Pengangkutan
Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
1.
PENDAHULUAN
Tanaman
kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi (buah/bunch) yang
tonase per ha dan per tahunnya sangat tinggi dibandingkan dengan
tanaman-tanaman lain (dapat mencapai 35 ton TBS/ha/tahun). Oleh karena itu
organisasi atau pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah
satu pekerjaan yang terpenting/utama.
Pada
umumnya pengangkutan buah menggunakan kendaraan truk (dump truck atau light
truck). Namun pada beberapa kasus (terutama kebun di areal gambut) pengangkutan
buah ada yang menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif langsung dari
blok-blok ke pabrik. Beberapa kebun kendaraan pengangkutan buah disediakan
sendiri. Namun ada juga kebun-kebun yang menggunakan kendaraan sewa seluruhnya
untuk pengangkutan buah (pengangkutan oleh kontraktor).
Transport
buah (Fruit Fresh Bunches = FFB) merupakan mata rantai dari 3 (tiga) mata
rantai yang terpenting dan saling mempengaruhi yaitu Panen, Angkut dan Olah
atau disingkat PAO, seperti gambar berikut :
Dalam
ketiga rangkaian tersebut tidak boleh ada yang tidak sinkron. Pada saat akan
panen harus sudah ditaksasi dari jumlah tandan buah segar (TBS)-nya sehingga
sudah dapat dihitung kebutuhan angkutannya dan juga sudah dapat memperkirakan
pengolahan hari besoknya.
Ada 4
(empat) hal yang menjadi sasaran kelancaran transport FFB yaitu :
–
Menjaga agar ALB (Asam Lemak Bebas) produksi harian 2-3%
– Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
– Keamanan TBS di lapangan
– Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal
– Kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik
– Keamanan TBS di lapangan
– Cost (Rp/Kg TBS) transport yang minimal
2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN TRANSPORT FFB
2.1.
ORGANISASI PANEN
R Rotasi panen dijaga
antara 6-7 hari, sehingga persentase brondolan terhadap janjang maksimum 7-9%.
Hal ini perlu agar jangan terlampau banyak waktu yang dibutuhkan untuk
mengangkat brondolan dari TPH ke kendaraan.
R Buah harus diletakkan
oleh karyawan potong buah di TPH yang telah ditentukan (bernomor). Interval TPH
ialah : tiap 3 (tiga) jalan pikul ada 1 (satu) TPH., seperti contoh pada
Ilustrasi Gambar-1.
R Panen dalam setiap hari
agar diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu mandoran
dengan mandoran yang lain. Dan juga arah majunya dari satu ancak ke ancak yang
lain diusahakan menurut atau melawan arah putaran jarum jam. Kedua aspek ini
perlu dalam rangka efisiensi.
R Harus dihindari adanya
potongan-potongan ancak panen di suatu mandoran, artinya diusahakan agar 1
(satu) ancak selesai dipotong dalam 1 (satu) hari.
R Sesudah selesai dipotong
satu jalan pikul, karyawan panen harus langsung mengeluarkannya ke TPH. Hal ini
perlu agar transport buah sudah dapat dimulai paling lambat jam 08.30 setiap
hari. Oleh karena itu, kerani buah harus secepatnya memeriksa dan menerima
buah.
R Realisasi tonase buah
yang dipanen setiap hari harus hampir sama dengan tonase taksasi buah yang
dibuat kemarin sorenya. Hal ini diperlukan untuk penentuan jumlah kendaraan
yang akan disediakan.
R Panen hari Minggu
sebaiknya dihindari untuk memberi kesempatan waktu untuk reparasi alat-alat
transport dan kesempatan istirahat kepada supir dan kenek.
2.2.
BENTUK/POLA JALAN DI DALAM KEBUN
R Sedapat mungkin harus
diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah maksimum ± 300 m (33 pokok).
R Jalan-jalan buntu (tidak
tembus) diminimalkan dan sebaiknya tidak ada.
R Di areal berbukit
diusahakan jalan dibangun di kaki bukit bukan diatas bukit
2.3.
KONDISI/PERAWATAN JALAN
R Faktor utama kelancaran
transport ialah kondisi/perawatan jalan. Masih banyak staf lapangan beranggapan
bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport,
padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dibawah kapasitas
standarnya. Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi jalan yang tidak
memadai.
Merupakan
suatu gejala umum di perkebunan selama ini yaitu Road Greader yang disediakan
perusahaan banyak digunakan untuk menarik kendaraan yang amblas oleh karena
kerusakan jalan. Sebaiknya pemanfaatan Road Greader yang demikian harus
dihindari atau ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentuk dan merawat
jalan.
R Perawatan jalan dengan
batu terutama dengan batu padas sebaiknya diminimalkan, karena batu padas yang
menonjol sering merusakkan ban dan gardan kendaraan (truk dan jeep). Juga
perawatan jalan yang telah diberi batu padas sering mengalami kesulitan apabila
dirawat lagi dengan Road Greader. Salah satu penyebab seringnya terjadi
kerusakan Road Greader adalah karena batu padas yang ada di jalan.
2.4.
JENIS DAN TIPE ALAT TRANSPORT
Pemilihan
jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari
oleh faktor jarak afdeling/blok dengan pabrik, seperti :
Jarak
Afd/blok-Pabrik
(km) a. Langsung ke pabrik
b.Tidak langsung (stop over di loading ramp Afdeling) Jenis/Tipe
Kendaraan Kapasitas
(ton/hari)
24 Langsung Truck biasa
(kapasitas 7 – 10 ton) Tergantung jarak ke pabrik
Afd/blok-Pabrik
(km) a. Langsung ke pabrik
b.Tidak langsung (stop over di loading ramp Afdeling) Jenis/Tipe
Kendaraan Kapasitas
(ton/hari)
24 Langsung Truck biasa
(kapasitas 7 – 10 ton) Tergantung jarak ke pabrik
2.5.
KONDSI/PERAWATAN ALAT-ALAT TRANSPORT
Perawatan
alat-alat transport di banyak perusahaan perkebunan masih termasuk titik lemah.
Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya
pengetahuan teknik dari para staf terutama asisten lapangan.
Aspek-aspek
yang kurang mendapat perhatian ialah :
j Lemahnya pengetahuan
tehnis karyawan di bengkel
k Kurang disiplin jadwal doorsmer
l Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
m Pengetahuan tehnis para supir yang minim
n Kondisi pasar yang tidak memadai
o Transport FFB yang sampai larut malam
p Sistim premi transport yang kurang menarik
q Dan lain-lain
k Kurang disiplin jadwal doorsmer
l Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan
m Pengetahuan tehnis para supir yang minim
n Kondisi pasar yang tidak memadai
o Transport FFB yang sampai larut malam
p Sistim premi transport yang kurang menarik
q Dan lain-lain
2.6.
ORGANISASI PENGOPERASIAN ALAT-ALAT TRANSPORT
Perlunya
dihayati bahwa penyediaan kendaraan (truk dan wheel tractor) oleh perusahaan di
perkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian
untuk angkutan lain-lain.
Apabila
semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase
pemakaian kendaraan adalah sebagai berikut :
Angkutan
lain (pupuk, karyawan, bibit dan lain-lain) = 20 – 25 %
Angkutan buah (FFB) = 75 – 80 %
Angkutan buah (FFB) = 75 – 80 %
Oleh
karena itu penentuan jumlah kendaraan per afdeling terutama ditentukan jumlah
produksi per hari.
Efisiensi
pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila :
R Setiap hari Kepala
Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap
sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari
taksasi, maksimal 2 (dua) %. Hal ini penting dalam rangka penentuan jumlah
kendaraan oleh mandor transport atau Kepala Transport.
R Angkutan pupuk dan
angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30 sehingga diatas
jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah.
R Supir dan kenek harus
bawa bekal (bontot). Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan minum.
R Jadwal “doorsmer” haus
benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini harus tetap tersedia 1-2 unit kendaraan
untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani “doorsmer” atau direparasi
tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan bagian-bagian yang perlu
diperbaiki.
R Jangan dibiarkan
mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH).
R Kapasitas setiap
kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu apabila TBS dari satu
afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain yang
terkendala transportasinya.
R Jangan ada pergerakan
kendaraan yang tidak efisien.
R Pengisian BBM setiap
hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari sebelumnya.
2.7.
SISTEM PREMI TRANSPORT
Disusun
sedemikian rupa dengan mempertimbangkan :
R Jenis/tipe alat
transport
R Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
R Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.
R Jarak dari afdeling/blok ke loading ramp dan pabrik
R Apakah stop over di loading ramp divisi atau tidak.
2.8.
KAPASITAS LOADING RAMP DAN KELANCARAN PENGOLAHAN TBS DI PABRIK
Loading
ramp dibangun sedemikian rupa sehingga kapasitasnya tidak sampai menyebabkan
alat-alat transport menunggu untuk menuangkan TBS, terutama sewaktu ada
stagnasi pengolahan di pabrik.
Menurut
pengalaman, ada baiknya disediakan loading ramp dan lori dengan kapasitas total
dapat menampung minimal produksi 1 (satu) hari. Tetapi penyediaan loading ramp
lebih ekonomis dari penyediaan lori (cage) karena investasi dan maintenance
cage lebih mahal.
Hal
diatas perlu dikemukakan sehingga tidak ada restan buah (TBS) di lapangan dan
jangan sampai panen dihentikan sewaktu ada stagnasi pengolahan di pabrik.
3.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGANGKUTAN BUAH
1.
Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk
sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120). Demikian juga jadwal
tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba di pabrik harus diatur sedemikian
rupa agar operasional kendaraan optimal dan proses pengolahan di pabrik
berjalan lancar.
2.
Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan tandan pertama
diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00 sedangkan tandan terakhir
selambat-lambatnya pukul 22.00. Setiap kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3
orang tukang muat bongkar dan 1 orang kerani muat.
3.
Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan disebelah
atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut terangkut ke pabrik serta
semua brondolan dipastikan dimuat ke dalam kendaraan
4. Di
pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling
yang bersangkutan.
5. TBS
yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila diperlukan, TBS
di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat perjalanan cukup jauh dan
melawati jalan negara atau kondisi jalan rusak berat).
4.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN KENDARAAN PENGANGKUTAN BUAH
Untuk
menghitung jumlah kebutuhan kendaraan truk pengangkut buah harus
memper-timbangkan produksi buah setahun dan faktor-faktor lain, yaitu :
a.
Kondisi jalan dan jembatan
b. Kapasitas truk,
c. Kecepatan kendaraan
d. Jarak lokasi panen
e. Lamanya muat buah di lapangan
f. Lamanya pembongkaran buah di pabrik
b. Kapasitas truk,
c. Kecepatan kendaraan
d. Jarak lokasi panen
e. Lamanya muat buah di lapangan
f. Lamanya pembongkaran buah di pabrik
Contoh
perhitungan :
A.
Menentukan lama perjalanan (trip) kendaraan :
Kapasitas
angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam
Lamanya muat buah ke dalam truk = 40 menit
Lamanya bongkar buah di pabrik = 20 menit
Jarak pabrik ke lokasi panen = 20 km
Kecepatan rata-rata kendaraan truk = 40 km/jam
Maka
lama perjalanan kendaraan = (40+20 menit)+{(2×20 km)/40 km/jam}
= 120 menit atau 2 jam
= 120 menit atau 2 jam
B.
Menentukan jumlah trip kendaraan :
Hari
kerja kendaraan truk per hari = 10 jam
Maka
jumlah trip kendaraan truk = 10 jam/2 x 1 trip
= 5 trip/hari
= 5 trip/hari
C.
Menentukan jumlah buah diangkut :
Kapasitas
angkut kendaraan truk = 5 ton/unit
Maka
jumlah buah diangkut ke pabrik = 5 ton x 5 trip/hari
= 25 ton/hari/unit
= 25 ton/hari/unit
D.
Menentukan jumlah pemanen :
Prestasi
pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau
= 100 kg/jam
= 100 kg/jam
Maka
jumlah buah dipanen 2 jam = 100 kg/jam x 2 jam
= 200 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen
= 25 pemanen
= 200 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1 pemanen
= 25 pemanen
E.
Menentukan luas areal dipanen :
Produksi
buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka
jumlah buah per pusingan = 20.000 kg/52
= 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha
= 12,99 ha atau
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha
= 64,95 ha
= 385 kg
Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000 kg/385 kg x 1 ha
= 12,99 ha atau
Untuk 1 hari kerja truk (10 jam) = 5 x 12,99 ha
= 64,95 ha
F.
Menentukan jumlah kendaraan truk :
Luas
areal panen (TM) = 600 ha
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Pusingan panen = 5/7 hari (52 pusingan/tahun)
Maka
luas areal panen per hari = 600 ha/5
= 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk
= 1,85 truk
= 120 ha
Jumlah truk yang diperlukan = 120 ha/64,95 ha/truk
= 1,85 truk
5.
PERHITUNGAN PREMI PENGANGKUTAN BUAH
5.1.
FORMULASI PERHITUNGAN PREMI
Perhitungan
premi pengangkutan buah tergantung pada beberapa faktor yang berpengaruh
langsung terhadap pengangkutan, yaitu :
a. Jam
kerja
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 1 trip,
c. Kapasitas angkut kendaraan
d. Nilai upah karyawan
e. Prestasi kerja
b. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 1 trip,
c. Kapasitas angkut kendaraan
d. Nilai upah karyawan
e. Prestasi kerja
Rumusnya
sebagai berikut :
Keterangan
: P = Jumlah Premi
H = Realisasi Kapasitas per Hari
JK = Jam Kerja
WT = Jumlah Waktu yang Dibutuhkan untuk satu Trip
D = Daya Angkut Kendaraan
JU = Jumlah Upah Regu
PN = Prestasi Normal
NAT = Nilai Angka Traksi
NK = Nilai Kapasitas
C = Faktor Koreksi
H = Realisasi Kapasitas per Hari
JK = Jam Kerja
WT = Jumlah Waktu yang Dibutuhkan untuk satu Trip
D = Daya Angkut Kendaraan
JU = Jumlah Upah Regu
PN = Prestasi Normal
NAT = Nilai Angka Traksi
NK = Nilai Kapasitas
C = Faktor Koreksi
Rumus
diatas dapat dipakai untuk semua jenis kendaraan dan jenis angkutan umumnya.
Penyesuaian dilakukan dengan memakai angka koreksi, oleh karena itu yang perlu
diperhatikan adalah :
/ Koreksi menurut jenis
kendaraan (k)
/ Koreksi menurut jenis material yang diangkut (r)
/ Koreksi menurut besar kecilnya buah yang diangkut (b)
/ Koreksi menurut situasi dan kondisi khusus setempat (t)
/ Koreksi menurut jenis material yang diangkut (r)
/ Koreksi menurut besar kecilnya buah yang diangkut (b)
/ Koreksi menurut situasi dan kondisi khusus setempat (t)
Premi
pengangkutan digolongkan menjadi 5 (lima) jenis pengangkutan (koreksi nilai r),
yaitu :
a.
Pengangkutan buah
b. Pengangkutan cangkang, tandan kosong, abu, pupuk, kernel, batu, beras
c. Pengangkutan buah dengan lokomotif
d. Pengangkutan penumpang (manusia)
e. Pengangkutan lain-lain
b. Pengangkutan cangkang, tandan kosong, abu, pupuk, kernel, batu, beras
c. Pengangkutan buah dengan lokomotif
d. Pengangkutan penumpang (manusia)
e. Pengangkutan lain-lain
Pengangkutan
buah dibagi menjadi 4 (empat) jenis kendaraan sesuai dengan prestasi normalnya
(koreksi k), yaitu :
P Kendaraan Tipping Truck
(Dump Truck)
P Kendaraan Fixed Body Truck (Light Truck)
P Kendaraan Tipping Trailer
P Kendaraan Fixed Body Trailer
P Kendaraan Fixed Body Truck (Light Truck)
P Kendaraan Tipping Trailer
P Kendaraan Fixed Body Trailer
Tiap-tiap
angkut buah, disusun 1 (satu) regu pengangkutan yang terdiri dari :
P Seorang kepala regu
yaitu supir kendaraan tersebut
P Seorang kernet juga yang bertugas sebagai pemuat buah
P Dua orang pemuat buah dari afdeling yang bersangkutan
P Kerani muat ditiadakan dan fungsinya dirangkap oleh supir
P Seorang kernet juga yang bertugas sebagai pemuat buah
P Dua orang pemuat buah dari afdeling yang bersangkutan
P Kerani muat ditiadakan dan fungsinya dirangkap oleh supir
Dengan
formasi tersebut diatas, premi masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
a.
Masing-masing tukang muat dari afdeling diberikan premi 1/3 x total premi group
(= dibulatkan 34%)
b. Kernet diberi premi 34% + 4% (sebagai tambahan penghargaan atas pembersihan kendaraan)
c. Supir mendapat premi :
b. Kernet diberi premi 34% + 4% (sebagai tambahan penghargaan atas pembersihan kendaraan)
c. Supir mendapat premi :
140% x
premi Kernet + premi 2 orang pemuat
= 50%
3
= 50%
3
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi minimum untuk semua
kendaraan, dengan berbagai ukuran jarak sudah dapat ditentukan, sehingga
rumusnya dapat disederhanakan menjadi :
Dimana B
= 0,8 PN x JK x D. Seperti dikemukakan diatas masih ada faktor koreksi lain
yaitu k, b dan t.
Besar PN
pada dasarnya ditentukan oleh WT dan D. Dari hasil pengamatan dapat ditentukan
bahwa PN untuk semua jenis kendaraan berbeda menurut jarak, sebagai berikut :
No Jenis
Kendaraan Jarak Ditempuh PP (Km) Singkatan PN (Kg)
Normal x 0,8
1. Fixed Body Truck 10 FB-1 4.750 3.800
2. Fixed Body Truck 11-20 FB-2 4.500 3.600
3. Fixed Body Truck 20 FB-3 4.250 3.400
4. Tipping Truck 10 TT-1 5.500 4.400
5. Tipping Truck 11-20 TT-2 5.000 4.000
6. Tipping Truck 20 TT-3 4.500 3.600
7. Tipping Trailer 10 TR-1 5.000 4.000
8. Tipping Trailer 11-20 TR-2 4.500 3.600
9. Tipping Trailer 20 TR-3 4.000 3.200
10. Fixed Body Trailer 10 FT-1 4.000 3.200
11. Fixed Body Trailer 11-20 FT-2 3.650 2.900
12. Fixed Body Trailer 20 FT-3 3.400 2.700
Normal x 0,8
1. Fixed Body Truck 10 FB-1 4.750 3.800
2. Fixed Body Truck 11-20 FB-2 4.500 3.600
3. Fixed Body Truck 20 FB-3 4.250 3.400
4. Tipping Truck 10 TT-1 5.500 4.400
5. Tipping Truck 11-20 TT-2 5.000 4.000
6. Tipping Truck 20 TT-3 4.500 3.600
7. Tipping Trailer 10 TR-1 5.000 4.000
8. Tipping Trailer 11-20 TR-2 4.500 3.600
9. Tipping Trailer 20 TR-3 4.000 3.200
10. Fixed Body Trailer 10 FT-1 4.000 3.200
11. Fixed Body Trailer 11-20 FT-2 3.650 2.900
12. Fixed Body Trailer 20 FT-3 3.400 2.700
Untuk
memudahkan perhitungan, kemudian disusun koreksi nilai k dengan dasar FB-1 = 1
Jenis
& Jarak FB1 FB2 FB3 TT1 TT2 TT3 TR1 TR2 TR3 FT1 FT2 FT3
K 1,00 1,05 1,10 0,86 0,95 1,05 0,95 1,05 1,18 1,20 1,30 1,40
K 1,00 1,05 1,10 0,86 0,95 1,05 0,95 1,05 1,18 1,20 1,30 1,40
Besar
kecilnya buah mempengaruhi PN dan WT. Tandan yang kecil ( 5 kg). Untuk itu
diberi faktor koreksi (b) sebesar 1,25 (angka ini merupakan angka pengamatan).
Setiap
kebun mempunyai kondisi jalan, topografi, kondisi kendaraan dan lain-lain yang
berbeda. Oleh karena itu agar karyawan jangan dirugikan, maka perlu faktor
koreksi (t). Angka koreksi ini dapat berkisar antara 0,9 – 1,1. Angka koreksi
ini diajukan tiap tahun oleh kebun kepada direktur operasi untuk disyahkan atau
mendapat persetujuan.
Untuk
lebih memotivasi karyawan agar bekerja lebih baik, maka perlu diberi tambahan
penghargaan khususnya bagi yang prestasinya semakin meningkat. Penghargaan ini
disebut Nilai Kapasitas (NK). Jadi nilainya akan berbeda untuk setiap kapasitas
angkut yang berbeda atau semakin besar hasil yang dapat dicapai maka nilai per
satuan akan semakin besar pula.
Setiap
kendaraan ditentukan batas prestasi yang diberi penghargaan optimal. Apabila
kendaraan tersebut dapat mengangkut lebih banyak dari batas tersebut maka
kendaraan diberi penghargaan tambahan. Pemberian tambahan penghargaan (NK)
tersebut ditetapkan berdasarkan konsensus yang diatur sebagai berikut :
NILAI
KAPASITAS (NK)
Presentasi
Kapasitas Terhadap PN (JJ) Nilai Kapasitas (NK)
80 – 100 1,00
101 – 125 1,05
125 – 150 1,10
151 – 175 1,15
176 – 200 1,20
201 – 250 1,17
251 – 300 1,12
301 – 350 1,04
>350 1,00
80 – 100 1,00
101 – 125 1,05
125 – 150 1,10
151 – 175 1,15
176 – 200 1,20
201 – 250 1,17
251 – 300 1,12
301 – 350 1,04
>350 1,00
Dengan
menggabungkan tabel k dan tabel NK maka dapat disusun k x NK untuk semua
kendaraan seperti daftar berikut :
K A P A
S I T A S
JENIS NK 80-100 101-125 125-150 151-175 176-200 201-300 251-300 301-350 > 350
KND F 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,17 1,12 1,04 1,00
JENIS NK 80-100 101-125 125-150 151-175 176-200 201-300 251-300 301-350 > 350
KND F 1,00 1,05 1,10 1,15 1,20 1,17 1,12 1,04 1,00
FB1 1.00
1.00 1.05 1.10 1.15 1.20 1.17 1.12 1.04 1.05
FB2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
FB3 1.10 1.10 1.15 1.21 1.26 1.32 1.28 1.23 1.14 1.10
FB2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
FB3 1.10 1.10 1.15 1.21 1.26 1.32 1.28 1.23 1.14 1.10
TT1 0.86
0.86 0.90 0.94 0.98 1.03 1.00 0.96 0.89 0.86
TT2 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 1.98 1.95
TT3 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TT2 0.95 0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 1.98 1.95
TT3 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR1 0.95
0.95 0.99 1.04 1.09 1.14 1.11 1.06 0.98 0.95
TR2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR3 1.18 1.18 1.23 1.29 1.35 1.41 1.38 1.32 1.22 1.18
TR2 1.05 1.05 1.10 1.15 1.20 1.26 1.22 1.17 1.09 1.05
TR3 1.18 1.18 1.23 1.29 1.35 1.41 1.38 1.32 1.22 1.18
FT1 1.20
1.20 1.26 1.32 1.38 1.44 1.40 1.34 1.24 1.20
FT2 1.30 1.30 1.36 1.43 1.49 1.56 1.52 1.45 1.35 1.30
FT3 1.40 1.40 1.47 1.54 1.61 1.68 1.63 1.56 1.45 1.40
FT2 1.30 1.30 1.36 1.43 1.49 1.56 1.52 1.45 1.35 1.30
FT3 1.40 1.40 1.47 1.54 1.61 1.68 1.63 1.56 1.45 1.40
5.2.
PERATURAN PELAKSANAAN MASING-MASING JENIS KENDARAAN
A.
Syarat-Syarat Kerja
Nilai
Tandan Diangkat (NTT)
u Tandan afkir tidak boleh
diangkat
v Tandan busuk harus ditinggalkan dengan hanya mengambil brondolannya saja
w Tandan jatuh harus diangkut kembali
x Brondolan di TPH harus diangkut bersih
y Brondolan dibersihkan sebelum diangkut
v Tandan busuk harus ditinggalkan dengan hanya mengambil brondolannya saja
w Tandan jatuh harus diangkut kembali
x Brondolan di TPH harus diangkut bersih
y Brondolan dibersihkan sebelum diangkut
Nilai
Kendaraan Pengangkutan (NKT)
u Kebersihan kendaraan
v Stagnasi kendaraan
w Ketepatan waktu operasi
v Stagnasi kendaraan
w Ketepatan waktu operasi
B. Cara
Pemeriksaan NAT
Setiap
kendaraan paling sedikit 4 kali per bulan diperiksa kelayakan operasi oleh
mekanik
C. Nilai
Pemeriksaan
Apabila
nilai NTT dan NKT sudah diketahui, maka NAT dihitung dengan mengambil rata-rata
kedua angka tersebut, sebagai berikut :
Contoh
Soal :
Satu
kendaraan FB-1 dalam satu hari bekerja dengan FB-2 hasilnya 8 ton dan dengan
kendaraan FB-3 hasilnya 7 ton, dimana 3 ton diantaranya dari tanaman muda
(tandan 5 kg). Afdeling tempat bekerja dengan t = 0,95.
NAT =
98%
Upah supir = Rp 750,- per hari
Upah KHUM = Rp 659,- hari
Upah supir = Rp 750,- per hari
Upah KHUM = Rp 659,- hari
Perhitungan
premi sebagai berikut :
8 2.700
P1 = [8.000 – {—— x 3 x 3.800}] x 1,10 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.400
P1 = [8.000 – {—— x 3 x 3.800}] x 1,10 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.400
= [8.000
– 6.080] x 1,10 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98
= Rp
1.382,-
4 2.700
P2 = [4.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.800
P2 = [4.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,00 x ——– x 0,98
15 3.800
= [4.000
– 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1 x 0,71 x 0,98
= Rp
1.126,-
4 2.700
P3 = [3.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x ——– x 0,98
15 3.800
P3 = [3.000 – {—— x 3 x 3.400}] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x ——– x 0,98
15 3.800
= [3.000
– 2.720] x 1,21 x 0,95 x 1,25 x 0,71 x 0,98
= Rp
1.056,-
P = P1 +
P2 + P3
= Rp 3.564,-
= Rp 3.564,-
34
Premi tukang muat = —— x Rp 3.564,-
156
Premi tukang muat = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp
777,-
38
Premi kernet truk = —— x Rp 3.564,-
156
Premi kernet truk = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp
868,-
50
Premi supir truk = —— x Rp 3.564,-
156
Premi supir truk = —— x Rp 3.564,-
156
= Rp
1.142,-
Premi
pengangkutan brondolan kelapa sawit dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Atau : 2
x harga angkut TBS
Keterangan
: P = Jumlah group
H = Hasil per hari group
B = Basis premi group
k = Sesuai tabel berdasar jenis kendaraan dan jarak
b = Angka koreksi muat berdasarkan besar kecilnya buah
t = Angka koreksi kondisi, topografi, jalan
JU = Jumlah upah sehari group
PN = Prestasi kapasitas
NAT = Nilai Angka Traksi
H = Hasil per hari group
B = Basis premi group
k = Sesuai tabel berdasar jenis kendaraan dan jarak
b = Angka koreksi muat berdasarkan besar kecilnya buah
t = Angka koreksi kondisi, topografi, jalan
JU = Jumlah upah sehari group
PN = Prestasi kapasitas
NAT = Nilai Angka Traksi
NILAI
PEMERIKSAAN (NAT)
KATAGORI
NILAI MACAM KESALAHAN VOLUME KESALAHAN DENDA YANG DIBERIKAN
1. NILAI TANDAN DIANGKUT 1. BUAH AFKIR 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
2. BUAH BUSUK 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
3. TANDAN JATUH 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
4. RATA-RATA BRONDOLAN TINGGAL DI TPH 0 – 3 0 %
1 – 10 1 %
11 – 20 3 %
21 – 30 6 %
> 30 10 %
5. KEBERSIHAN BRONDOLAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
II. NILAI KENDARAAN PENGANGKUT (NKT) 6. KEBERSIHAN KENDARAAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
7. KETERLAMBATAN OPERASI DI AFDELING 0 – 15 menit 0 %
16 – 30 menit 1 %
> 30 menit 3 %
8. STAGNASI KENDARAAN 10 % 0 %
10 – 25 % 1 %
> 25 % 3 %
1. NILAI TANDAN DIANGKUT 1. BUAH AFKIR 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
2. BUAH BUSUK 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
3. TANDAN JATUH 0 TANDAN 0 %
1 TANDAN 1 %
2 TANDAN 3 %
3 TANDAN 6 %
4 TANDAN 10 %
4. RATA-RATA BRONDOLAN TINGGAL DI TPH 0 – 3 0 %
1 – 10 1 %
11 – 20 3 %
21 – 30 6 %
> 30 10 %
5. KEBERSIHAN BRONDOLAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
II. NILAI KENDARAAN PENGANGKUT (NKT) 6. KEBERSIHAN KENDARAAN BAIK 0 %
SEDANG 1 %
JELEK 3 %
7. KETERLAMBATAN OPERASI DI AFDELING 0 – 15 menit 0 %
16 – 30 menit 1 %
> 30 menit 3 %
8. STAGNASI KENDARAAN 10 % 0 %
10 – 25 % 1 %
> 25 % 3 %
ADVERTISEMENT
0 komentar:
Posting Komentar