Pengambilan sampel udara
kemudian
dianalisis di laboratorium dibandingk an dengan baku mutu udara ambien
nasional PP
Nomor 41
Tahun
1999
Di sepanjang jalur jalan yang
dilalui oleh kendraan angkutan Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA,
Dinas
Perhubunga n Kab. Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas Perhubungan Kab.
Pohuwato
3. Persepsi masyarakat Merupakan dampak
turunan dari
menurunnya
kualitas udara memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang berpersepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif di sekitar lokasi perkebunan Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
5. Pengadaan dan Pemanfaatan Air Proses
1. Terganggunya ketersediaan air Kegiatan pengadaan air untuk proses pemeliharan TBM dan TM
serta pengolahan
TBS Memantau
kualitas dan ketersediaan air tanah setelah dilakukan kegiatan pengelolaan Kuantitas air tanah yang tereksploitasi Melakukan perhitungan cadangan air tanah di sekitar lokasi
perkebunan Analisis deskriptif di sekitar lokasi perkebunan setahun sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA, Dinas PU Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato dan Dinas PU Pohuwato
2. Persepsi masyarakat Kegiatan pengadaan air untuk proses pemeliharan TBM dan TM
serta pengolahan
TBS memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang berpersepsi negatif metode wawancara Analisis deskriptif di sekitar lokasi perkebunan Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
lanjutan …
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
6. Operasionalisasi Genset
1. Kualitas tanah dan air Kegiatan operasionali sasi genset Memantau
kualitas air dan tanah setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Kandungan minyak dan oli pada badan air dan tanah Pengambilan sampel air dan
tanah kemudian
dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu Di sekitar lokasi pabrik Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
7. Pengolahan Limbah
1. Kualitas lingkungan Kegiatan pengolahan limbah Memantau
kualitas air dan tanah setelah kegiatan pengelolaan dilakukan Kualitas air dan tanah Pengambilan sampel air dan
tanah kemudian
dianalisis di laboratorium Metode
deskripsi dan dibandingk an dengan baku mutu Di sekitar lokasi pabrik Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
2. Persepsi masyarakat Merupakan dampak
turunan dari terpeliharan ya kualitas lingkungan akibat kegiatan pengolahan limbah memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang
berpersepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi pabrik Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
8. Penanganan Mas alah Sosial
1. Persepsi masyarakat Kegiatan penanganan
masalah
sosial memantau
persepsi masyarakat setelah dilaksanakannya pengelolaan lingkungan hidup Jumlah masyarakat yang
berpersepsi positif metode wawancara Analisis deskriptif Di sekitar lokasi pabrik Enam bulan
sekali
selama masa operasional PT. Inti
Global
Laksana Camat , BLHTK Kab.
Pohuwato,
BAPPEDA
Kab.
Pohuwato,
LSM BLHTK Kab. Pohuwato
Gambar 3.1 Peta Lokasi Rencana Pengelolaan Lingkungan Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana Gambar 3.2 Peta Lokasi Rencana Pemantauan Lingkungan Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit PT. Inti Global Laksana
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/tanaman.html" target="_parent">Panen TBS di afdeling yang di pisahkan menurut menurut Komidel sebelum di angkut ke terminal buah</a>
PANEN DAN PROSES PANEN KELAPA SAWIT
Rony wahyudi Sabtu, 02 Februari 2013 BUDIDAYA KELAPA SAWIT
PANEN DAN PROSES PANEN KELAPA SAWIT
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam pencapain produktivitas.
berdasarkan tinggi tanaman ada 2 cara panen yg umum di lakukan oleh perkebunan kelapa sawit
Untuk tanaman yg berumur kurang dari 7 thn cara panen menggunakan alat dodos yg lebar 10-72,5 cm dg gagang pipa besi/tongkat kayu.
Sedangkan tanaman yg berumur 7 thn/ lbh pemanenen menggunakan egrek yg disambung dg pipa almunium/batang bambu.....
prose panen di Pt.Bsmi
TUJUAN PANEN KELAPA SAWIT
1. Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan kernel tertinggi.
2. Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan.
3. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah.
NORMA PANEN KELAPA SAWIT
1. Pada saat kelapa sawit berumur 3 tahun : 0.6 ton/hk
2. Pada saat kelapa sawit berumur 4 tahun : 0.8 ton/hk
3. Pada saat kelapa sawit berumur 5 tahun : 1.2 ton/hk
4. Pada saat kelapa sawit berumur diatas 5 tahun : 1.5 ton/hk
Sistem panen
Standar panen yg digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungknan berbeda
1 . Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan sebgai tanda buah tersebt siap di panen
2 . Pelepah yg di tunas di potong dan di susun rapi pd gawangan
3 . Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari
4 . TBS di brondolan di susun rapi di tph (tempat pemungutan hasil) untk pengangkutn ke pabrik
5 . Tangkai buah di potong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan sblm pengangkutan
6 . Tingkat ekstasi minyak >22% dan kandungan ABL <2%
Peralatan panen
Untuk peralatan panen kelapa sawit di PT.BSMI menggunakan alat sbb
a . Berumur < 7thn
§ Dodos dg lebar 10-12,5 cm
§ Kantong/ piringan untk pengutipan brondolan
§ Kapak kecil untuk memotong tangkai tbs dan batu asah
§ Kereta dorong (lori)/ alat pikul
§ Jaring panen
b Berumur > 7 thn
§ Egrek
§ Kapak kecil dan batu asah
§ Kereta dorong (lori)/ alat pikul
§ Jaring panen
Rotasi panen
Rotasi adalah: waktu yg di perlukan antara panen terahir dg panen berikutnya pada tempat yg sama...
perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus di masuki oleh pemanen tiap 7 hari
Rotari panen di aggap baik bila buah tdk terlalu matang,,yaiti dg menggunakan sistem 5/7 artinya:dalam satu minggu terdapat 5 hari 2 hari untk sisa peliharaan alat panen dan masing2 ancak panen di ulang 7 hri beriktnya....
Sistem panen
Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yg tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak.
Satu ancak terdiri dri 2-4 baris tanaman yg berdekatan tergantung pada perapatan buah masak .
Area panen harus di bagi menjadi 5-/6 bagian tergantung dari berapa hari kerja selama semigancakan sistem pengancakan trdri dari 3 sistem yaitu:
• ancak giring murni
• ancak giring tetap
• ancak tetap
1.sistem ancak giring
Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pd ancak panen yg ditetapkan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen sllu brubh di sesuaikn dengn kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen.
Pada sistem ini apabla suatu ancak telah selesai di panen pemanen pindah ke ancak berikutnya ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tdk tetap sehingga di kenal dg sistem ancak giring murni (tdk tetap)dan sistem giring tetap
Sistem ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda)jumlah pemanen yg cukup bynk per mandor ,,memudahkan transportasi buah kemungkinan ancak tertinggal kecil,,....
Kelemahan dari sistem ancak giring murni:kurang tanggung jwbnya pemanen trhdp kndsi ancak karena ancaknya slslu brub dri waktu ke waktu sulit di telusuri pemanen pemanen yg melakukan kesalahan,produktifitas pemanen rendah karena kehilangan waktu akbt pindah dari ancak 1 ke ancak lain.....
Sebagai perbaikan dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetap,,,pada sistem ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dg ancak yg tetap....
2.sistem ancak panen
Pada sistem ini pemanen melaksanakan panen pd areal yg sama di kerjakan secara rutin bertanggung jwb menyelesaikan tanggung jwbnya sesuai dg tanggung jwb yg tlh di
tentukan setiap hri anpa ada y tertinggal apabila pemanentdk eerja maka mandor hrs mencari pekerja pengganti,,sistem ini cocok di terapkan pd areal yg smpt fotografi terbuka /curam dan dg tanam tg berbeda...
Pada sistem ini pemanen di beri ancak dg luasan tertentu dan tdk berpindah2 hal tsbt membantu di perolehnya tbs dg kematangan yg optimal rendeman minyak yg di hasilkan tinggi namun kelembaban sistem ini buah lbh lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik
Proses panen:
Dalam proses panen dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan sbb:
1. memotong tandan
2. mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen
3. mengutip brondolan hasil dari rontokan panen
4. mengangkut hasih panen ke TPH ( tempat pemungutan hasil)
gambar pengamatan buah kelapa sawit
Kriteria panen
Kelapa sawit dapat dipanen bila sudah memenihi kriteria tingkat kematangan buah mencapai fraksi 1-3 dimana persentase buah luar yg jatuh sekitar 12,5%-75%....
kebutuhan tenaga kerja
pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yg di perlukan 1:1 pd daerah tertuntu pembrondol lbh sdkt.pemanen dan pembromdol ini hendaknya di perlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di perlukan sebagai buruh lelap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yg trampl dlm jumlah yg sesuai untk pemanen suatu luasan areal tertentu,sehingga tandan yg tdk dpt terpanen pd waktu yg tepat akn menurun kualitasnya.dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen dipengaruh olh berbagai faktr antara lain:topografi,topografi kebun,jenis alat angkut yg di gunakan,umur pekerja,norma kerja,sstem panen dan faktor lainnya...
Norma anen menurut ian rankie dan thomas fair hurst
Umur tanaman
Norma (ton tbs/hk) Norma (ton tbs/hk)
Buruk baik Sangat baik
3 thn 0,4 0,6 0,7
4 thn 0,7 0,7 0,9
5 thn 0,9 0,9 1,4
>5thn 1,4 1,4 2,0
Proses panan
proses pematangn buah kelapa sawit dapat di lihat dari perubahan warna kulit buahnya buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak pada saat buah masak kandunga minyk pada daging buah telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan jatuh dan lepas pd tandannya...proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak memungut brondolan dan mengangkut buah ke tmpt penampungan hasil(tph)serta ke pabrik.buah yg jatuh dri tangkai tandannya di sebut membrondol.
Pelaksanaan pemanenan tdk di lakukan secara sembarang perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu...
tujuan panen kelapa sawit adalah:untuk mendapatkan rendeman minyak yg tinggi dg kualitas minyak yg baik..
Kriteria panen yg harus di perhatikan adalah:matang panen,cara panen,alat panen,rotasi panen,sistem panen,serta mutu panen....
Cara pemanenan kelapa sawit
1. setiap pemenen di bekali dg peralatan yg lengkap
2. panen mendapat prioritas utama di bandingkan dg pemeliharaan kebun lainnya,,bila mana di perlukan tambahan tenaga kerja untuk mnjaga standar panen maka pekerja dari bagian lain dapat di perbandingkan untuk melakukan pemanenan.
3. Setiap pemanen di beri jumlah baris untuk di panen sesuai dg sistem anen yg di terapkan di perusahaan tsb,jumlah baris yg ditentukan tergantung pada umur tanaman,produksi,bulan panen dan rata2 kemampuan pemanen..
4. Tandan matang harus di panen semuanya dg kriteria 12,5-25% buah luar membrondol.
5. Pelepah daun yg menyangga buah di potong terlebh dahulu dan diatur rapi di tengah gdi gawangan
6. Tandan buah tg akan dg dodos/egrek sedekat mungkin dg pangkalnya maxsimal 2 cm,,tandan buah yg telah di potong di letakkan teratur di piringan dan brondolan di kumpulkan di terpisah dari tandan,brondolan harus bersih dan tdk tercampur tanah atau kotoran lain..
7. Memberi tanda yg berisi nomor penebang.
8.Tumpuk pelepah daun yg di potong secara teratur di gawangan(ruang kosong diantara garis gawangan)dg cara di kelumpukkan.....
terimakasih sudah berkunjung di blog cahaya mentari
semoga membantu...
Related Posts :
• Cara Perawatan Kelapa Sawit Agar Dapat Berbuah BanyakCara Perawatan Kelapa Sawit Agar Dapat Berbuah Banyak Apa rahasianya dalam menanam kelapa sawit supaya bisa menghasilkan buah lebih produkt… Read More...
• Kelebihan dan Kekurangan Pertanian HidroponikKelebihan dan Kekurangan Pertanian Hidroponik- Tanaman hidroponik merupakan teknologi pertanian masa kini yang sangat bagus dan efekfit unt… Read More...
• Cara Ampuh Meningkatkan Produksi Kelapa SawitCara Ampuh Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit,Kelapa saeit merupakan komoditi unggulan saat ini karena itulah kelapa sawit terus dikembang… Read More...
• Pengendalian Hama Dan Penyakit Kelapa SawitPengendalian Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit Pengendalian hama dan penyakit kelapa sawit serta tindakan tindakan pengelolaan sumber daya lai… Read More...
• PENGERTIAN KASTRASI,PRUNING PADA KELAPA SAWIT PENGERTIAN KASTRASI,PRUNING DAN PIRINGAN PADA KELAPA SAWIT praktikum pruning di Pt.bmi 1.KASTRASI Kastrasi… Read More...
12 Responses to "PANEN DAN PROSES PANEN KELAPA SAWIT"
1.
BAHARSHARE2 FEBRUARI 2013 08.10
wah artikelnya bermanfaat gan ,,
Balas
2.
Z-T BLOG2 FEBRUARI 2013 08.52
thx sobat tipsnya.. :D
Balas
3.
PENYULUH PERIKANAN2 FEBRUARI 2013 12.36
Artikel ilmu Pengetahuan yang sangat berguna
Banyak Manfaatnya Blog ini sobat
salam sukses selalu
terima kasih sudah berbagi
Balas
4.
ROONY WAHYUDI2 FEBRUARI 2013 12.49
terimakasih juga telah berkunjung ke blog saya yang sederhana ini..
emoga membantu..
Balas
5.
DSHARE 3319 APRIL 2013 21.05
Terima kasih info nya admin..
Balas
Balasan
1.
ROONY WAHYUDI7 JANUARI 2014 07.47
sama sama mas
Balas
6.
EMILDA HELMINA5 JANUARI 2014 15
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/penggunaan.html" target="_parent">Panen tbs di Afdeling A Kebun Inti yang dilakukan secara berkala yang diawasi oleh karani buah</a>
Penjadwalan Pengangkutan Hasil Panen Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Menggunakan Linier Programing (Studi Kasus Di Unit Usaha Palapa Estate PT. Smart TBK, Riau)
View/Open
Full text (3.965Mb)
Date
2007
Author
Wicaksono, Kukuh Anggoro
Metadata
Show full item record
PT. Smart Tbk merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Crude Palm Oil melalui unit-unit usahanya baik berupa kebun, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan Transportasi. Libo Transport merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT. Smart Tbk. Unit usaha tersebut bergerak di bidang transportasi CPO dan juga TBS dari kebun ke PKS. Dalam melaksanakan tugasnya untuk mengangkut TBS dari kebun ke PKS, Libo Transport menggunakan suatu sistem, yakni BIN SYSTEM. Bin system adalah suatu sistem untuk mengangkut TBS yang sudah dipanen menuju ke pabrik kelapa sawit untuk diolah. Sistem ini terdiri dari dua kendaraan pengangkut dan bin. Kendaraan pengangkut pertama adalah scissor lift. scissor lift adalah suatu traktor kecil yang dibelakangnya terdapat sebuah bak berkapasitas 2 ton. Tugas dari scissor lift ini adalah mengangkut TBS dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke bin. Bin yang berkapasitas 9 ton akan penuh dengan 4-5 trip scissor lift. Ketika bin sudah penuh, kendaraan kedua, Prime Mover akan mengangkut bin tersebut untuk dibawa ke PKS. Selama Prime Mover pergi ke PKS dengan membawa bin yang penuh tadi, scissor lift tetap dapat melaksanakan tugasnya. Kebun Palapa merupakan salah satu unit usaha PT. Smart Tbk. Kebun Palapa dalam mengangkut hasil produksinya (TBS) untuk diolah menggunakan jasa Libo Transport dengan menggunakan bin system. Dalam proses pengangkutannya kebun Palapa menggunakan satu Prime Mover untuk satu divisi, dimana kebun Palapa mempunyai 4 divisi. Pengangkutan TBS pada saat low crops dengan menggunakan satu Prime Mover untuk satu divisi akan membuat waktu idle Prime Mover tinggi. Dengan mengurangi Prime Mover menjadi tiga diharapkan waktu idle Prime Mover menjadi berkurang. Dengan berkurangnya Prime Mover satu maka keterlambatan bin untuk diangkut akan timbul, sehingga dibutuhkan suatu penjadwalan dimana waktu idle Prime Mover dan waktu keterlambatan bin untuk diangkut minimum. Penjadwalan yang dilakukan menggunakan model penugasan yang diselesaikan dengan menggunakan prinsip Linear Programing. Alasan menggunakan metode tersebut adalah dapat menghasilkan penjadwalan yang menghasilkan waktu idle Prime Mover dan waktu keterlambatan bin untuk diangkut minimum. Sebelum dilakukan penjadwalan perlu diketahui jumlah bin yang optimal dan juga analisis antrian guna mengetahui apakah antrian di timbangan mempengaruhi kelancaran dari proses pengangkutan. Dari hasil perhitungan, jumlah bin yang optimal untuk masing-masing divisi adalah tiga. Sedangkan untuk antrian di timbangan dianalisis dengan menggunakan softwere Queuing System Simulation. Sebelumnya distribusi waktu kedatangan dan waktu pelayanan dilihat dengan menggunakan softwere EasyFit 3.2. QSS adalah program untuk membantu menganalisa model antrian dengan menggunakan dasar simulasi. Keterbatasan software ini adalah kurang dinamis. Easyfit adalah suatu aplikasi pencocokan distribusi yang dibuat untuk memudahkan analisa probabilitas data dan pemilihan model terbaik. Program tersebut mengijinkan untuk dengan mudah dan dengan cepat memilih distribusi yang terbaik sesuai dengan data.
URI
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/49348
Collections
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/bertahap.html" target="_parent">Panen kebun inti tbs yang dilakukan oleh anggota Koperasi secara bergilir</a>
PENDAHULUAN Di dalam industri minyak kelapa sawit, ketersediaan TBS kelapa sawit sebagai bahan baku minyak kelapa sawit harus dipertahankan, kuantitas dan kualitasnya. Terdapat tiga subsistem utama dalam kegiatan pascapanen, yakni pemanenan, pengangkutan dan pengolahan. Di antara ketiganya terdapat saling keterkaitan, satu hambatan di dalam satu subsistem berpengaruh terhadap kinerja subsitem yang lain. Misalnya hambatan di pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) menyebabkan keterlambatan, yang kemudian mengganggu pengolahan minyak, kapasitas pengolahan, dan kualitas akhir minyak kelapa sawit (Pahan, 2006). Pemanenan, pemuatan dan pengangkutan TBS sering menjadi tahap kritis dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, dan kadang menjadi wilayah manajemen abu-abu antara manajemen kebun dan manajamen PMKS. Kedua divisi tersebut kadang saling menyalahkan terkait kualitas TBS, yang kemudian mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit. Sistem panen dan angkut yang baik diperlukan agar dapat menyediakan TBS bagi PMKS dalam jumlah maksimum dan penurunan kualitas minimum. Ketepatan metode panen akan menjamin kuantitas produksi, sedang ketepatan waktu panen akan menghasilkan TBS dengan mutu AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017 103 fenomena peningkatan kadar ALB secara berurutan, sehingga dapat dipelajari titik kritis penurunan kualitas TBS. Dalam upaya menentukan kebijakan agar dapat menahan penurunan kualitas selama panen-angkut, dapat dibangun model dinamis yang dapat merepresentasikan perilaku sistem panen angkut bila ada perubahan kebijakan. Penelitian ini bertujuan membangun model dinamis yang diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam menentukan waktu dan metode penanganan TBS, baik pada pemanenan, pemuatan ke truk, dan pengangkutan. METODE PENELITIAN Obyek penelitian ini adalah sistem pemanenan, pemuatan dan pengangkutan TBS di kebun inti perkebunan kelapa sawit perusahaan swasta di Provinsi Sulawesi Barat. Kondisi pertanaman kelapa sawit adalah sudah menghasilkan (Tanaman Menghasilkan, TM). Kualitas TBS diamati berdasarkan pada kerusakan atau memar buah kelapa sawit. Cuplikan diambil secara acak dari beberapa afdeling yang memenuhi kriteria perlakuan. Perlakuan selama penelitian adalah tingkat kematangan TBS, jenis lahan, ketinggian pohon, jarak angkut dalam blok, posisi di dalam bak truk, dan kondisi jalan. Subsistem panen-angkut yang tercakup dalam pengamatan penelitian ini adalah pemanenan, pengangkutan TBS dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pemuatan buah ke bak truk, dan pengangkutan TBS dari TPH ke loading ramp sebagai stasiun penerimaan di PMKS (Gambar 1). pengangkutan yang dilaksanakan oleh perusahaan kelapa sawit. Perlakuan pemanenan adalah tingkat kematangan (fraksi), jenis lahan, dan ketinggian pohon. Aras perlakuan kematangan adalah fraksi 1 (belum matang), fraksi 2 (mulai matang), dan fraksi 3 (matang). Aras jenis lahan adalah lahan mineral dan lahan gambut. Aras ketinggian pohon adalah 3 m, 6 m, dan 10 m. Perlakuan angkutan di dalam blok tanaman adalah jarak pengangkutan. Sedang aras pengangkutan ke PMKS meliputi jenis bak truk (kayu dan besi) dan posisi TBS di bak truk (lapisan dasar dan lapisan atas). Dalam penelitian ini diasumsikan varietas pohon kelapa sawit adalah sama. Identifikasi kerusakan buah menggunakan indeks memar yang ditetapkan oleh Hadi dkk. (2009) dalam persamaan 1. (1) Dimana X1 , X2 , X3 and X4 adalah prosentase berat buah tanpa memar (A), memar ringan(B), memar sedang (C) dan memar berat (D). A: buah baik, tanpa memar atau luka kulit, disamakan dengan Indeks Memar 1,0 B: buah memar ringan, total luas memar kurang dari 1 cm2 , disamakan dengan Indeks Memar = 2,5 C: buah memar sedang, total area memar antara 1-2 cm2 , disamakan dengan Indeks Memar =5,5 D: buah memar berat, total area memar lebih dari 2 cm2 , disamakan dengan Indeks Memar =10 Indeks memar kemudian digunakan sebagai dasar untuk menghitung kadar ALB, menggunakan persamaaan 2 dan 3 (Hadi dkk., 2009) FFA (mulai matang) = 0,122 + 0,502 × IM (2) Panen FFA (matang) = 0,76 + 1,287 × IM (3) Pengangkutan dlm blok Pengumpulan di TPH Pemuatan ke bak truk Pengangkutan ke PMKS Pengolahan di PMKS (1) Tkt kematangan Kadar ALB di pohon Kadar ALB, Saat panen Kadar ALB , di TPH Kadar ALB. Saat angkut Kadar ALB, saat masuk PMKS Jenis lahan (mineral/gambut) Tinggi pohon Penurunan kualitas alami Berat TBS Penurunan kualitas alami Waktu tunggu muat Jarak pohon ke TPH Posisi TBS di bak truk Jarak angkut Tingkat rusak jalan Jenis bak truk + + + + + + + + + + + + + Proporsi TBS baik: rusak - Panjang jln rusak Penurunan kualitas alami Proporsi TBS baik:rusak - A C B D Comment [C1]: Mohon rapikan gambar, kata jangan dipenggal, font times new roman Panen Pengangkutan dlm blok Pengumpulan di TPH Pemuatan ke bak truk Pengangkutan ke PMKS Pengolahan di PMKS (1) Tkt kematangan Kadar ALB di pohon Kadar ALB, Saat panen Kadar ALB , di TPH Kadar ALB. Saat angkut Kadar ALB, saat masuk PMKS Jenis lahan (mineral/gambut) Tinggi pohon Penurunan kualitas alami Berat TBS Penurunan kualitas alami Waktu tunggu muat Jarak pohon ke TPH Posisi TBS di bak truk Jarak angkut Tingkat rusak jalan Jenis bak truk + + + + + + + + + + + + + Proporsi TBS baik: rusak - Panjang jln rusak Penurunan kualitas alami Proporsi TBS baik:rusak - A C B D Comment [C1]: Mohon rapikan gambar, kata jangan dipenggal, font times new roman Gambar 1. Subsistem pascapanen kelapa sawit yang tercakup dalam penelitian Cuplikan buah diwakili dengan 750 gram buah brondol yang diambil dari setiap perlakuan. Parameter utama penelitian adalah kadar ALB (%). Kadar ALB dapat diperkirakan dengan luasan memar dan proporsi berat buah yang memar tersebut, yaitu dengan menetapkan indeks memar TBS (Hadi dkk., 2009). Tingkat memar diklasifikasikan menjadi 4 menurut luasan memar dan pengaruhnya terhadap kadar ALB. Di akhir tahapan penelitian, kadar ALB diukur di laboratorium mengikuti metode yang disusun Sudarmadji dkk. (1997). Penelitian dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama mengumpulkan data buah rusak dan analisa kadar ALB nya. Tahap kedua mengembangkan model dinamis. Percobaan dilakukan di lapangan, mengikuti sistem pemanenan dan Panen Pengangkutan dlm blok Pengumpulan di TPH Pemuatan ke bak truk Pengangkutan ke PMKS Pengolahan di PMKS (1) Tkt kematangan Kadar ALB di pohon Kadar ALB, Saat panen Kadar ALB , di TPH Kadar ALB. Saat angkut Kadar ALB, saat masuk PMKS Jenis lahan (mineral/gambut) Tinggi pohon Penurunan kualitas alami Berat TBS Penurunan kualitas alami Waktu tunggu muat Jarak pohon ke TPH Posisi TBS di bak truk Jarak angkut Tingkat rusak jalan Jenis bak truk + + + + + + + + + + + + + Proporsi TBS baik: rusak - Panjang jln rusak Penurunan kualitas alami Proporsi TBS baik:rusak - A C B D Comment [C1]: Mohon rapikan gambar, kata jangan dipenggal, font times new roman Gambar 2. Buah dari TBS yang dipanen : A. Utuh (tanpa memar), B. Memar atau luka ringan, C. Memar sedang , D. Memar berat. Data hasil analisa digunakan untuk mengembangkan model dinamis berdasar diagram sebab akibat yang dibangun, seperti tersaji pada Gambar 3. Pendekatan sistem dinamis dipergunakan mengingat adanya keterkaitan kualitas TBS AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017 104 dengan waktu setelah panen. Terjadinya pelukaan pada buah dalam proses panen angkut menyebabkan peningkatan kadar ALB berlipat ganda dalam waktu yang sama (Corley, 2003) atau penundaan waktu menyebabkan kadar ALB meningkat (Budiyanto dkk., 2005). Pengembangan model dinamis dan simulasi menggunakan software Powersim. sistem yang dicakup dalam diagram sebab akibat tersaji dalam Gambar 3. Kadar ALB TBS setelah dipanen tanpa kerusakan secara alamiah mengalami kenaikan yang digambarkan dalam kurva asimptot oleh Turner dan Gillbanks (2003), sedangkan pada buah yang memar atau luka mengalami kenaikan lebih tajam, mengacu kepada hasil penelitian Corley (2003). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar ALB awal pada kondisi pemanenan yang berbeda. Sebagai contoh pemanenan pada tingkat kematangan (fraksi) 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 1,7 %, 1,8 %, dan 2,1 %. Hasil penelitian Krisdiarto dan Sutiarso (2016a) memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar ALB karena jarak pengangkutan yang berbeda di dalam blok kebun. Namun tampak perbedaan peningkatan antara TBS yang terletak di dasar dan di lapisan atas bak truk, demikian juga antara yang diangkut menggunakan bak berbahan kayu dan berbahan bak besi. Kadar ALB buah memar yang dipanen pada lahan mineral, dimuat dengan pelemparan ke lapisan dasar bak truk mencapai 5,5 %, sedang yang di lapisan bawah 4,5 %. Hal ini karena pemuatan TBS dengan cara dilempar mengakibatkan luka atau memar, terutama untuk lapisan terbawah di bak truk (Krisdiarto dan Sutiarso, 2016b). Potensi memar lebih besar jika TBS dipanen pada fraksi lebih tinggi, karena secara alamiah, semakin matang buah, kandungan ALB semakin tinggi, dan secara fisik kulit luar lebih lunak. Uji jatuh TBS yang dilakukan Krisdiarto dan Sutiarso (2016a) juga memperlihatkan bahwa jumlah buah lepas (brondolan) yang memar pada fraksi 1,2 dan 3 masing-masing 15,6, 16,3, dan 20,1, yang menegaskan semakin tinggi fraksi panen, buah semakin lemah. Pengaruh Tingkat Kematangan Berbeda Tingkat kematangan saat panen menjadi faktor kritis dalam pengelolaan panen, karena terkait dengan rendemen dan kadar ALB. Pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia, umumnya TBS dipanen pada fraksi 2-3. Grafik dalam Gambar 4 menyajikan hasil simulasi kadar ALB panen pada tingkat kematangan berbeda. Kurva 8 menyajikan kadar ALB buah sawit tanpa memar atau penurunan kualitas secara alamiah, sedangkan kurva 1 menyajikan kadar ALB TBS yang dipanen pada fraksi 1 dan memar dalam rentang waktu proses angkutan 60 menit, yang dapat mencapai 9,83 %. Kurva 2-7 menyajikan kadar ALB TBS luaran simulasi campuran 10 % buah memar dan 90 % buah utuh. Bila proporsi campuran sama, kadar ALB buah yang dipanen pada fraksi 3 akan lebih tinggi daripada yang dipanen pada fraksi 2. Tabel 1 memperlihatkan hasil simulasi dengan skenario proporsi buah memar terhadap buah utuh, jenis bak truk, dan posisi TBS dalam bak truk. Tampak bahwa terdapat perbedaan kadar ALB dari TBS yang diangkut dengan sarana jenis bak truk berbeda dan pada posisi di lapisan bak truk yang berbeda. Hal ini karena TBS Panen Pengangkutan dlm blok Pengumpulan di TPH Pemuatan ke bak truk Pengangkutan ke PMKS Pengolahan di PMKS (1) Tkt kematangan Kadar ALB di pohon Kadar ALB, Saat panen Kadar ALB , di TPH Kadar ALB. Saat angkut Kadar ALB, saat masuk PMKS Jenis lahan (mineral/gambut) Tinggi pohon Penurunan kualitas alami Berat TBS Penurunan kualitas alami Waktu tunggu muat Jarak pohon ke TPH Posisi TBS di bak truk Jarak angkut Tingkat rusak jalan Jenis bak truk + + + + + + + + + + + + + Proporsi TBS baik: rusak - Panjang jln rusak Penurunan kualitas alami Proporsi TBS baik:rusak - A C B D Comment [C1]: Mohon rapikan gambar, kata jangan dipenggal, font times new roman Gambar 3. Diagram sebab akibat sistem pemanenan, pemuatan, dan pengangkutan TBS dalam kaitan dengan kadar ALB sebagai indikator kualitas TBS. Kemudian model disimulasikan dengan beberapa skenario untuk mendekati kondisi lapangan. Skenario untuk kegiatan pemanenan adalah tingkat kematangan dan jenis lahan. Skenario untuk pemuatan dan pengangkutan adalah bak kayu dan bak besi (dump truck) dan posisi TBS di dalam bak. Simulasi juga dilakukan dengan skenario proporsi buah memar, yaitu tanpa buah memar (atau 100 % utuh), 10 % buah memar (sama dengan 90 % buah utuh), dan 20% buah memar (sama dengan 80 % buah utuh). Proporsi ini mengikuti ratarata proporsi buah di lapangan. Model disimulasikan untuk 60 menit proses, dari saat panen sampai dengan masuk loading ramp. Diasumsikan bahwa setelah dipanen TBS diangkut ke TPH pada menit ke 21 selama 5 menit. Kemudian menunggu di TPH selama 15 menit, dan dimuat ke truk pengangkut pada menit ke 41, dengan waktu muat 5 menit. Setelah itu diangkut ke PMKS menggunakan truk. Penetapan waktu untuk simulasi tersebut berdasarkan pada kondisi lapangan pengangkutan bagi blok-blok lahan yang dalam jangkauan 10-15 km dari PMKS. Untuk mengetahui kadar ALB TBS akhir sebenarnya, dilakukan pengukuran laboratorium ALB saat TBS di loading ramp, sebelum TBS mulai diproses di PMKS. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peningkatan kadar ALB oleh karena memar atau rusak buah diamati pada tiap tahap dalam proses panen-angkut TBS. Faktor-faktor berpengaruh dalam AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017 105 buah memar berpengaruh terhadap kadar ALB yang cukup nyata, terutama bila buah dipanen pada fraksi 3, karena buah yang lebih matang memiliki kadar ALB lebih tinggi. Kadar ALB di akhir proses simulasi, yakni saat di loading ramp, adalah 2,69-3,77 %, sementara hasil pengukuran laboratorium sebesar 2,52-2,76 %. Pengaruh Jenis Lahan Berbeda Grafik dalam Gambar 5 merupakan hasil simulasi ketika pemanenan dilakanakan di lahan mineral dan lahan gambut, pada beberapa ketinggian pohon. Kurva 11 menyajikan kadar ALB buah yang utuh (tidak memar) selama. Kurva 1 sampai 6 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar ALB TBS yang dipanen dari pohon ketinggian 3, 6 dan 10 m. Menggunakan skenario campuran 10 % buah memar dan 00:00 00:20 00:40 01:00 2 4 6 8 Fr1_ky_bwh Fra1_ky_ats Fra1_ky_bwh Fr2_ky_ats Fr2_ky_bwh Fr3_ky_at Fr3_ky_bw Lev_nomemar Waktu (jam:menit) Kadar ALB (%) 00:00 00:20 00:40 01:00 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 Gb3_ky_at Gb3_bs_bw Gb6_ky_at Gb6_bs_bw Gb10_ky__at Gb10_bs_bw Mi6_ky_at Mi6_bs_bw Mi10_ky_at Mi10_bs_bw Lev_nomemar Waktu (menit) Kadar ALB (%) di lapisan bawah menderita tekanan dan beban oleh TBS di atasnya, demikian juga di lapisan bawah akan lebih banyak gesekan dan memar. Kadar ALB juga semakin tinggi bila buah tidak terangkut (restan), yang mungkin disebabkan oleh kondisi jalan yang buruk (Krisdiarto dan Santosa, 2012). Bila proporsi TBS memar atau luka naik menjadi 20 %, akan terjadi peningkatan kadar ALB secara keseluruhan kurang lebih 0,8 %. Peningkatan kadar ALB ini akan terjadi lebih tinggi untuk buah dengan fraksi panen 3 dibanding fraksi 1 (0,92 % dibanding 0,72 %) . Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah Ket legenda grafik: Kode Gb3 ky at; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 3 m; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Gb3 bs bw; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 3 m; jenis bak truk besi; posisi TBS di bak truk dasar Kode Gb6 ky at; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 6 m; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Gb6 bs bw; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 6 m; jenis bak truk besi; posisi TBS di bak truk dasar Kode Gb10 ky at; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 10 m; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Gb10 bs bw; jenis lahan gambut; tinggi pohon dipanen 10 m; jenis bak truk besi; posisi TBS di bak truk dasar Kode Mi6 ky at; jenis lahan mineral; tinggi pohon dipanen 6 m; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Mi6 bs bw; jenis lahan mineral; tinggi pohon dipanen 6 m; jenis bak truk besi; posisi TBS di bak truk dasar Kode Mi10 ky at; jenis lahan mineral; tinggi pohon dipanen 10 m; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Mi10 bs bw; jenis lahan mineral; tinggi pohon dipanen 10 m; jenis bak truk besi; posisi TBS di bak truk bawah Kode Lev nomemar; tanpa memar Gambar 5. Luaran simulasi dengan skenario jenis lahan dan ketinggian pohon 00:00 00:20 00:40 01:00 2 4 6 8 Fr1_ky_bwh Fra1_ky_ats Fra1_ky_bwh Fr2_ky_ats Fr2_ky_bwh Fr3_ky_at Fr3_ky_bw Lev_nomemar Waktu (jam:menit) Kadar ALB (%) 00:00 00:20 00:40 01:00 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 Gb3_ky_at Gb3_bs_bw Gb6_ky_at Gb6_bs_bw Gb10_ky__at Gb10_bs_bw Mi6_ky_at Mi6_bs_bw Mi10_ky_at Mi10_bs_bw Lev_nomemar Waktu (menit) Kadar ALB (%) Ket legenda grafik: Kode Fr1 ky bwh; fraksi 1; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk dasar Kode Fra1 ky ats; fraksi 1; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Fra1 ky bwh; fraksi 1; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk dasar Kode Fr2 ky ats; fraksi 2; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Fr2 ky bwh; fraksi 2; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk dasar Kode Fr3 ky at; fraksi 3; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk atas Kode Fr3 ky bw; fraksi 3; jenis bak truk kayu; posisi TBS di bak truk dasar Kode Lev nomemar; tanpa memar Gambar 4. Luaran simulasi dengan skenario tingkat kematangan (fraksi) saat panen Tabel 1. Kadar ALB hasil simulasi 60 menit model dengan skenario fraksi panen, jenis truk, posisi TBS dalam Tabel 1. Kadar ALB hasil simulasi bak truk dan proporsi TBS utuh dan memar 60 menit model dengan skenario fraksi panen, jenis truk, posisi TBS dalam bak truk dan proporsi TBS utuh dan memar Tingkat kematangan (fraksi panen) Jenis bak truk Posisi TBS dalam bak truk ALB (%) 10 : 90 ALB (%) 20 : 80 1* kayu atas 9,83 9,83 1 kayu atas 2,69 3,48 dasar 2,70 3,49 besi atas 2,71 3,50 dasar 2,72 3,51 2 kayu atas 2,70 3,50 dasar 2,71 3,52 besi atas 2,72 3,52 dasar 2,73 3,54 3 kayu atas 2,82 3,74 dasar 2,83 3,75 besi atas 2,84 3,76 dasar 2,85 3,77 * Diasumsikan keseluruhan buah memar Pengaruh Jenis Lahan Berbeda Grafik dalam Gambar 5 merupakan hasil simulasi ketika pemanenan dilakanakan di lahan mineral dan lahan gambut, pada beberapa ketinggian pohon. Kurva 11 menyajikan kadar ALB buah yang utuh (tidak memar) selama. Kurva 1 sampai 6 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar ALB TBS yang dipanen dari pohon ketinggian 3, 6 dan 10 m. Menggunakan skenario campuran 10 % buah memar dan 90 % buah utuh yang diproses, tampak perbedaan antara kurva 1-6 dan 7-10. Ini menunjukkan adanya perbedaan bahwa pemanenan di lahan gambut bisa memberikan kadar ALB lebih rendah. Hal ini terkait dengan karakteristik tanah mineral yang lebih keras daripada tanah gambut. Pada umumnya tanah gambut memiliki daya dukung lebih rendah atau memiliki sifat pegas, sehingga gaya yang disebabkan buah jatuh dapat ditahan dan impak nya lebih kecil. Tanah gambut dapat bersifat seperti bantal untuk TBS yang jatuh. Daya dukung per cm2 tanah di lokasi hasil pengamatan adalah 4,6-9,6 kg untuk lahan mineral dan 2,6-6,1 kg untuk lahan gambut (Krisdiarto dan Sutiarso, 2016a). Seperti juga simulasi dengan skenario fraksi saat panen, pada simulasi dengan skenario perbedaan jenis lahan peningkatan proporsi TBS memar menyebabkan peningkatan kadar ALB. Peningkatan proporsi buah memar dari 10 % menjadi 20 % pada lahan gambut menyebabkan kadar ALB naik rata-rata 0,80 %, sedangkan pada lahan mineral 0,88 %. Ini menunjukkan bahwa pengendalian proporsi buah memar di lahan mineral lebih kritis daripada di lahan gambut. Keterkaitan antar faktor dalam manajemen kelapa sawit dapat dipelajari dengan model dinamis (Wiguna dkk., 2009; Widodo dkk., 2010). Model dinamis juga dapat membantu pengambilan kebijakan dalam pengelolaan panen-angkut TBS kelapa sawit. Model yang dibangun dapat mewakili peningkatan kadar ALB, baik secara alamiah maupun karena perlakuan fisik selama proses pasca panen. Tahap kritis peningkatan ALB dapat diamati lebih rinci (Krisdiarto dan Sutiarso, 2016a). Bila akan diterapkan perlakuan teknologi dalam proses ini, misalnya sistem jaring, pengaruhnya terhadap kadar ALB di akhir proses dapat dipelajari dengan model ini. AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017 106 90 % buah utuh yang diproses, tampak perbedaan antara kurva 1-6 dan 7-10. Ini menunjukkan adanya perbedaan bahwa pemanenan di lahan gambut bisa memberikan kadar ALB lebih rendah. Hal ini terkait dengan karakteristik tanah mineral yang lebih keras daripada tanah gambut. Pada umumnya tanah gambut memiliki daya dukung lebih rendah atau memiliki sifat pegas, sehingga gaya yang disebabkan buah jatuh dapat ditahan dan impak nya lebih kecil. Tanah gambut dapat bersifat seperti bantal untuk TBS yang jatuh. Daya dukung per cm2 tanah di lokasi hasil pengamatan adalah 4,6-9,6 kg untuk lahan mineral dan 2,6-6,1 kg untuk lahan gambut (Krisdiarto dan Sutiarso, 2016a). Seperti juga simulasi dengan skenario fraksi saat panen, pada simulasi dengan skenario perbedaan jenis lahan peningkatan proporsi TBS memar menyebabkan peningkatan kadar ALB. Peningkatan proporsi buah memar dari 10 % menjadi 20 % pada lahan gambut menyebabkan kadar ALB naik rata-rata 0,80 %, sedangkan pada lahan mineral 0,88 %. Ini menunjukkan bahwa pengendalian proporsi buah memar di lahan mineral lebih kritis daripada di lahan gambut. Keterkaitan antar faktor dalam manajemen kelapa sawit dapat dipelajari dengan model dinamis (Wiguna dkk., 2009; Widodo dkk., 2010). Model dinamis juga dapat membantu pengambilan kebijakan dalam pengelolaan panen-angkut TBS kelapa sawit. Model yang dibangun dapat mewakili peningkatan kadar ALB, baik secara alamiah maupun karena perlakuan fisik selama proses pasca panen. Tahap kritis peningkatan ALB dapat diamati lebih rinci (Krisdiarto dan Sutiarso, 2016a). Bila akan diterapkan perlakuan teknologi dalam proses ini, misalnya sistem jaring, pengaruhnya terhadap kadar ALB di akhir proses dapat dipelajari dengan model ini. Nilai yang berbeda-beda hasil simulasi yang tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2 memperlihatkan faktor-faktor perlakuan saling terkait mempengaruhi kadar akhir ALB buah kelapa sawit dalam proses panen angkut. Misalnya TBS yang dipanen pada lahan gambut dengan ketinggian pohon 3 m diangkut dengan truk bak kayu kadar ALB saat di loading ramp akan berbeda, tergantung kepada posisinya di bak truk. Demikian juga faktor tingkat kematangan TBS saat dipanen akan berpengaruh bersama-sama dengan jenis bak truk dan posisinya di dalam bak truk. Pengaruh penambahan kadar ALB ini terjadi sesuai dengan waktu dimana proses tersebut terjadi, misalnya penambahan ALB saat pemuatan ke atas bak truk dan selama pengangkutan. Grafik pada Gambar 4 dan 5 juga memperlihatkan faktor waktu perlu diperhatikan dalam proses panen angkut. Dalam grafik tersebut kenaikan kadar ALB cukup tajam pada saat menit ke-5, kemudian terjadi lagi peningkatan kadar ALB di menit ke 21 dan 40, sesuai dengan tahap proses penanganan bahan. Kenaikan tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan kadar ALB. Ini berarti bila tahap penanganan bahan yang berpotensi melukai ditunda, kadar ALB akhir di loading ramp akan lebih rendah. Dalam praktek di lapangan, bila terjadi jumlah TBS yang datang jauh lebih banyak daripada kapasitas PMKS mengolah, kualitas TBS lebih dapat dijaga dengan menunda pemuatan dan pengangkutan (TBS dibiarkan utuh di kebun) daripada TBS diangkut lebih awal namun harus menunggu proses (mengantri) di PMKS. KESIMPULAN Memar atau luka buah kelapa sawit pada satu tahap panen angkut akan berpengaruh terhadap kualitas TBS pada tahap Tabel 2. Kadar ALB hasil simulasi model 60 menit skenario jenis lahan, ketinggian pohon dan proporsi TBS utuh dan memar Jenis lahan Tinggi pohon dipanen (m) Jenis bak truk Posisi TBS di bak truk ALB (%) 10 : 90 ALB (%) 20 : 80 Gambut 3 kayu atas 2,65 3,41 Gambut 3 besi dasar 2,69 3,44 Gambut 6 kayu atas 2,67 3,44 Gambut 6 besi dasar 2,70 3,48 Gambut 10 kayu atas 2,74 3,59 Gambut 10 besi dasar 2,76 3,63 Mineral 3 kayu atas 9,87* 3,49 Mineral 3 besi dasar 9,90* 3,52 Mineral 6 kayu atas 2,77 3,65 Mineral 6 besi dasar 2,81 3,68 Mineral 10 kayu atas 2,79 3,68 Mineral 10 besi dasar 2,82 3,71 *Diasumsikan keseluruhan buah memar AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017 107 berikutnya dalam sistem pasca panen. Tingkat kematangan buah saat pemanenan yang berbeda, menyebabkan awal kadar ALB berbeda, yaitu 1,7 %, 1,8 %, dan 2,1 %. Jenis lahan dan ketinggian pohon menyebabkan titik awal kadar ALB berbeda. Demikian juga kondisi saat pengangkutan seperti jenis bak truk dan posisi TBS di dalam lapisan bak truk memberikan tambahan kadar ALB yang berbeda. Selisih kadar ALB TBS memar antara di lapisan atas dan bawah bak truk sebesar 1 %. Bila keseluruhan yang diproses adalah buah memar, kadar ALB mencapai 9,95 %. Peningkatan proporsi buah memar dari 10 % menjadi 20 % pada lahan mineral menyebabkan penambahan kadar ALB lebih besar daripada di lahan gambut, yaitu 0,88 % dibanding 0,80 %. Hal yang sama menyebabkan perbedaan kadar ALB buah antara yang dipanen pada fraksi 3 dan pada fraksi 1m, yaitu 0,92 % dibanding 0,72 %. Model yang dibangun dapat merepresentasikan peningkatan kadar ALB dalam proses panen angkut secara dinamis. Model merekomendasikan titik optimum kualitas TBS saat panen dan angkut adalah pada fraksi 1 di lahan gambut dan diangkut dengan truk bak kayu. Dari sisi kualitas TBS, penundaan pengangkutan lebih menguntungkan daripada menunggu proses (mengantri) di PMKS. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada PT Letawa, Astra Agro Lestari, Sulawesi Barat, atas semua fasilitas dan bantuan selama penelitian lapangan, serta kepada Ditjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, atas bantuan pendanaan dari skema Hibah Bersaing (kontrak no 023/04.2.189971/2013 tanggal 1 Mei 2013). DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, Mudjiharjo, S. dan Sabri, C.S. (2005). Identifikasi kerusakan buah sawit dan pengaruh penundaan pengolahan terhadap peningkatan kandungan ALB pada buah sawit. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 7(2): 133-139. Corley, R.H.V. dan Tinker, P.B. (2003). The Oil Palm. Ed. 4. Blackwell Science Inc., Iowa, USA. Hadi, S.,D., Ahmad, F.B, dan Akande. (2009). Determination of the bruise indexes of oil palm fruits. Journal of Food Engineering 95: 322-326. Krisdiarto, A.W. dan Santosa, T.N.B. (2012). Keterkaitan infrastruktur jalan dan hujan terhadap tingkat restan TBS pada perkebunan kelapa sawit. Prosiding Seminar Nasional Keteknikan Pertanian: “Peran keteknikan pertanian dalam pembangunan industri pertanian ber
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/perhitungan.html" target="_parent">Peremajaan kebun afdeling C</a>
Peremajaan
Kelapa Sawit Rakyat Tantangan dan Hambatan Di Masa Depan
Oleh :
Asmar Arsjad APKASINDO
Medan 28 September 2017
ABSTRAK
Luas Kelapa Sawit Nasional 11,9 juta ha 4,8 juta ha diantaranya adalah kebun kelapa sawit rakyat. Dari luasan kebun sawit rakyat tersebut tingkat produktivitasnya sekitar 3 ton/ha/th yang antara lain disebabkan bibit tidak bersertifikat, lahan marginal, tidak dipupuk, tanaman tua, dan proses panen tidak sesuai aturan.
Disamping hal diatas regulasi Pemerintah juga kurang mendukung pengembangan sawit rakyat antara lain sertifikasi lahan, subsidi benih , pelatihan petani , kredit perbankan ,kampanye negatif dan rencana finance sustainability.
BPDP Kelapa Sawit yang tadinya diharapkan dapat mendukung peremajaan kelapa sawit rakyat sampai saat ini belum secara maksimal memberikan kontribusinya .
Program Peremajaan
Kelapa Sawit Rakyat Tantangan Dan
Hambatan di Masa Depan
Oleh : Asmar Arsjad APKASINDO
• 2. Kelapa Sawit – Industri STRATEGIS
- Penyumbang Devisa USD 21 M/th - Penghasil energi Blodisel
- Ada di 190 Kabupaten (45 persen Rakyat)
- Industri Hilir (Obat, Pangan, dll)
- Lokomotif Ekonomi Nasional
30 Juta orang terlibat, dan hidup dari kelapa sawit
• - Penghasil Oksigen, penyerap karbon
3. EKSPOR
• 2008 CPO 55 Persen
olahan 45 Persen
• 2016 CPO 30 Persen
olahan 70 Persen
4. Devisa Sawit Rakyat
2012 Ekspor, Devisa USD 21 M
Dari Rakyat USD 8 M
2015 Rakyat USD 6,3 M
2016 s.d. Juni USD 3 M
atau 106 T
5. Luas kelapa sawit rakyat dari 3,9 juta Ha
Perlu segera diremajakan seluas 1.8 juta Ha Yang tersebar pada 160 Kabupaten diseluruh Indonesia
BPDP Kelapa Sawit menjadi harapan petani untuk program peremajaan diatas
6.LANDASAN HUKUM
DANA PERKEBUNAN SAWIT
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2015 tentang
Penghimpunan Dana Perkebunan
Peraturan Presiden No 61
Tahun 2015 tentang
Penghimpunan dan
Penggunaan Dana
Perkebunan Kelapa Sawit Peraturan Menteri
Keuangan No 133 Tahun
2015 tentang Pungutan Ekspor Peraturan Menteri
Keuangan No 113 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit
( BPDPKS )
7 . PRINSIP
3
8.Kunci Keberhasilan : PEMANFAATAN Dana Sawit,
9.Mengapa sebagian besar Dana Sawit dialokasikan untuk Biofuel ?
Saat ini Sawit Indonesia over-supply CPO
Pasar dunia sedang lesu (70% sawit Indonesia di ekspor)
Harga minyak dunia jatuh
Harga CPO terancam jatuh (bisa mencapai $250-$300 harga TBS bisa jatuh ke Rp 500 /kg
Solusi: harus ada pasar yang baru untuk CPO
DANA SAWIT UNTUK BIOFUEL
BERTUJUAN UNTUK MENJAGA HARGA CPO RELATIF STABIL: -- UNTUK PETANI
-- UNTUK SELURUH INDUSTRI
Penggunaan wajib
Biofuel Sawit DN (B20)
Hanya bisa jalan kalau ada dana subsidi harga
10.Harga yang relatif stabil jadi prasyarat;
Program Utama Dana Sawit :
PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT
dan
SARANA/PRASARANA UNTUK
PEMBERDAYAAN PETANI KECIL
11.PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT
Peremajaan = penggantian tanaman sawit berumur > 25 tahun milik petani / perkebunan rakyat dengan tanaman sawit yang baru
+
Khusus : Peremajaan Dini = penggantian tanaman sawit muda berumur 10-25 tahun milik petani / perkebunan rakyat yang menghadapi masalah produktivitas rendah < 10 ton per hektar akibat kesalahan bibit, dengan tanaman sawit yang baru
Pendukung : Pra-Peremajaan = kegiatan-kegiatan sebelum pelaksanaan kegiatan peremajaan, yang ditujukan untuk menyiapkan petani dan memudahkan proses peremajaan pada tahun berikutnya.
12.PEREMAJAAN
1. Petani : swadaya/plasma/ex-plasma; pemilik kebun kurang dari 4 hektar / petani
2. Lahan / kebun : telah / berpotensi untuk mendapat sertifikat ISPO sesuai semua ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
3. Setiap proyek peremajaan : 300-800 hektar, bisa tidak satu hamparan asal berdekatan tetapi sebaiknya satu hamparan
4. Petani tergabung dalam koperasi / kelompok tani
5. Bantuan Dana Sawit berbentuk hibah (grant) dan akan diberikan melalui transfer ke rekening proyek yang disepakati oleh petani dan bank
6. Besarnya bantuan Dana Sawit untuk peremajaan tahun 2016 sebesar Rp 25 juta / hektar
7. Petani wajib bekerjasama dan mengikat akad dengan bank
13.PEREMAJAAN
Asumsi: Biaya peremajaan Rp 60juta/ha, Proyek: 300 ha, 100 petani, Total nilai proyek 300x60jt = Rp 18 M
Model 1
Petani ambil kredit dan mengerjakan sendiri peremajaannya
14.PEREMAJAAN
Asumsi: Biaya peremajaan Rp 60juta/ha, Proyek: 300 ha, 100 petani, Total nilai proyek 300x60jt = Rp 18 M
Model 2
Petani dengan uang sendiri dan mengerjakan sendiri peremajaannya
15.PEREMAJAAN
Asumsi: Biaya peremajaan Rp 60juta/ha, Proyek: 300 ha, 100 petani, Total nilai proyek 300x60jt = Rp 18 M
Model 3
Petani dengan uang sendiri + kredit dan mengerjakan sendiri
BPDP Sawit
16.PEREMAJAAN
Asumsi: Biaya peremajaan Rp 60juta/ha, Proyek: 300 ha, 100 petani, Total nilai proyek 300x60jt = Rp 18 M
Model 4
Petani ambil kredit dan ada pihak ketiga (konsultan/kontraktor) mengerjakan peremajaannya dg biaya 10% dari nilai proyek
18
17.PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT
Dalam kegiatan PEREMAJAAN atau PEREMAJAANDINI, Dana Sawit dapat dipergunakan untuk :
-- subsidi bunga
-- sebagian pokok kredit
-- biaya hidup
-- pembelian bibit
-- premi penjaminan pinjaman
-- jasa konsultan/kontraktor independen
-- kegiatan lain yang ditetapkan pemerintah
18.PEREMAJAAN PERKEBUNAN RAKYAT
Pra-Peremajaan = kegiatan-kegiatan sebelum pelaksanaan kegiatan peremajaan, yang ditujukan untuk menyiapkan petani dan memudahkan proses peremajaan pada tahun berikutnya.
Kegiatan yang dapat didukung dengan Dana Sawit:
(T-0 Mulai land clearing dan penanaman)
T-2 / T-1 -- Sertifikasi lahan (bekerjasama dg Kemen Agraria)
-- Studi kelayakan dan design kebun
-- Pelatihan untuk petani
-- Sertifikasi ISPO
T-15 s/d T-10 Pengembangan skema pembiayaan untuk peremajaan (asuransi, tabungan, dll)
19.SARANA/PRASARANA UNTUK PEMBERDAYAAN PETANI KECIL
Bentuk pemberdayaan yang dituju:
1. Peningkatan produktivitas kebun dan peningkatan kualitas produk petani
2. Peningkatan praktek keberlanjutan (sustainability) kebun petani
3. Mencegah kebakaran lahan, dikebun maupun didaerah sekitar kebun petani (Desa Sawit Tanggap Api)
4. Meningkatkan kapasitas petani, termasuk akses ke layanan perbankan, dll
Kegiatan yang dapat dilakukan :
1. Pelatihan untuk petani
2. Investasi alat dan sarana bantu
20. Hambatan dan Tantangan yang dihadapi dalam peremajaan kelapa sawit rakyat :
* Target peremajaan tahun 2017 seluas 20.000 Ha kemungkinan takkan tercapai
* Kriteria petani penerima program peremajaan SE DITJENBUN NO.29/2017 sulit untuk dipenuhi.
* Pendekatan kawasan antara lain sebaran petani 50 Ha / Kelompok tani , SKT , SHM, Girik, tidak berada dalam kawasan HL, HPT, HP, Gambut dan harus berpotensi ISPO.
* Memiliki STDB atau surat keterangan dalam proses * Sulit mendapatkan kredit perbankan.
21. Financial Sustainabiity
* Tata kelola peremajaan diatur dalam Permentan no. 11 / 2015 tentang ISPO , Permentan no.18 / 2016 tentang peremajaan
Pmk no. 84 / 2017 tentang dana peremajaan
Peraturan Dirut BPDP KS tentang peremajaan
* Pembiayaan peremajaan untuk kondisi 1 – 3 besarnya biaya peremajaan Rp. 60 juta / Ha , hibah untuk petani Rp. 25 juta / Ha sisanya diperoleh dari tabungan petani maupun kredit perbankan yang bertindak sebagai Custodian
* Kredit Grace Period 5 tahun, Tenor 10 tahun dimulai tahun ke 7 sampai dengan tahun 17
* Rencana OJK (Otoritas Jasa Keuangan ) akan mengeluarkan aturan finance sustainability dimana pekebun yang berada dalam kawasan hutan dan tidak sustainable tidak boleh mendapat kredit dari perbankan
* Rencana kebijkan OJK diatas akan menghambat proses peremajaan kelapa sawit utamanya kelapa sawit rakyat
BPDP Sawit
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/keterlambatan.html" target="_parent">Replanting kebun anggota</a>
MMC KOBAR - Target 1000 ha replanting kelapa sawit rakyat yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kobar, semakin mendekati angka final pada semester 2 tahun 2018. Satu bulan setelah melakukan diskusi dan sosialisasi dengan penyuluh pertanian lapangan se-Kobar pada 12 Juli 2018 lalu, hari ini Senin (13/8) hingga Selasa (14/8), DTPHP Kobar melakukan diskusi interaktif program peremajaan kelapa sawit rakyat yang berlangsung di Hotel Mahkota Pangkalan Bun. Narasumber Diskusi kali ini adalah Ir. Suharyoso dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah, Kepala DTPHP Kobar Kamaludin dan Kasi Produksi Bidang Perkebunan Nurliani. Kegiatan diikuti oleh Pimpinan Cabang BRI, seluruh Camat dari 6 Kecamatan di wilayah Kobar, penyuluh, pengurus KUD dan Kepala Desa di Kecamatan Pangkalan Lada, Perwakilan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Pada diskusi kali ini lebih banyak membahas mengenai persyaratan pengajuan peremajaan kelapa sawit.
Kepala DTPHP Kobar Kamaludin dalam sambutannya mengatakan, Kegiatan diskusi ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani sawit. Hal ini dilatarbelakangi karena kecenderungan masyarakat Kobar untuk berkebun cukup tinggi, sementara disisi lain praktik-praktik berkebun yang baik tidak dikuasai oleh masyarakat, yang penting menanam dan memiliki kebun sawit. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap hasil produksi yang tidak memadai.
“Keberadaan kita disini karena adanya petani, jadi sudah sewajarnya kita berbuat yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salah satunya dengan melakukan peremajaan kelapa sawit mereka yang kondisinya sudah tidak produktif, yaitu usia 25 tahun atau dibawah 10 tahun 10 ton/ha/th,” katanya.
Sementara itu, tahapan-tahapan dan persyaratan pengajuan peremajaan kelapa sawit disampaikan oleh Kasi Produksi Bidang Perkebunan, Nurliani, yakni sebagai berikut:
• Mengajukan permohonan yang ditujukan pada Dinas yang menangani urusan dibidang perkebunan. Melampirkan: Daftar nominatif perkebun, KTP, Kartu Keluarga, legalitas lahan, (SHM/SKT/Girik/Akte Jual Beli), STDB;
• Surat pernyataan lahan tidak dalam sengketa (dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan);
• Surat pernyataan tidak dalam kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi dan kawasan terlarang lainnya (dari Dinas yang menangani Bidang Kehutanan);
• Kebun yang berada pada kawasan yang berdampak pengaturan tata ruang/kawasan hutan dan areal penggantinya yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
• Tersedia petugas pendamping atau fasilitator;
• Surat pernyataan mempunyai potensi menerapkan ISPO (dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan);
• Kerjasama dan terintegrasi dengan PKS (MoU dengan PKS);
• Profil pekebun (Maksimal 4 ha/KK);
• SK penetapan CP/CL (SK Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan);
• Daftar nominatif;
• Surat pernyataan tanaman telah berumur 25 tahun atau produktivitas 10 ton/ha/tahun (dari koperasi/kelompok tani);
• Tergabung dalam wadah kelompok tani/koperasi/kelembagaan pekebun lainnya (daftar anggota kelompok);
• Memiliki rekening tabungan yang masih aktif pada bank yang ditunjuk (foto copy buku tabungan);
• Surat pernyataan menjalin kerjasama dengan PKS (dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan);
• Surat pernyataan menggunakan sistem tumbang serempak atau disesuaikan dengan kondisi setempat (dari pengurus koperasi atau kelompok tani);
• Surat pernyataan untuk pembiayaan lanjutan yang bersumber dari perbankan (dari koperasi/kelompok tani);
• Surat pernyataan ketersediaan benih unggul bersertifikat (dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan);
• Rencana kerja pembukaan lahan sesuai standar teknis (RAB TBM dan TM);
• Rencana kerja penanaman sesuai standar teknis (RAB TBM dan TM);
• Rencana kerja pemeliharaan tahun pertama, kedua, dan ketiga sesuai standar teknis (RAB TBM dan TM);
• Surat pernyataan sanggup menyusun laporan pelaksanaan peremajaan (dari koperasi/kelompok tani);
• Rencana kerja pemeliharaan tahun keempat dan tahun berikutnya sesuai standar teknis (RAB TM);
• Surat pernyatan sanggup menyusun laporan pelaksanaan pemeliharaan tanaman menghasilkan (dari koperasi/kelompok tani);
• Surat pernyataan sumber pendanaan pada kegiatan tahap lanjutan (dari koperasi/kelompoktTani, perbankan);
• Surat keterangan legalitas lahan yang sudah dikoordinasikan dengan BPN;
• Dokumen kelompok:
Kelompok Tani:
1. Minimal beranggotakan 20 orang;
2. Terdaftar dalam SIMLUHTAN;
3. Mempunyai SK pembentukkan kelompok dan struktur organisasi pengurus;
4. Surat pernyataan mampu mengelola kebun dan melaksanakan kelembagaan.
Koperasi:
1. Aktif dan terdaftar pada dinas yang menangani urusan koperasi;
2. Berbadan hukum;
3. Laporan kegiatan koperasi (Rapat Anggota Tahunan);
4. Surat pernyataan mampu mengelola kebun dan melaksanakan kelembagaan.
(Syarif HD/DTPHP)
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/lokasi.html">Survey areal kebun baru</a>
Saat ini, kebutuhan peremajaan di Indonesia semakin meningkat. Menurut Kurniawan, pada tahun 2014 saja, kebutuhan peremajaan tersebut adalah 110.669 ha dimana 25% (27.553 ha) adalah perkebunan rakyat. Tentunya jika ini tidak ditangani dengan serius, kebutuhan ini akan terus meningkat.
Banyak petani yang belum mengetahui kapan saat yang tepat untuk melakukan peremajaan. Padahal tindakan peremajaan ini sangat penting untuk keberlangsungan pendapatan petani. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kenapa peremajaan tersebut perlu dilakuan, antara lain: (1) Umur tanaman sudah tua (>25 tahun); (2) Produktivitas tanaman rendah (<12 ton TBS/ha/th); (3) Kesulitan panen (tinggi tanaman >12 meter); (4) Kerapatan tanaman rendah (<80 pohon/ha) (5) Bahan tanaman tidak unggul (illegitim) yang mengakibatkan rendahnya produktivitas tanaman. Dengan demikian, peremajaan ini bertujuan untuk sistem peremajaan kelapa sawit.
Secara umum, terdapat 4 sistem peremajaan kelapa sawit yang dilakukan perkebun yaitu sistem tumbang serempak, underplanting, sistem tumbang bertahap dan sistem tumpang sari (intercropping).
Namun pertanyaannya manakah sistem peremajaan yang paling sesuai untuk perkebunan rakyat?
Pada prinsipnya, sistem peremajaan yang tepat untuk perkebunan rakyat harus memperhatikan bagaimana petani tetap memproleh pendapatan pada saat mereka melakukan peremajaan hingga memasuki masa tanaman menghasilkan (TM).
Sistem tumpang sari dianggap paling tepat, hal ini dikarenakan petani masih memperoleh pendapatan selama masa tanaman belum dapat menghasilkan. Pada dasarnya sistem tumbang sari mirip dengan tumbang serempak, hanya saja areal yang seharusnya ditanami kacangan diganti dengan tanaman semusim seperti kedelai, jagung, kacang tanah dan lain sebagainya. Luas areal yang dapt ditanam dengan tanaman semusim teresebut seluas 60-75% (TBM-1) dan 45-50% (TBM-2)
Program BPDP dalam peremajaan kelapa sawit untuk rakyat
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau lebih dikenal dengan BPDP Sawit selaku pengelola dana perkebunan kelapa sawit memiliki program utama dalam Peremajaan Perkebunanan Rakyat. Seperti dilansir dari Deri Ridhanif dalam acara Pertemuan Teknis Kelapa Sawit (PTKS) Regional Riau 2016, program ini merupakan program pergantian tanaman kelapa sawit berumur >25 tahun milik petani dengan tanaman kelapa sawit yang baru. Selain itu, terdapat juga program peremajaan dini, dimana tanaman kelapa sawit rakyat yang berumur 10-25 tahun diganti dengan tanaman baru dengan syarat produksi dibawah 10 ton/ha/tahun akibat dari penggunaan benih palsu.
Menurutnya lagi, Dalam mendapatkan dana tersebut, ada beberapa persayaratan yang harus dipenuhi oleh petani, antara lain: petani merupakan petani swadaya/plasma/ex-plasma dan memiliki kebun kurang dari 4 hektar per petani, lahan kebun telah atau berpotensi untuk mendapatkan sertifikat ISPO, luas setiap proyek peremajaan berkisar antara 300-800 hektar (satu hamparan atau lahan masih berdekatan), dan petani masih tergabung dalam koperasi/kelompok tani.
“Bantuan dana sawit ini berbentuk hibah (grant) dan akan diberikan melalui transfer yang disepakati oleh petani dan bank. Besarnya bantuan dana untuk peremajaan tahun 2016 adalah Rp 25.000.000., per hektar dan petani wajib bekerjasama dan mengikat akad dengan bank” ujar Deri dalam acara PTKS tersebut.
<a href="http://kgi-elaeis.blogspot.com/2015/01/perkebunan.html">Sortir menurut komidel (2)</a>
Tambusai (Rokanhulu.com) – Masyarakat menilai penjualan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit petani masyarakat yang dipotong (sortir) oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Talikumain PT Nagamas cukup tinggi dan mendapat protes dari pengusaha dan petani kelapa sawit di Desa Talikumain, Kecamatan Tambusai, Kab. Rokan Hulu.
“Menurut kami sortirnya cukup besar dan melewati batas kewajaran. Oleh karen itu, kami meminta kepada pihak PMKS Talikumain PT Nagamas harus transparan dan berikan penjelaskan kepada masyarakat,” kata Amir kepada Rokanhulu.com, Kamis (8/3/2018)
Menanggapi keluhan masyarakat tersebut, Kepala Tata Usaha PMKS Talikumain Khairul Fadli kepada Rokanhulu.com, Jum’at (9/3/2018) mengatakan, bahwa PMKS Talikumain PT Nagamas fokus pada kualitas TBS, yang harus sesuai dengan kriteria kematangan. Karena kualitas buah akan mempengaruhi kualitas Cruit Palm Oil (CPO).
“Kemarin memang sempat ada protes dari beberapa masyarakat dan berharap supaya TBS yang dijual kesini tidak disortir yang tidak wajar. Pada prinsipnya kami memang bersinergi dengan masyarakat, pasalnya 100 persen buah disini dari masyarakat. Kami melakukan sortir ini sudah sesuai dengan ketentuan peusahaan, kami minta kepada masyarakat agar buah mentah jangan dipanen, karena selain yang rugi masyarakat, kami dari perusahaan juga ikut rugi,” imbau Khairul
Menurut Khairul, penyortiran TBS sebagai salah satu kendali mutu CPO yang akan dihasilkan baik dari segi kuantitas dan kualitas yang telah ditetapkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) perusahaan.
“Biasanya saat musim trek petani kebanyanan panen buah mentah, kami minta kalau sudah masak baru dipanen, kalau buahnya mentah jadi imbasnya ke pabrik, perusahaan sudah ada SOP nya tinggal lagi kita untuk meminimalisirnya dan kami wajib menyortirnya, tapi masyarakat dan perusahaan masih ada juga tari ulurnya, perusahaan tidak bisa terlalu memaksakan standar yang ada kepada masyarakat dan begitu juga sebaliknya masyarakat harus mematuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan,” kata Khairul. (Hen/Rhc)
GRADING/SORTIRAN TBS UNTUK TBS NON KEBUN
CONTOH TBS YANG TIDAK LAYAK DI TERIMA
GRADING TBS
TUJUAN GRADING :
MEMASTIKAN TBS YANG DITERIMA SESUAI DENGAN KONFIRMASI BELI
DEFINISI TBS (TANDAN BUAH SEGAR )
TBS ADALAH TANDAN BUAH NORMAL TANAMAN (ELUESIS GUIDEENSIS JACQ).
STANDART OPERATING PROSEDURE ( SOP )
1. MENGATUR LOKASI PEMBONGKARAN
2. MEMERIKSA SPB
3. MENENTUKAN BERAT JANJANG RATA-RATA (BJR) SESUAI
YANG TERCANTUM PADA SP TBS.
4. MEMISAHKAN TBS YANG TIDAK SESUAI
5. MELAKUKAN PEMOTONGAN TBS
6. MEMBUAT LAPORAN HASIL PEMOTONGAN.
7. MEMBUAT BERITA ACARA PENGEMBALIAN TBS.
8. MEMBERSIHKAN TBS/BRONDOLAN YANG BERCECERAN
KRITERIA TBS
1.BERDASARKAN VARIETAS ( JENIS BIBIT TANAMAN )
A. VARIETAS FISIFERA
B. VARIETAS TENERA
C. VARIETAS DURA
2. BERDASARKAN FRAKSI PANEN (DERAJAT KEMATANGAN TBS )
A. FRAKSI 00 ( SANGAT MENTAH )
B. FRAKSI 0 ( MENTAH )
C. FRAKSI I ( MENGKAL )
D. FRAKSI II ( MATANG I )
E. FRAKSI III ( MATANG II )
F. FRAKSI IV ( LEWAT MATANG )
G. FRAKSI V ( SANGAT MATANG )
3. SYARAT MUTU ( KRITERIA GRADING TBS)
A. BUAH MATANG
B. BUAH MENGKAL
C. BUAH MENTAH
D. BUAH BESAR ( BJR > 12 KG )
E. BUAH SEDANG ( BJR 6 KG S/D 11,99 KG )
F. BUAH KECIL ( BJR 3 KG S/D 5,99 KG )
G. BUAH KASTRASI ( BJR < 3 KG )
H. BUAH LANDAK / BUAH SAKIT
I. TANDAN KOSONG
H. SAMPAH DAN PASIR
CARA PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN TBS
• DARI TOTAL JUMLAH TANDAN YANG DATANYA
• DIPEROLEH DARI JURNAL PENGIRIMAN BUAH KE PKS
• DAPAT DIKETAHUI PERSENTASE FRAKSI YANG
• DISORTASI.
TANDAN FRAKSI X
• FRAKSI X = ----------------------------------------
TOTAL TANDAN NORMAL
STANDART PEMOTONGAN MENURUT DIRJENBUN
1. PEMOTONGAN BUAH MENTAH (BM)
PBM = ……% BM X 50 % X TONASE
2. PEMOTONGAN BUAH BUSUK / LEWAT MATANG (BLM)
PBLM = (%BLM – 5 % ) X 25 % X TONASE
3. PEMOTONGAN TANDAN KOSONG (TK )
PTK = % TK X 100% X TONASE
4. PEMOTONGAN BUAH TANGKAI PANJANG (TP )
PTP = …%TP X 1% X TONASE
5. PEMOTONGAN SAMPAH DAN PASIR (Sp)
PSp = …%Sp X 200% X TONASE
PELAKSANAAN DAN PROSEDURE GRADING
1. TEMPAT GRADING ( PENYORTIRAN ) :
AKTIFITAS PENYORTIRAN TBS DILAKUKAN DI LOADING RAMP
PABRIK DAN JUGA DI LAKUKAN DI RAMP-RAMP PENMPUNGAN MILIK
PERUSAHAAN.
2. ORANG-ORANG YANG BOLEH MELAKUKAN GRADING :
GRADING HANYA BOLEH DILAKUKAN OLEH PETUGAS YANG
DITUGASKAN OLEH PIHAK PERUSAHAAN DAN YANG TERLATIH.
3. DOKUMEN – DOKUMEN YANG DI PERLUKAN :
DOKUMEN YANG DIPERLUKAN DALAM PENYORTIRAN ADALAH BERITA ACARA SORTASE, SLIP TIMBANGAN DAN BERITA ACARA TBS YANG DIKEMBALIKAN.
KETELITIAN DALAM GRADING ( PENYORTIRAN )
A. KETELITIAN GRADING TBS YANG MEMPUNYAI IKATAN KONTRAK JANGKA PANJANG YANG DI BELI DARI SUPLIER DILAKUKAN TIDAK KURANG DARI 10 % DARIPADA JUMLAH TRUK. APABILA TERDAPAT VARIASI DALAM KUALITAS BUAH ATAU MUTU TANDAN, KETELITIAN GRADING HENDAKNYA DI TINGKATKAN KE TAHAP 50 %.
B. BAGI SUPLIER YANG TIDAK MEMPUNYAI IKATAN KONTRAK JANGKA PANJANG, GRADING DILAKUKAN LANGSUNG PADA TRUK YANG MEMUAT TBS TERSEBUT.
C. STANDARD KETELITIAN GRADING TBS UNTUK WILMAR GROUP ADALAH GRADING DILAKUKAN LANGSUNG TERHADAP SELURUH MOBIL TRUK YANG MASUK PKS ATAU RAMP PENAMPUNGAN. DAN GRADING DILAKUKAN TERHADAP SELURUH TBS YANG ADA (100 %)
KLASIFIKASI TANDAN
A. TANDAN MASAK :
TANDAN SEGAR YANG BERWARNA ORANGE KEMERAHAN DAN
MESOKRAP LAPISAN LUARNYA BERWARNA ORANGE.
B. TANDAN MENGKAL :
TANDAN SEGAR YANG BERWARNA ORANGE KEMERAHAN ATAU
UNGU KEMERAHAN DAN MESOKRAP BUAH LAPISAN LUARNYA
BERWARNA ORANGE KEKUNINGAN.
C. TANDAN MUDA :
TANDAN SEGAR YANG BERWARNA HITAM ATAU UNGU KEHITAMAN DAN MESOKRAP BUAH LAPISAN LUARNYA BERWARNA KEKUNINGAN.
D. TANDAN TERLALU MASAK
TANDAN SEGAR YANG MEMPUNYAI BUAH BERWARNA MERAH TUA DAN LEBIH DARI 50 % BUAHNYA TELAH MEMBERONDOL DARI TANDAN, TAPI SEKURANGNYA 10 % MASIH MELEKAT.
E. TANDAN KOSONG
TANDAN YANG LEBIH DARI 90 % TELAH RONTOK DARI TANDANNYA PADA WAKTU PEMERIKSAAN
F. TANDAN BUSUK
TANDAN YANG SEBAGIAN ATAU SELURUH BRONDOLANNYA TELAH RONTOK, WARNA KEHITAMAN, BUSUK DAN BERKERUT.
G. TANDAN TANGKAI PANJANG
TANDAN SEGAR YANG TANGAKINYA MELEBIHI 5 CM DARI PARAS
TERBAWAH TANGKAI TANDAN.
H. TANDAN TIDAK SEGAR
TANDAN YANG TELAH DIBIARKAN DILAPANGAN LEBIH DARI 48 JAM.
I. TANDAN KOTOR
TANDAN YANG LEBIH DARI SEPARUHNYA PERMUKAAN BUAHNYA BERLUMPUR, BERPASIR, DAN BERBALUT SAMPAH,
J. TANDAN KECIL
TANDAN YANG UKURAN BUAHNYA KECIL DAN BERATNYA KURANG DARI 2,3 KG ( 5 LBS ).
K. TANDAN RUSAK
TANDAN YANG LEBIH DARI 30 % PERMUKANNYA ATAU BAGIAN
BUAHNYA TELAH RUSAH DISERANG HAMA DAN TIKUS.
L. TANDAN BERPENYAKIT
TANDAN DENGAN BUAH TIDAK NORMAL BENTUK DAN
KEPADATANNYA ATAU LEBIH DARI 5 % BUAH (PARTHENOCRPIC )
M. TANDAN DURA
TANDAN SEGAR YANG BUAHNYA PUNYA CIRI-CIRI:
- TEBAL TEMPURUNG 2 - 8 MM
- BESAR TEMPURUNG DENGAN BUAH 25 % – 50 %
- BESAR MESOKRAP DENGAN BUAH 20 % - 60 %
- BESAR ISI RUANG DENGAN BUAH 4 % - 20 %
- TIDAK ADA SERABUT YANG MENGELILINGI BIJI
N. BUAH RONTOK
BUAH YANG BERWARNA ORANGE KEMERAHAN YANG TELAH
MEMBERONDOL KARENA SUDAH MATANG.
O. TANDAN BASAH
BUAH YANG MEMPUNYAI KADAR AIR BERLEBIHAN.
ATURAN PENYORTIRAN
AKTIFITAS YANG HARUS DILAKUKAN :
SAMPEL TANDAN BUAH KELAPA SAWIT YANG TELAH DIPILIH AKAN DI SORTIR UNTUK MENENTUKAN MUTU TANDAN DAN KADAR MINYAK YANG BISA DI DAPAT. AKTIFITAS-AKTIFITAS YANG PERLU DILAKUKAN PADA WAKTU PENYORTASIAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT.
1. PEMERIKSAAN DAN PENILAIAN MUTU TANDAN
2. PEMISAHAN TANDAN YANG TIDAK BERMUTU
3. UNTUK MENGETAHUI KADAR MINYAK SETELAH DISORTIR
PEMERIKSAAN DAN PENILAIAN MUTU TANDAN
A. PENYORTASIAN TBS HENDAKNYA DILAKUKAN DI HADAPAN PEMILIK BUAH ATAU ANG MEWAKILI
B. TRUK YANG BERISI TBS YANG TELAH DIPILIH UNTUK DISORTIR KEMUDIAN DI BONGKAR DILOADING RAMP. KETIKA PEMBONGKARAN, PASTIKAN TBS BENAR-BENAR DI SORTIR.
C. RUMUS MENGETAHUI BERAT JANJANG RATA-RATA ( BJR ) :
BERAT MUATAN BERSIH ( KG )
BJR = ---------------------------------------------------------
JUMLAH TANDAN
CONTOH : BERAT MUATAN BERSIH TBS DALAM 1 TRUK YANG DITERIMA ADALAH 5500 KG, DAN JUMLAH TANDAN YANG DIKIRIM DARI KEBUN ADALAH 380 TANDAN, MAKA BERAT JANJANG RATA-RATA ADALAH :
5500 KG
BJR = -----------------------
380 TDN
BJR = 14,47 KG
D. PEMILIHAN SAMPEL DIPILI H SECARA ACAK SEBANYAK 50
SAMPAI 100 TANDAN DAN DIPISAHKAN DARI TANDAN-TANDAN
YANG LAIN.
E. PENYORTASIAN TBSNYA BERPEDOMAN PADA KRITERIA-KRITERIA
KLASIFIKASI MUTU TANDAN.
PENYORTASIANNYA DIPISAHKAN MENJADI 5 BAGIAN :
1. TANDAN MASAK
2. TANDAN MENGKAL
3. TANDAN MUDA
4. TANDAN KOSONG
5. TANDAN BUSUK
MASUKKAN ANGKA-ANGKA DAN PERSEN TIAP-TIAP TANDAN
TERSEBUT KEDALAM BUKU LAPORAN SORTASI
F. UNTUK SEMUA SAMPEL YANG TELAH DISORTIR, PISAHKAN DALAM 5 KELOMPOK :
1. TANDAN TANGKAI PANJANG
2. TANDAN KOTOR
3. TANDAN DURA
4. TANDAN BASAH
G. DATA YANG DIPEROLEH DAN PERSENTASE TIAP-TIAP TANDAN
TERSEBUT DIMASUKKAN DALAM BUKU LAPORAN
PEMISAHAN TANDAN YANG TIDAK BERMUTU
A. TBS YANG TIDAK BERMUTU YANG AKAN DIKENAKAN PENYORTIRAN
ADALAH DENGAN KATEGORI :
1. TANDAN MUDA
2. TANDAN MENGKAL
3. TANDAN KOSONG
4. TANDAN BUSUK
5. TANDAN TANGKAI PANJANG
6. TANDAN KOTOR
7. TANDAN DURA
8. TANDAN LAMA
9. TANDAN BASAH
B. TRUK PENGANGKUT TBS YANG DISEBUT MUTUNYA TIDAK BAGUS
DAN DIKEMBALIKAN KE SUPLIERNYA, JIKA MEMENUHI KRITERIA
SBB :
1. TANDAN KOSONGNYA MELEBIHI 20 %
2. BERISI TANDAN KOTOR MELEBIHI 30 %
DALAM PRAKTEK DILAPANGAN AKAN SANGAT SULIT UNTUK MENEMUKAN TRUK PANGANGKUT TBS DENGAN KEMURNIAN 100 %,
KARENA ITU TRUK PENGANGKUT TBS YANG DIANGGAP BERMUTU JIKA SUDAH MEMENUHI KATEGORI :
KATEGORI TANDAN GRADING
1. TANDAN MASAK ≥ 90 %
2. TANDAN MENGKAL ≤ 10 %
3. TANDAN TANGKAI PANJANG ≤ 5 %
4. TANDAN MUDA 0 %
5. TANDAN DURA 0 %
6. TANDAN KOSONG 0 %
7. TANDAN BUSUK 0 %
8. TANDAN KOTOR 0 %
9. TANDAN LAMA 0 %
10. TANDAN BASAH 0 %
UNTUK MENGETAHUI KADAR MINYAK SETELAH DISORTIR
1. RENDEMEN BELI ADALAH ESTIMSI RENDEMEN / KDAR HASIL
PEMERASAN MINYAK SETELAH DISORTIR
2. RENDEMEN KONFIRMASI ADALAH ESTIMASI RENDEMEN MINYAK
DARI BAGIAN PEMBELIAN TBS DENGAN MUTU BUAH, TAHUN
TANAM, BERAT JANJANG RATA-RATA, JENIS TBS DURA ATAU
TENERA.
3. HUBUNGAN ANTARA RENDEMEN BELI DENGAN RENDEMEN
KONFIRMASI SERTA ESTIMASI RENDEMEN GRADING DENGAN
RENDEMEN HASIL OLAHAN PABRIK ADALAH SBB :
REND BELI < REND KONFIRMASI < REND GRADING < REND HASIL OLAH
4. GRADING DI PABRIK HARUS BERPEDOMAN PADA RENDEMEN
KONFIRMASI DARI OPERASIONAL. JADI ESTIMASI RENDEMEN
GRADING HARUS DIHITUNG SBB :
EST REND GRADING = EST REND SEBELUM POTONG + EST REND POTONG
5. EST RENDEMEN GRADING SETELAH SORTIR DICATAT DALAM BUKU
RINGKASAN PENYORTIRAN BULANAN UNTUK COUNTER CEK
TERHADAP RENDEMEN GRADING DAN RENDEMEN HASIL OLAHAN
PABRIK.
PELAPORAN
BUKU LAPORAN ADALAH : TEMPAT MENCATAT SEMUA KEGIATAN PENYORTIRAN TBS SERTA KEKELIRUN DAN HAL-HAL YANG TIDAK DIINGINKAN TERJADI PADA SETIAP TRUK DAN PEMILIKNYA.
MASALAH-MASALAH YANG HARUS DI CATAT ADALAH SBB :
A. BERAT BERSIH MUATAN ( NETTO )
B. JUMLAH TANDAN DALAM MUATAN
C. BERAT JANJANGAN RATA-RATA
D. PERSEN TANDAN MUDA
E. PERSEN TANDAN MENGKAL
F. PERSEN TANDAN MASAK
G. PERSEN TANDAN KOSONG
H. PERSEN TANDAN BUSUK
I. PERSEN TANDAN TANGKAI PANJANG
J. PERSEN TANDAN KOTOR
K. PERSEN TANDAN DURA
L. PERSEN TANDAN LAMA
M. PERSEN TANDAN BASAH
N. MUTU TANDAN
O. NAMA DAN TANDA TANGAN PEGAWAI
BUKU RINGKASAN BULANAN ADALAH : TEMPAT MERUMUSKAN SEGALA CATATAN YANG TERCATAT PADA BUKU LAPORAN SORTASI DALAM SATU SALINAN UNTUK DI FAILKAN OLEH PABRIK.
MASALAH-MASALAH YANG PERLU DICATAT PADA BUKU RINGKASAN BULANAN ADALAH :
A. JUMLAH TBS YANG DITERIMA DARI MASING-MASING SUPLIER.
B. JUMLAH DAN PERSENTASE TBS YANG DI SORTIR ( DIPOTONG )
C. RENDEMEN YANG DIHASILKAN PABRIK SEBELUM POTONGAN.
D. RENDEMEN YANG DIHASILKAN PABRIK SETELAH POTONGAN.
E. BERAT JANJANGAN RATA-RATA TIAP SUPLIER.
F. PERSENTASE POTONGAN TANDAN MUDA/BUAH MENTAH (JIKA ADA TIDAK DI PULANGKAN )
G. PERSENTSE POTONGAN TANDAN MENGKAL.
H. PERSENTSE TANDAN MASAK.
I. PERSENTASE POTONGAN TANDAN KOSONG
J. PERSENTASE POTONGAN TANDAN/BRONDOLAN BUSUK.
K. PERSENTASE POTONGAN TANGKAI PANJANG.
L. PERSENTASE POTONGAN TANDAN BASAH ( POTONGAN AIR )
M. NAMA DAN TANDA TANGAN PEGAWAI.
Artikel Terkait Selain GRADING/SORTIRAN TBS UNTUK TBS NON KEBUN
:
di 01.13.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Kamis, 29 Januari 2015
kegiatan


0 komentar:
Posting Komentar