KGI-PALM KAMI MENGERTI NILAI HIDUP , PENYEDIA PALM OIL GO GREEN

Minggu, 18 Januari 2015

Kesuburan tanah

A.  ORGANISME TANAH
Pengertian Organisme tanah
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah.
Pengelompokan Organisme Tanah
Organisme tanah dikelompokan berdasarkan berbagai kategori, sebagai berikut:
(1) Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan: 1. organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll), 2. organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat, 3. organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah.
 Jenis-jenis organisme tanah
Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah:
Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites), kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian kecil. Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor, sedangkan rhizobium membantu tanaman untuk mendapatkan nitrogen. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi.
Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai sumber makanan mereka. Occupant/penghuni adalah jenis organisme tanah yang menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat (larvae) dan telur cacing.
Cara-cara organisme tanah membantu para petani
Mendaur ulang bahan organik
Organisme tanah mendaur ulang (recycle) bahan organik dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan yang mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain. Mereka memecah bahan organik menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad renik seperti jamur dan bakteri. Ketika mereka memakan bahan organik, sisa makanan dan kotoran mereka dapat membantu perbaikan struktur dan kesuburan tanah.
Organisme tanah membantu meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Ketika organisme tanah memakan bahan organik atau makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia disimpan didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan, dikeluarkan didalam kotoran mereka (sebagai contoh, phosphor dan nitrogen). Hara di dalam kotoran orgnisma tanah ini dapat diserap oleh akar tanaman.
Sebagian organisme tanah membina hubungan simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan kalau tidak ada kerjasama dengan organisme tanah. Sebagai contoh adalah mycorrhiza, yang membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak posfor, sedangkan rhizobia membantu tanaman untuk menyerap lebih banyak nitrogen.
Mereka memperbaiki struktur tanah
Bahan sekresi dari organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate yang lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa benang-benang halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur dapat mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate tanah yang besar pun tidak mudah pecah walaupun basah. Agregate tanah yang besar tersebut dapat menyimpan air tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan, air dapat dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregate–agregate tanah yang besar.
Organisme tanah yang lebih besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran (lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi (aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.
Organisme tanah dapat membantu pengendalian serangan hama dan penyakit
Organisme tanah yang memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit dengan cara mengontrol jenis dan jumlah orgnisme di dalam tanah.
Pengelolaan lahan pertanian yang dapat memperkaya organisme tanah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan para petani untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di lahan mereka, diantaranya adalah:

Menyediakan makanan.
Petani dapat menyediakan bahan makanan untuk orgnisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup tanah dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos, merang, pupuk hijau, dan pupuk kandang ke dalam tanah yang mereka kelola.
Menyediakan cukup oksigen (aerasi tanah yang baik).
Seperti mahluk hidup yang lain, organisme tanah membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani dapat menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme tanah dengan cara mencegah pemadatan tanah. Pemadatan tanah dapat mengurangi pori-pori
tanah sehingga ketersedian udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan tanah dapat terjadi apabila tanah diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau dilalui mesin-mesin berat secara berlebihan (trampling), terutama pada saat tanah sedang basah.
Menyediakan air.
Organisme tanah juga membutuhkan air dalam jumlah tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam tanah yang jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Aggergate tanah yang lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus, dan dapat mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase yang cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki kondisi tanah untuk habitat organisme tanah.
Melindungi habitat mereka.
Petani dapat mendukung kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber makanan bagi organisme tanah. Musa plastik dapat mengurangi resiko penyakit dan hama tertentu karena mulsa tersebut cenderung meningkatkan suhu permukaan tanah dan dapat menghambat pergerakan hama dari tanah ke tanaman. Tetapi mulsa plastik tidak dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga pendauran ulang unsur hara tidak terjadi. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah dimana orgnisme tanah hidup



B.     HUBUNGAN AIR TANAH DENGAN TANAH
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Kerusakan sumber air
Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam memengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air tanah di kawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan adalah:
  • Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaan air tanah.
  • Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh sumber air.
  • Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.
air tanah juga dapat di artikan semua air yang berapa di bawah permukaan tanah merupakan air tanah.
 Permasalahan Air Tanah
            Air tanah, khususnya untuk pemakaian rumah tangga dan industri, di wilayah urban dan dataran rendah memiliki kecenderungan untuk mengandung kadar besi atau asam organik tinggi. Hal ini bisa diakibatkan dari kondisi geologis Indonesia yang secara alami memiliki deposit Fe tinggi terutama di daerah lereng gunung atau diakibatkan pula oleh aktivitas manusia. Sedangkan air dengan kandungan asam organik tinggi bisa disebabkan oleh adanya lahan gambut atau daerah bakau yang kaya akan kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kadar besi tinggi atau kandungan senyawa organik tinggi bisa dilihat sebagai berikut :
  • Air mengandung zat besi
Air dengan kandungan zat besi tinggi akan menyebabkan air berwarna kuning. Pertama keluar dari kran, air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal dari sumber air sebelum keluar dari kran berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
  • Air kuning permanen
Air kuning permanen biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi tinggi, air kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari kran sampai beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning
Cekungan Air Tanah (CAT)
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk menjaga keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah salah satunya dengan memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air tanah yang dapat divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi masing-masing CAT adalah :
  • CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun
  • CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun
Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan.
3.MIKROORGANISME TANAH
            M­ikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.

            Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Proses klasik menggunakan mikroorganisme
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Produk Antibiotika
Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Proses menggunakan mikroba
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.
Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:
2NH3 + 3O2 ­­­­­­­­­­­­­­­­­ Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + energi
Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces (Dwidjoseputro, 2005).
Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.

C.    BAHAN ORGANIK TANAH

Bahan Organik Tanah Dan Sifat-Sifatnya Yang Meliputi Sifat Kimia , Fisika Dan Biologis :

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garamgaram (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organic dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh  penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated.
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Sumber Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
(1) sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa: (a) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e) akar.
(2) sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan mikrofauna.
(3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.

Komposisi Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari: (1) air (75%) dan (2) biomass kering (25%).
Komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin (25%),
(3) protein (10%),
(4) lemak, lilin dan tanin (5%).
Karbohidrat penyusun biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) gula dan pati (1% -s/d- 5%),
(2) hemiselulosa (10% -s/d- 30%), dan
(3) selulosa (20% -s/d- 50%).

Berdasarkan kategori unsur hara penyusun biomass kering, terdiri dari:
(1) Karbon (C = 44%),
(2) Oksigen (O = 40%),
(3) Hidrogen (H = 8%), dan
(4) Mineral (8%).

Dekomposisi Bahan Organik Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
(1) reaksi enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.
(2) reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa humus tanah.
Berdasarkan kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses mineralisasi, dan
(2) proses humifikasi.
Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman. Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposisi. Urutan kemudahan dekomposisi dari berbagai bahan penyusun bahan organik tanah dari yang terdekomposisi paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi paling lambat, adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati, dan protein sederhana,
(2) protein kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak, minyak dan lilin, serta
(6) lignin.

Humus
            Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri Humus Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi, sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300 me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan  granulasi aggregat tanah
(3) Tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.

Peranan Bahan Organik Terhadap Tanah
Bahan organik dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap sifat-sifat tanah berikut:
(1) sifat fisik tanah,
(2) sifat kimia tanah, dan
(3) sifat biologi tanah.
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat fisik tanah, meliputi:
(1) stimulan terhadap granulasi tanah,
(2) memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah,
(3) menurunkan plastisitas dan kohesi tanah,
(4) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan temperatur tanah menjadi stabil,
(5) mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
(6) menetralisir daya rusak butir-butir hujan,
(7) menghambat erosi, dan
(8) mengurangi pelindian (pencucian/leaching).
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi:
(1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yang mudah terurai,
(2) menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
(3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar ketimbang koloid anorganik,
(4) menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah, dan
(5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik.

            Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat biologi tanah, meliputi:
(1) meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makrobia dan mikrobia tanah), dan
(2) meningkatkan populasi organisme tanah (makrobia dan mikrobia tanah) Peningkatan baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan organik bagi organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme tanah heterotropik, dan
(2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah

            Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):
1.   Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N dengan cara:
-     menyediakan energi bagi bakteri penambat N
-  membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.   Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.   Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.   Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.   Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam tanah
6.   Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.   Meningkatkan suhu tanah
8.   Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.   Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik:
1.   Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2.   Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.   Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup. Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan. Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus
            Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
Sifat dan Ciri Humus
· Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
· Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
· Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
· Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
· Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat dan membantu granulasi agregat tanah.
· Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
· Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
· Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
1. Merupakan sumber energi jasad mikro.
2. Memberikan warna gelap pada tanah.
Faktor yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah
            Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Peranan Bahan Organik Bagi Tanah
            Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah
· Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer.
· Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
· Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
· Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
· Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
· Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah.
· Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
· Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen.
· Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah
            Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi. Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
                        Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.
Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah
            Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Peranan Bahan Organik Bagi Tanaman
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Pengaruh Langsung Bahan Organik pada Tanaman
Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman. Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro.
Pengaruh Tidak Langsung Bahan Organik pada Tanaman
            Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan. Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
· Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
· Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
· Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
· Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila tercampur dengan bahan organik.
· Mengurangi erosi
· Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
· Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah, sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya dapat terpenuhi dengan baik.
· Meningkatkan efisiensi pemupukan
Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan tersendiri bagi manusia.

2.      Kelarutan Mineral Dalam Tanah

Kelarutan mineral menunjukkan konsentrasi unsur atau ion dalam larutan yang disokong atau dipertahankan oleh mineral tertentu. Sebagai ontoh jika CaSO4. 2H2O (gipsum) ditambahkan ke dalam air, gypsum ini akan larut :

CaSO4. 2H2O «==» Ca+2 + SO4-2 + 2H2O                       

Reaksi ini menghasilkan dua ion : Ca+2 dan SO4-2 dan hasil kalinya disebut konstanta hasil kelarutan, atau Ksp, dimana :

                        Ksp  =  (Ca+2) (SO4-2)

Ksp adalah konstan, bila hasil dari konsentrasi ion < Ksp mineral akan melarut dan jika hasil dari konsentrasi ion > Ksp  maka mineral akan dipresipitasi.

            Jika CaSO4. 2H2O ditambahkan dalam air ini mulai melarut dan awalnya reaksi berjalan  hanya  ke sebelah kanan, maka konsentrasi Ca+2 dan  SO4-2 naik.  CaSO4. 2H2O yang larut akan bertambah sampai akhirnya terjadi reaksi balik dan terjadi kesetimbangan tetap antara yang larut (dissolution) dan yang dipresipitasikan (presipitasi). Dan jika ini terjadi larutan gipsum dalam keadaan jenuh (saturated). Jika air ditambahkan berlebih, maka Ca+2 dan  SO4-2 dalam larutan menjadi encer atau konsentrasinya turun. Jika ini terjadi hasil konsentrasi < Ksp, disebabkan CaSO4. 2H2O larut. Jika ditambah air yang cukup untuk melarutkan semua bahan padat gipsum, kesetimbangan terhenti, dan larutan menjadi tidak jenuh (unsaturated). Semisal jika air diuapkan (evaporasi), kemudian lebih banyak CaSO4.2H2O akan mengendap (presipitasi) karena hasil konsentrasinya lebih besar daripada Ksp. Contoh lain, jika MgSO4 ditambahkan, maka konsentrasi SO4=  akan naik menyebabkan CaSO4.2H2O lebih banyak diendapkan, sehingga hasil konsentrasi (Ca+2)(SO4-2) > Ksp.

            Banyak mineral di dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi ion dan hara tanaman di dalam larutan tanah. Sebagai contoh pada tanah masam, FePO4.2H2O merupakan suatu mineral yang umum yang mempengaruhi ketersediaan P.
  FePO4.2H2O + 2H+ ---- Fe+3 + H2PO4- + 2H2O
Ksp untuk reaksi adalah:
                  (Fe+3) (H2PO4-)
Ksp =   ----------------------------------
                           (H+)2

Ketika konsentrasi H2PO4- larutan tanah berkurang karena diserap tanaman, hasil konsentrasi ion sekarang < Ksp, kemudian mineral FePO4.2H2O larut menyuplai atau menyangga H2PO4- larutan. Hal lain, jika H2PO4- ditambahkan melalui pupuk atau pupuk kandang, konsentrasi H2PO4- naik menyebabkan FePO4.2H2O diendapkan (hasil konsentrasi > Ksp). Juga,  reaksi menunjukkan bahwa kelarutan tergantung pada pH, yang tidak terjadi pada CaSO4.2H2O. Pada FePO4.2H2O, peningkatan pH (penurunan konsentrasi H+) menyebabkan Fe+3 dan H2PO4- turun dan diendapkan sebagai FePO4.2H2O. Mengingat bahwa Ksp merupakan suatu konstanta, sehingga jika penyebut  berkurang maka pembilangpun harus berkurang. Hubungan kelarutan adalah sangat penting bagi ketersediaan P tanaman dan kebanyakana hara mikro. Gambaran pada Gambar 2.1.; reaksi mkelarutan adalah esensial untuk penyanggga konsentrasi larutan kebanyakan nutrisi tanaman.

Kaitan Faktor Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran dan transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah bertujuan mencapai pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan tanah dan peranan tanah pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling berkaitan seperti pertukaran energi bumi dan siklus air dan transportasi bahan-bahan di lapangan. Pada sisi lain, penerapan fisika tanah bertujuan untuk pengelolaan yang tepat pada tanah dengan cara irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah, aerasi, dan pengaturan suhu tanah serta kegunaan bahan tanah untuk tujuan ketehnikan.
Fisika tanah dipandang sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan dengan cakupan yang sangat luas. Sebagian besar berkaitan juga dengan cabang lain ilmu tanah dan juga saling berkaitan dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi, mikriklimatologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah sangat erat kaitannya dengan profesi ketehnikan bidang mekanika tanah yang mempelajari tanah terutama sebagai bahan bangunan dan penyangga beban.

Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah. Tekstur tanah mungkin merupakan sifat tamah yang lebih permanen dan terpenting dan akan dibahas pertama kali.

Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Istilah tekstur menyiratkan hal yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. Pemanfaatan fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban manusia mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak   menetap menjadi manusia pemukim yang mulai malakukan pemindah tanaman pangan atau nonpangan kea real dekat mereka tinggal. 

Pada tahap berikutnya, mulai berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai media penyedia nutrisi bagi tanaman tersebut, sehingga produksi yang di capai tanaman tergantung pada kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).  Dengan berkembangnya areal pemukiman atau perkotaan , terjadi benturan kepentingan antara kebutuhan lahan untuk sarana transportasi dan pendirian bangunan dengan kebutuhan lahan petanian, yang seringkali menyebabkan tergusurnya lahan pertanian yang produktif semata-mata karena alaan finansial.

Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah, misalnya hidroponik, airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah.
Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Pertumbuhan adalah proses fisiologis yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dan bertambahnya volume sel yang bersifat irreversible(tidak dapat mengecil kembali). Pada tumbuhan ber sel 1 terjadi penambahan besar sel, sedangkan pada tumbuhan multiselluler terjadi pembesaran sel maupun penambahan ukuran sel.
Perkembangan adalah proses pada tubuh untuk mencapai kedewasaan atau maturitas. Matuaritas tidak dapat diukur secara kuantitatif namun bisa dilihat dari cirri-cirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari luar, meliputi: nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban, media tanam, dan lain-lain. Sedangkan faktor internal adalah faktor dari dalam, meliputi: gen dan hormon.
ISI

         Kaitan faktor fisik tanah terhadap pertumbuhan tanaman
            Kaitan hubungan tekstur dan struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman sangat erat. Ada hubungan timbal balik antara komponen satu dengan komponen yang lainnya. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah.
Dalam keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu.

Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis yang semestinya.
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah  dengan aerasi, drainase, serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal.

Selain tekstur tanah, faktor lain yang memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan tanaman adalah struktur tanah. Pada struktur tanah, terdapat berbagai macam komponen yang dapat mempengaruhi tumbuhnya suatu tanaman. Tanah mengandung berbagai macam unsur-unsur makro maupun mikro yang berguna bagi tanaman. Dengan struktur tanah yang mantap (terdapat bahan organik yang cukup, mikroorganisme yang menguntungkan satu sama lain, dan pori-pori tanah cukup baik), maka aerasi (pertukaran O2, CO2, maupun gas-gas lainnya di dalam tanah) akan mampu mencukupi kebutuhan tanaman terhadap unsur-unsur tersebut. Sehingga, tanaman mampu melakukan proses metabolisme dengan baik. Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh agregat tanah (daya ikat antara partikel-partikel dalam tanah

Akibat tanaman yang mengalami pertumbuhan tersebut, ternyata tanaman dapat menyebabkan terjadinya pembentukan struktur tanah. Dengan adanya tanaman, agregasi pada tanah akan terbentuk menjadi struktur yang lebih mantap. Tanaman mampu memperkecil kerusakan tanah akibat hujan, sehingga unsur hara dapat terjaga dan tersedia bagi tanaman maupun mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Akar tanaman mampu membentuk bidang belah alami pada tanah. Selain itu, akibat tekanan akar tersebut, butir-butir pada tanah akan semakin lekat satu sama lainnya. Daya ikat partikel-partikel tanah akan meningkat. Pada dasarnya, adanya sistem perakaran mempengaruhi pembentukan agregat di dalam tanah. Jika dibandingkan dengan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman, agregatnya akan mudah pecah dan strukturnya cenderung tidak mantap.

Hubungan antara tekstur dan struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman saling berhubungan satu dengan lainnya. Tanpa adanya tekstur dan struktur tanah yang baik bagi tanaman, maka pertumbuhan tanaman kurang berjalan optimal. Sebab, terdapat faktor-faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman akibat keadaan tekstur maupun struktur tanah yang kurang menguntungkan. Bila keadaan tekstur dan struktur tanah dalam keadaan mantap, maka faktor-faktor tersebut dapat diatasi. Selain itu, dengan adanya tanaman di atas tanah tampaknya mampu membantu pembentukkan struktur tanah. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya sistem perakaran yang terdapat di dalam tanah yang mampu membentuk bidang belah alami. Sehingga, daya ikat tanah semakin meningkat satu sama lainnya.

Tanah liat merupakan tanah yang tergolongkan koloid dengan diameter kurang dari 0,002 mm. Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa begitu besar sehingga tanah liat yang menjadi pemeran utama pada proses yang berlangsung dalam tanah. Koloid tanahlah yang menahan air dan unsur hara yang kemudian akan diserahkan kepada tanaman. Tanah liat memegang terlalu banyak air sehingga udara tanahnya tidak kebagian ruang pori lagi dan akibatnya tanaman malah mengalami defisiensi air (Kusharsoyo, 2001).
Menurut  Kartasapoetra (1989.), tanah liat adalah tanah yang berbutir halus yang bersifat seperti lempung yang memiliki kapasitas, tidak memperlihatkan sifat dilatasi dan tidak mengandung sejumlah butir kasar yang berarti mekanika tanah. Tanah lempung berbentuk  lempeng berkenaan daya stukturnya yang berlapis-lapis-lapis kecuali mengandung oksida dan hidroksida besi. Lempung berwarna kelabu, putih, dan merahjika mterselaputi oleh besi. Tanah berstuktur halus sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering. Tanah yang dirajai fraksi lempeng juga disebut berstuktur berat (prawirohartono, 1989).
            Tanah remah adalah tanah yang mudah pecah, tanah ini dapat dipertahankan kesuburannya dengan cara diberi pupuk. Pupuk organik merupakan pupuk yang biasa digunakan dalam mempertahankan kesuburan tanah tersebut. Tanah yang berstruktur remah pada umumnya mempunyai perbandingan yang relatif seimbang antara bahan padat dan ruang pori-pori pada tanahnya. Keseimbangan ini sangat berpengaruh pada pencukupan kebutuhan tanaman akan air dan udara bagi kelangsungan pertumbuhannya yang baik, sedang bahan padatnya dapat menjadi pegangan akar sehingga pertumbuhannya kuat dan resistensi terhadap berbagai pengaruh yang akan merobohkannya (kusharsoyo, 2001).
            Tanah pasir merupakan media tanam yang kemampuan mengikat airnya sangat rendah. Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang optimum. Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya. Tanah pasir ini memiliki diameter antara 2,00-0,02 mm. Zarah pasir biasanya berbentuk gumpal membulat, gumpal menyudut atau kubik. Zarah tersebut adalah hasil pelapukan berupa mineral primer yang terlepas dari embanan dan sibir batuan. Tanah pasir tidak penah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya (prawirohartono,1998).
Produktivitas tanaman sangat bergantung pada jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam. Penentuan tekstur sangat penting bagi penentuan media tumbuh pada tanaman, karena tekstur merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan jenis tanah.  
Sifat-sifat fisik tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman. Tekstur tanah penting untuk kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut (fraksi padat, cair, dan gas) akan menentukan sifat-sifat fisika, dan kimia tanah.
Alasan lainnya adalah karena tekstur mempunyai hubungan erat dengan kemampuan tanah menyimpan dan memegang air, aerasi serta permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah. Data tekstur juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air, retensi air, konduktivitas hidrolik dan kekuatan tanah, sehingga tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.
Tanah dengan kandungan bahan organik dan liat yang tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungannya dengan udara dan air. Kemampuan tanah untuk menyimpan air diantara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan dan kecepatan pertumbuhannya. Selain itu, tanah juga mempengaruhi pertumbuhan pohon dan sebaliknya keberadaan hutan berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon tersebut. Keberadaan pohon-pohonan yang mengubah keadaan sinar matahari dan angin, yang mengubah tanah terhadap pertumbuhan pohon. Oleh karena itu tekstur sangat memegang peran penting (Foth, 1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan/bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal serta umur relatif tanah.
Inceptisol merupakan tanah yang memperlihatkan awal perkembangannya, biasanya lebih lembab atau basa selama 90 hari berturut-turut. Tekstur tanahnya lebih halus daripada pasir geluhan dengan  beberapa mineral lapuk, dan kemampuan menahan kation fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Salah satu faktor pembentuk tekstur tanah inseptisol yaitu kandungan mineral lapuk. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah Aluvial, andosol, Regosol, Gleihumus (Pairunan, 1997).



BAB III
KESIMPULAN

Produktivitas tanaman sangat bergantung pada jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam. Penentuan tekstur sangat penting bagi penentuan media tumbuh pada tanaman, karena tekstur merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan jenis tanah.  
Hubungan antara tekstur dan struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman saling berhubungan satu dengan lainnya. Tanpa adanya tekstur dan struktur tanah yang baik bagi tanaman, maka pertumbuhan tanaman kurang berjalan optimal. Sebab, terdapat faktor-faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman akibat keadaan tekstur maupun struktur tanah yang kurang menguntungkan. Bila keadaan tekstur dan struktur tanah dalam keadaan mantap, maka faktor-faktor tersebut dapat diatasi. Selain itu, dengan adanya tanaman di atas tanah tampaknya mampu membantu pembentukkan struktur tanah. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya sistem perakaran yang terdapat di dalam tanah yang mampu membentuk bidang belah alami. Sehingga, daya ikat tanah semakin meningkat satu sama lainnya.















DAFTAR PUSTAKA


Foth, 1994. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman. Semarang : IKIP Semarang Press.
Kartasapoetra, 1989. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kusharsoyo, 2001. Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Pairunan, 1997. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung : IPB Press.
Prawirohartono,1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Rasyid Tobing
Hampir semua aktivitas pertanian atau perkebunan pasti melakukan kegiatan pemupukan. Dampak dari kegiatan pemupukan diharapkan mampu meningkatkan  hasil pertanian atau perkebunan. Sehingga nantinya mampu memberikan hasil yang optimal dan memberikan keuntungan dari segi ekonomi.
Pupuk adalah zat, baik sistetis atau organik, yang ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah. Meski ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi manusia, namun dampak dari kegiatan pemupukan pada tanah perlu diperhatikan. Hal ini khususnya pada penggunaan pupuk kimia. Jika dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri dan bukan menjadikannya subur. Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.
Saat ini memang petani masih susah untuk menggunakan 100% pupuk organik karena ketergantungan petani masih besar terhadap pupuk kimia semacam Urea, Za, dan KCI. Dibutuhkan waktu untuk meyakinkan petani untuk beralih menggunakan pupuk organik. Petani menggunakan pupuk kimia secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pupuk yang lain, seperti pupuk organik. Mereka tidak pernah menyadari apa yang akan diakibatkan jika menggunakan pupuk kimia secara berlebihan dan terus menerus.
Dalam jangka pendek, pupuk kimia memang mampu mempercepat masa tanam karena kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanah, namun di sisi lain dalam jangka panjang justru akan  menimbulkan dampak yang negatif.
13933980531604831879
kerusakan tanah dan tanaman akibat penggunaan pupuk kimia
Menurut riset para ahli, pada umumnya tanaman tidak bisa menyerap 100% pupuk kimia. Selalu akan ada residua atau sisanya. Sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah ini, bila telah terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain (alias tidak gembur lagi), dan keras. Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang populasinya. Beberapa binatang yang menggemburkan tanah seperti cacing tidak mampu hidup di kawasan tersebut dan kehilangan unsur alamiahnya. Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi, dan akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya pupuk kimia.
Penggunaan pupuk kimia juga berdampak pada lingkungan, penggunaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan eutrofikasi. Pupuk mengandung zat seperti nitrat dan fosfat. Zat ini menjadi racun untuk kehidupan akuatik. Dengan demikian meningkatkan pertumbuhan yang berlebihan dari ganggang di air dan menurunkan kadar oksigen. Hal ini menyebabkan lingkungan yang beracun dan menyebabkan kematian fauna di perairan. Pupuk kimia juga terdiri dari zat dan bahan kimia seperti metana, karbon dioksida, amonia, dan nitrogen. Hal ini pada saatnya akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan cuaca. Bahkan, nitrous oxide, yang merupakan produk sampingan dari nitrogen, adalah gas rumah kaca ketiga yang paling signifikan, setelah karbon dioksida dan metana. Apabila ketergantungan pada pupuk kimia tidak terelakkan, maka tanah pertanian kita seperti masuk dalam lingkaran setan. Dipakai semakin banyak, tanah semakin rusak. Dan tanah yang semakin rusak akan membuat petani semakin bergantung pada pupuk kimia. Itulah yang terjadi pada hampir semua lahan pertanian di Indonesia, bahkan mungkin dunia. Fakta-fakta ini mengkhawatirkan dan perlu diambil langkah serius sesegera mungkin untuk menghindari akibat yang lebih parah. Upaya peningkatan produksi pangan yang salah, dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan kimia, memberikan dampak negatif yang berlanjut pada pertaruhan nilai kesehatan manusia akibat residu kimia yang ditinggalkan. Dampak serius terhadap lingkungan menyebabkan penurunan kualitas produksi akibat kerusakan unsur hara tanah yang diikat oleh residu kimia dalam tanah. Wajar jika kini ternyata petani semakin kehilangan kesuburan tanahnya. Di satu sisi kemampuan produktifitas tanah semakin menurun, di sisi lain untuk mempertahankan produktifitasnya coba digenjot dengan pemakaian pupuk yang semakin meningkat. Artinya, penghasilan petani semakin menurun akibat menurunnya produktifitas tanah seiring dengan meningkatnya biaya akibat meningkatnya kebutuhan pupuk. Hal semacam ini tentunya nanti akan berdampak pada petani itu sendiri. Karenanya petani harus diberikan pemahaman tentang dampak atau efek dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Sebaliknya, jika para petani menggunakan pupuk alami, manfaat yang diperoleh cukup besar selain baik untuk tanaman juga akan baik bagi tanah dan lingkungan sekitar dan dapat diandalkan untuk jangka panjang. Pupuk organik bisa menjadi opsi pilihan petani untuk bisa meningkatkan produtifitas pertaniannya tetapi tetap berpijak pada unsur ramah lingkungan. Dalam Permentan No.2 tahun 2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Definisi tersebut telah dengan jelas telah menerangkan apa itu pupuk organik. Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dar sisi wujud ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet. Berikut ini adalah manfaat yang diperoleh apabila menggunakan pupuk organik:
  1. Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik.
  2. Pupuk organik akan memberikan kehidupan mikroorganisme tanah yang selama ini menjadi sahabat petani dengan lebih baik.
  3. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
  4. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
  5. Pupuk organik membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman, sehingga tanaman terhindar dari kekeringan.
  6. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
  7. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
  8. Pemakaian pupuk organik juga berperan penting dalam merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
  9. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah
  10. Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.
  11. Kualitas tanaman yang menggunakan pupuk organik akan lebih bagus jika dibanding dengan pupuk kimia sehingga tanaman tidak mudah terserang penyakit dan tanaman lebih sehat.
  12. Untuk kesehatan manusia tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih menyehatkan karena kandungan nutrisinya lebih lengkap dan lebih banyak.
Setelah melihat kelebihan penggunaaan pupuk organik tersebut akankah petani dan masyarakat luas masih membabi buta dan selalu mengandalkan pupuk kimia untuk tanaman? Sebenarnya bila ada kemauan untuk membuat pupuk organik, telah tersedia bahan yang melimpah di sekitar kita. Tetapi pada umumnya petani enggan membuat pupuk organik tersebut dan lebih memilih membeli pupuk organik buatan pabrik yang bisa tinggal pakai dan lebih praktis.
PT Indmira mencoba memberikan solusi yang lebih praktis kepada para petani dengan memproduksi pupuk organik siap pakai. PT Indmira sudah memproduksi pupuk organic secara luas sejak tahun 1998. Jenis pupuk organik yang dihasilkan berbentuk cair, padat, dan serbuk. Penggunaan pupuk organik dari PT Indmira tidak akan merusak struktur tanah seperti pada penggunaan pupuk kimia, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan dampak positif dan mampu memperbaiki kerusakan struktur tanah akibat penggunaan pupuk kimia. Penggunaan produk Indmira juga sangat irit dan mampu mengurangi penggunaan pupuk makro/kimia. Jika dikonversi ke luas lahan, kapasitas produksi Indmira dapat memenuhi kebutuhan pupuk hingga 20.000 hektar per bulan untuk pupuk cair, dan 2.500 hektar per bulan untuk pupuk padat.
Dengan adanya pupuk organik diharapkan dapat menjadi solusi bagi perbaikan lingkungan. Para petani dihrapkan dapat beralih menggunakan pupuk organik agar tidak menimbulkan efek yang lebih besar lagi akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.

 
8
Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah secara mekanis. Tindakan konservasi tanah secara mekanis ini dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase ini berperan untuk mencegah supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan  permukaan air tanah sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta mencegah terjadinya pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007). Konservasi tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crops (LCC). Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma, melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah dari tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. (Dirattanhun, 2007). Murtilaksono
et al.
 (2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.

 

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari Lembah Subur-2, Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama empat  bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni 2010. Penulis ditempatkan di
 Afdeling
OS, Kebun inti I (Kampar).
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan. Metode pelaksanaan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, pekerjaan selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten dan diikuti oleh mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada pukul 05.30-06.00 WIB. Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan dihari kemarin serta memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut. Pada bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai karyawan harian dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan seperti pemeliharaan bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan,  pengendalian gulma, pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan  prestasi kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan. Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang  berlaku di perusahaan (Lampiran 1). Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada bulan ketiga yang  bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan, menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan, mengawasi penggunaan material serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor adalah jumlah tenaga kerja

 
10
dan material yang digunakan, prestasi kerja karyawan serta luas areal yang dikerjakan. Jurnal kegiatan harian sebagai mandor tertera pada Lampiran 2. Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam pelaksanaan kegiatan magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai pendamping asisten atau kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas menyangkut aspek manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis mempelajari tugas dan tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja afdeling dan mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien agar sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari pada kegiatan manajerial ditingkat asisten yaitu: membantu menyusun rencana kerja serta anggaran afdeling, membantu pembuatan laporan asisten, membantu pengawasan tenaga kerja dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di samping kegiatan-kegiatan di atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan di lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti perumahan afdeling dan olah raga  bersama karyawan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari meliputi kegiatan  pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping mandor hingga pendamping asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan konservasi tanah dan air adalah sistem pembuatan irigasi, rorak,
water flow
, serta penggunaan pupuk organik dalam mengubah agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi tanah dan air, yaitu curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan kosong dan abu boiler  pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan survei pada blok yang diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei dilaksanakan pada blok afdeling

 
11
OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase bertujuan agar kondisi lahan tidak  banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Penambahan bahan organik pada hamparan blok dilakukan agar

SUMBER


http://ilmutanahuns.fhara, dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorpsi menandakan bahwa daya pegang tanah terhadap unsur-unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk diserap akar tanaman. Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao (Bintaran, 2007).
2.2. Perkembangan Perkebunan Kakao di Indonesia
Kakao merupakan salah satu komoditi utama nasional dengan sebaran sentra penanaman yang cukup banyak dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Kakao juga telah lama menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan devisa negara. Seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dunia, maka permintaan pasar untuk komoditi kakao juga akan meningkat. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan produksi kakao. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kakao adalah dengan memperluas lahan penanaman. Hal ini sulit untuk dilakukan karena kurangnya lahan yang sesuai untuk dapat dimanfaatkan sebagai usaha perkebunan kakao di Indonesia (Anonymous, 2007).
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada tahun 2004, areal perkebunan Kakao Indonesia tercatat seluas 992.191 ha dimana sebagian besar (89,59%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 5,04% perkebunan besar negara serta 5,37% perkebunan besar swasta.
Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia hingga saat ini. Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Pada tahun 2007 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.379.279 ha. Luas perkebunan ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,8%
Universitas Sumatera Utara menjadi 1.473.259 ha. Luas perkebunan kakao kembali bertambah menjadi 1.592.982 ha atau tumbuh 8,1% pada tahun berikutnya. Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2009 adalah 8,1%. Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar terletak di pulau Sulawesi. Luas perkebunan ini sekitar 953.691 ha atau 60% dari seluruh perkebunan kakao di Indonesia. Wilayah terbesar kedua adalah di pulau Sumatera yakni sekitar 18% dengan luas mencapai 300.461 ha (Siregar, 2006).
Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan seluas 70.000 ha, rehabilitasi 235.000 ha lahan kakao, intensifikasi pada 145.000 ha lahan, serta pengendalian hama pada 450.000 ha lahan kakao dalam tiga tahun sejak 2009 hingga 2011 (Goenadi, 2005).
Pada tahun 2002 komposisi tanaman perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 224.411 ha (24,6%) tanaman belum menghasilkan (TBM), 618.089 ha (67,6%) tanaman menghasilkan (TM), dan 71.551 ha (7,8%) tanaman tua/rusak. Produktivitas rata-rata nasional tercata 924 kg/ha, dimana produktivitas perkebunan rakyat (PR) sebesar 963,3 kg/ha, produktivitas perkebunan besar negara (PBN) rata-rata 688,13 kg/ha dan produktivitas perkebunan besar swasta (PBS) rata-rata 681,1 kg/ha (Anonymous, 2007).
Tabel 1. Perkembangan Areal dan Produksi Perkebunan Kakao di Indonesia Tahun
Areal (ha)
Produksi (ton)



PR
PBN
PBS
Jumlah
PR
PBN
PBS
Jumlah
1980
13.125
18.636
5.321
37.082
1.0588
8.410
816
10.284
1985
51.765
29.198
11.834
92.797
8.997
20.512
4.289
33.798




























   


Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit


a.             Konservasi Tanah dan Air
               Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
               Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
               Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada  sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai tindakankonservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air. (Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press).
               Secara singkat konservasi tanah dan air atau sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas  dan kualitas air. Apabila tingkat produktivitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. Konservasi tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Lalu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi air dalam rangka pengontrolan erosi dimana kemiringan tanah yang telah ditentukan dalam persen dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan system cropping.
b.             Metode Konservasi Tanah dan Air
Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a.      Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1.      Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2.      Tahan terhadap pangkasan.
3.      Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.
4.      Mampu menekan tanaman pengganggu.
5.      Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6.      Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
7.      Tidak berduri dan bersulur yang membelit.
Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:
1.      Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
·         Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
·         Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
·         Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
·         Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
·         Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
·         Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan.
·         Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga.
2.      Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 %
dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3.      Pergiliran tanaman (crop rotation).
4.      Reboisasi atau penghijauan.
5.      Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.

b.      Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.

c.       Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
·         Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
·         Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
·         Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.

c.              Konservasi Tanah dan Air yang ada di daerah saya
Dalam paper kali ini akan saya bahas mengenai konservasi tanah dan air pada perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dibudidayakan di daerah Ketapang Kalimantan Barat. Didalam budidaya tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing (LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit. Konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara memupuk tanaman dengan pupuk organik maupun kimia untuk menambah kesuburan tanah, sedangkan sistem perairannya meliputi sistem irigasi di daerah perkebunan kelapa sawit itu sendiri, diantaranya :
1.      Sistim irigasi manual
2.      Sistim irigasi semi manual
3.      Sistem irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang bertekanan.
4.      Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam

Usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi tanah pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap air. Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara serta keadaan drainase kebun.

Sistem pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pasokan hara tanah serta memperbaiki sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah mineral akan sangat efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian pupuk kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah serta menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air. Selain dengan cara pemupukan juga dapat dilakukan dengan menggemburkan tanah dengan alat berat seperti traktor dll.

Membangun Kebun Kelapa Sawit

Oleh : Eddie Purwanto SE

Kacangan (LCC)

A.     PENDAHULUAN
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman  kerusakan oleh  erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Tanaman penutup tanah berperan:
  • menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah,
  • menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh.
  • melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche et al, 1961)
  • mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,
  • mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi,
  • tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,
  • toleransi terhadap pemangkasan,
  • resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,
  • mampu menekan pertumbuhan gulma,
  • mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya,
  • sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan
  • tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.

B.   KACANGAN SEBAGAI TANAMAN PENUTUP TANAH

I.    Tanaman Kacangan Sebagai Tanaman Penutup Tanah (LCC)
Kacangan yang digunakan sebagai penutup tanah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
  • sifat perakaran tidak menggangu dan bukan merupakan saingan tanaman utama
  • mudah diperbanyak baik vegetatif maupun generatif
  • memberikan kandungan bahan organik yang tinggi baik dibawah sinar matahari atau terlindung
  • tahan terhadap hama penyakit atau kekeringan serta bukan tanaman inang hama penyakit bagi tanaman utama
  • mempunyai potensi menekan pertumbuhan gulma
Jenis kacangan yang memenuhi syarat tersebut diatas dan sering dipakai sebagai tanaman penutup tanah antara lain Peuraria Javanica (PJ), Centrosema Pubescens (CP), Calopogonium Mucunoides (CM), Psophocarpus Palustris (PP), Calopogonium Caeruleum (CC), Mucuna Bracteata (MB)
Macam macam LCC











Kacangan tersebut biasanya dicampur dengan tingkat perbadingan yang bervariasi tergantung dengan keadaan lapangan seperti topografi maupun jenis tanah.  Pada tahun pertama PJ lebih cepat berkembang dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan terlindung, pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.
Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan adalah Mucuna bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat.
1.    Calopogonium caeruleum (CC)
Kelebihan dari CC adalah :
  • Tumbuh merambat dan mudah dibedakan karena daunnya hijau mengkilat, permukaannya licin, berduri halus, berbentuk oval/hati dengan ukuran 3-5 cm.
  • Tahan naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran terhadap hama dan tahan kekeringan.
  • Dapat distek. Penanaman dengan stek diperlukan 1.000-1.300 stek/ha.
Kelemahan dari CC adalah :
  • Kemampuan menghasilkan biji Rendah
  • Harga cukup mahal
2.   Calopogonium mucunoides (CM)
Kacangan CM berasal dari Amerika Selatan, daun agak kecil dan tidak berbulu.
Kelebihan dari CM adalah :
  • Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
  • Produksi daun selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton sehingga sangat baik sebagai pensuplai unsur N kedalam tanah.
  • Bijinya kecil-kecil memiliki daya tumbuh sedang.
Kelemahan dari CM adalah :
  • Tidak tahan bersaing dengan gulma.
  • Berumur pendek.
3.   Centrosema pubescens (CP)
Daun berbentuk ellips, berukuran kecil dan permukaan agak licin.
Kelebihan dari CP adalah :
  • Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
  • Tahan naungan dan kekeringan.
  • Dapat menghasilkan biji sebanyak 1.000 kg/ha
Kelemahan dari CP adalah :
  • Pertumbuhan agak lambat.
  • Berumur pendek.
4.   Psophocarpus palustris (PP)
Kelebihan dari PP adalah :
·         Dapat tumbuh pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut.
·         Tahan naungan dan kekeringan.
·         Dapat tumbuh pada tanah asam seperti gambut.
Kelemahan dari PP adalah :
·         Pertumbuhan pada 3 bulan pertama agak lambat.

5.   Mucuna cochinchinensis (MC)
Tumbuhnya menjalar tetapi dapat juga tegak, batang agak kecil dan lemah, polongan biji berbulu tebal
Kelebihan dari MC adalah :
·         Pertumbuhan sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah 100% menutup.
Kelemahan
·         Secara alamiah mati setelah 6-8 bulan.

6.   Pueraria Javanica (PJ)
Pueraria Javanica atau PJ adalah tanaman Penutup Tanah / LCC (Legume Cover Crop)  yang biasa digunakan oleh perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai tumbuhan pioneer yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, PJ adalah sejenis kacangan yang cepat menjalar sebab memiliki keunggulan dalam mengikat unsur N (nitrogen) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman utama (karet atau kelapa sawit) yang belum dewasa, juga kacangan ini menurunkan suhu tanah pada saat kemarau.

7.   Mucuna Bracteata
Adalah  satu  jenis  kacangan  yang  konon  berasal  dari  India.  Kacangan  ini  dianggap  memiliki kelebihan

Keunggulan Mucuna bracteata antara lain:
  • Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
  • Mudah ditanam dengan input yang rendah.
  • Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.
  • Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
  • Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma.
  • Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
  • Mengendalikan erosi.
  • Sebagai Leguminosae dapat menambat N bebas dari udara.
  • Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan. Pertumbuhan sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan gulma di areal TBM.
  • Mengembalikan nutrisi tanah serta mempengaruhi kehadiran nitrogen pada tanah dengan adanya aktivitas fiksasi nitrogen di dalam bintil akar (Lehman et al., 1999). 
Selain dari beberapa kelebihan Mucuna bracteata, dari pengalaman sebelumnya kacangan tersebut juga memiliki kelemahan yaitu :
  • Kesulitan pertumbuhan pada awal penanaman apalagi pada kondisi cuaca panas dan curah hujan kurang. Dengan kata lain Mucuna bracteata sangat sulit hidup pada saat ditanam namun bila telah berhasil hidup maka pertumbuhannya akan sangat cepat sekali.
II. Cara Penanaman CC PJ CP PP CM
1.      Komposisi Kacangan CC PJ CP PP CM
Kacangan tersebut biasanya dicampur dengan tingkat perbadingan yang bervariasi tergantung dengan keadaan lapangan seperti topografi maupun jenis tanah.  Pada tahun pertama PJ lebih cepat berkembang dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan terlindung, pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.

Beberapa komposisi campuran yang dianjurkan:
1 Kg CC + 3 Kg PJ
3 Kg PJ + 8 Kg CP
12 Kg CP + 8 Kg PP
1 Kg CC +8 Kg CP
CM : CP : CP = 2 : 1 : 2
CM : CP : CP = 2 :3 : 2

Campuran PJ, CM dan CP sebaiknya ditanam pada tanah rata dan tidak ditempat yang selalu tergenang.  Sedangkan PP baik ditanam pada daerah rendahan dan lembab.  Komposisi campuran juga ditentukan oleh sifat tanah. Pada tanah liat berat dimana perkembangan akar lebih lambat, campuran lebih baik disesuaikan dengan memperbanyak PJ atau CP dan penanamannya lebih rapat.

2.   Perlakuan terhadap Biji  CC PJ CP PP CM
Pertumbuhan kacangan yang cepat dimungkinkan jika perkecambahan biji kacangan dapat diupayakan cepat. Beberapa cara supaya biji kacangan cepat berkecambah antara lain :
  • Perendaman biji dalam air.
  • Biji direndam selama 2 hari didalam air panas bersuhu 75oC. Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
  • Perendaman biji dalam larutan gliserin.
  • Biji direndam selama 2 hari didalam larutan gliserin bersuhu 60oC. Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
  • Perendaman biji dalam larutan asam.
  • Biji direndam didalam larutan asam sulfuric (4 % dari berat biji) memakai gelas plastik atau wadah alumunium. Lama perendaman tergantung pada jenis kacangan, sebagai berikut :
Calopogonium sp : 8 menit
Centrosema sp : 8 menit
Pueraria sp : 15 menit
Flemingia sp : 10 menit
Setelah perendaman biji harus dicuci bersih untuk menghilangkan pengaruh asamnya dan dikeringkan.
  • Pemecahan kulit biji.
  • Biji dicampur pasir dan dimasukan dalam drum. Kemudian drum yang berisi biji + pasir diputar memakai elektro motor kecil (0,5 HP) 75 rpm sampai kulit biji terlihat retak-retak.
  • Kacangan yang telah diberi perlakuan tersebut diatas kemudian dicampur dengan 10 gr Rhizobium kompos untuk setiap 10 gr campuran kacangan. Caranya :
  1. Rhizobium dicampur dengan air 0,25 lt, kemudian campuran kacangan sebanyak 10 gr dimasukan kedalam larutan Rhizobium dan diaduk rata sampai semua biji kacangan basah.
  2. Biji kacangan yang telah diinokulasi tersebut dikering anginkan (jangan terkena sinar matahari langsung).
  3. Setelah kering kemudian dicampur pasir + Rock Phosphate (RP). Pencampuran biji kacangan dengan RP yaitu 1 bagian campuran kacangan + 1 bagian RP + 1 bagian pasir.
3.   Cara Penanaman CC PJ CP PP CM
Cara menanam kacangan penutup tanah/ LCC tergantung dari topografi lahan yang akan ditanam, berikut adalah cara menanam tanaman kacangan  penutup tanah/legume cover crops (LCC) tersebut :
a. Areal datar sampai dengan bergelombang
  • Kacangan ditanam sejajar barisan tanaman
  • "Larikan" campuran PJ, CM dan CC sebanyak 2 (dua) baris setiap gawangan hidup dan satu baris antar pokok dalam barisan tanaman
  • MC ditanam 3 (tiga) lubang di antara pokok dekat rumpukan kayu/batang. Setiap lubang ditanam 3 (tiga) benih MC
b. Areal Bukit Bergunung
  • Pada areal berbukit-bergunung dengan pola kontur/teras maka kacangan ditanam searah dengan terasan/ barisan tanaman 
  • campuran PJ, CM dan CC sebanyak 4 (empat) titik  antara 2 (dua) pokok di dekat bibir terasan
III. Cara Penanaman Mucura Bracteata.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata Mucuna bracteata memenuhi syarat sebagai penutup tanah yang ideal. Tanaman ini menghasilkan bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada areal yang rendah kandungan organiknya.
Mucuna bracteata memiliki daun trifoliat) berwarna hijau gelap dengan ukuran 15x10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Karangan bunga berbentuk seperti buah anggur dengan panjang 10-30 cm, terdiri dari 40-100 hiasan bunga berwarna hitam keunguan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteata dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah. (Subronto dan Harahap, 2002).

pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam (dengan curah hujan yang baik pertumbuhan sulur dapat mencapai 30 cm dalam 24 jam) dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan kelapa sawit per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu/sapi maupun kambing. Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan kelapa sawit sampai penutupan canopy tanaman. Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman kelapa sawit

1.   Seleksi Pembibitan Mucuna Bratcteata

Sebelum dilakukan penananaman kecambah pada pembibitan lakukan seleksi bibit mucuna antara lain :
·         Benih bagus - cotyledon berwarna putih
·         Benih sedang - cotyledon berwarna coklat
·         Benih rusak - cotyledon berwarna hitam, rusak, dengan lobang
Kebutuhan benih   adalah 0,1 kg/ha atau 600 benih
Lukai kulit benih dengan pemotong kuku pada bagian testa agar cotyledon kelihatan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah absorbsi air dan juga mempercepat perkecambahan

2.   Tata Cara Pembibitan
·         si polibag dengan media tanam yang terdiri dari campuran 2 bagian tanah dan 1 bagian pasir. Ukuran polibag yang digunakan 14 x 21 cm atau baby polibag.
·         Tanam 1 benih per polibag dengan hilum pada bagian bawah dengan kedalaman +/- 0,5 cm. Benih yang ditanam adalah benih yang bagus dan sedang.
·         Lakukan penyiraman segera setelah tanam. Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah. Dipastikan agar kelebihan air tidak tergenang di polibag.
·         Bedengan bibitan diberi alas plastik supaya akar tidak tembus kedalam tanah diluar polibag.
·         Lakukan penyemprotan apabila ada serangan hama dan penyakit.
3.   Pemupukan Benih
·         Minggu ke – 4 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit
·         Minggu ke – 8 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit

4.   Persiapan menanam tanaman kacangan  cover crops (LCC)
Persiapan yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan penutup tanah, dengan tahapan sebagai berikut:
  • Areal bersih dari gulma dan penanaman  dapat  dilakukan setelah pekerjaan memancang.
  • Penanaman MB dilakukan pada saat musim hujan, sebab MB sangat rentan pada cuaca panas pada masa pertumbuhan nya.
5.   Menanam Penutup Tanah Mucuna Bracteata
Penanaman di lahan dilakukan 6 s/d 8 minggu setelah perkecambahan. Penanaman kacangan dilakukan secara menual dalam 2 barisan, masing-masing  Jarak tanam dari pokok kelapa sawit adalah 4 meter dan jarak antar bibit Mucuna bracteata 1 meter. di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu telah disingkirkan.

6.   Pemupukan di lapangan
Umur (setelah tanam di lapangan) Jenis Pupuk Dosis
1 bulan NPK 15.15.6.4     3 gram/bibit
2 bulan NPK 15.15.6.4     5 gram/bibit
3 bulan TSP/RP 5 gram/bibit
6 bulan TSP/RP 10 gram/bibit.

7.   Cara Perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata
Tata cara perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata :
·         Persiapkan polybag ukuran 12,7 x 17,7 cm, kemudian diisi dengan tanah top soil  dan bebas dari kotoran yang telah dicampur dengan Rock Phosphate (400 gr RP dalam 100 kg tanah).
·         Siram tanah di polybag sampai lembab (jangan terlalu becek), kemudian susun polybag dengan rapi
·         Penyetekan berasal dari tanaman induk MB yang tumbuh subur
·         Cari ruas kacangan MB yang berakar (tidak terlampau muda atau tua) 
·         Ambil stek Mucuna bracteata dari lapangan (1-2 ruas/stek), kemudian rendam pangkal ruas (bukan semuanya) dalam larutan 0,2 % Rootone F selama 10 menit, kemudian stek tersebut ditanam dalam polybag.
·         Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari (bila tidak turun hujan)
·         Polybag yang telah ditanami stek kemudian diberi sungkup dengan kantong plastik dan diberi naungan. Usahakan tidak ada udara keluar dari sungkupan tersebut dan biarkan selama 1 minggu.
·         Setelah 1 minggu kemudian sungkupan dibuka, dan setelah dibuka, stek Mucuna bracteata dalam polybag dipelihara secara rutin seperti penyiraman, pemupukan melalui daun dengan Greenzit/Bayfolan dan penyiangan terhadap gulma yang tumbuh.
Mengingat penelitian secara mendetail yang mempelajari efek negatif dari Mucuna bracteata seperti kemungkinan adanya zat allelopati, persaingan dengan tanaman utama (mengingat perakaran yang dalam) masih berlanjut, maka Mucuna bracteata hanya ditanam dengan tujuan untuk menutup batang-batang kelapa sawit tua atau bekas tumbangan. Mucuna bracteata akan lebih efektif dibanding Mucuna cochinensis, mengingat umur Mucuna bracteata lebih lama.

Umumnya Spesies kacangan yang digunakan sebagai tanaman penutup biasanya tidak dapat dipelihara dan dipertahankan dibawah naungan canopi kelapa sawit dewasa, dan secara gradual digantikan dengan spesies nativegrass dan pakis (fern) bila kanopi menutup. Sebagian besar spesies penutup tanah LCC hanya dapat tumbuh karena interpensi cahaya matahari. Artinya penanaman kacangan hanyalah periodik tanaman kelapa sawit sebelum penutupan canopi tanaman
IV. Pemupukan dan Pemeliharaan Kacangan
1.   Pemupukan

Secara Umum pemupukan semua jenis tanaman Kacangan perlu dipupuk agar tumbuh subur dan cepat menutup tanah.  Jenis, dosis dan waktu pemupukan disajikan pada Tabel  dibawah ini

Umur Kacangan (bulan)
Jenis
Dosis (Kg/Ha)
Saat tanam
RP
1:1*
1
15-15-6-4
40
3
RP
80
6
RP
120
24
RP
200

2.   Penyiangan
Agar tanaman kacangan dapat berhasil tumbuh dengan baik maka harus dilakukan penyiangan pada awal masa tanam. Adapun kegiatan penyiangan tanaman kacangan adalah sebagai berikut :
a.   Di dalam larikan kacangan 
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti dengan tangan atau cangkul kecil. Sedangkan di luar/bagian tepi di kanan kiri larikan  digaruk dengan menggunakan  cangkul  selebar  ± 45 cm. Rotasi penyiangan ini dilakukan setiap  2 minggu sekali sampai kacangan menutup sempurna.
b.   Untuk penyiangan diantara larikan
Dilakukan dengan penyem¬protan herbisida  Paracol (paraquat + diuron) dosis 1,5 - 2,0 liter/ha blanket. Rotasi penyemprotan ini dilakukan 1,5 - 2 bulan sekali sampai pertumbuhan kacangan bergabung (menutup).

C.   RUMPUT GAJAH SEBAGAI COVER CROP
Selain kacang kacangan tanaman rumput juga dapat dipergunakan sebagai tanaman penutup tanah antara lain Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan dalam (Osche et al 1961):

Digunakan untuk penguat teras dan saluran-saluran air: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L (babandotan), Erechtites valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Panicum ditachyum (balaban, paitan), Paspalum dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah) .

Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.

Manfaat Rumput Gajah Sebagai cover crop
  • Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
  • Mudah ditanam dengan input yang rendah.
  • Sebagai bahan hijauan pakan ternak.
  • Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
  • Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang baik terhadap gulma.
  • Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
  • Mengendalikan erosi terutama pada lereng dan teras kontur
  • Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan.
  • Pertumbuhan sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhagulma di areal TBM.
Penanaman LCC pada areal perkebunan sebaiknya di lihat tingkat kebutuhan nya dan tingkat kesuburan tanah, juga perlu diperhatikan jenis jenis tanaman LCC yang akan di tanam, perhatikan pula sifat antagonis satu sama lain nya. Seperti tanaman kacangan jangan di campur dengan Rumput Gajah, karena sistem penutupan kacangan akan saling antagonis dengan rumput dan mengakibatkan tanaman rumput gajah tidak akan berkembang

Begitu pula dengan Kacangan perhatikan pula komposisi tanaman kacangan yang akan di tanam

D.   Manfaat Rumput Gajah Buat Pakan Ternak Integrasi dengan Kelapa Sawit

Untuk mendukung ketersediaan hijauan pakan ternak yang di padukan dengan perkebunan kelapa sawit perlu dipersiapkan lahan rumput sebagai sumber hijauan. Jenis-jenis rumput yang dapat dibudidayakan ada bermacam-macam. Saat ini yang paling banyak dipilih adalah jenis rumput gajah (Pennisetum purpurium) dengan berbagai macaam varietasnya. Rumput yang dipilih tentu saja merupakan jenis rumput yang tinggi produksinya.

Rumput gajah mempunyai kelebihan antara lain produksi tinggi, dapat mencapai 250 ton/ha/thn dengan kadar protein cukup tinggi, lebih tahan kering dan disukai oleh ternak. Rumput gajah mempunyai banyak varietas antara lain varietas Afrika, Hawai, Capricorn, Raja/King Grass, Lampung, Taiwan, dan lain sebagainya. Dalam budidaya rumput gajah ini, yang perlu dipersiapkan tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan
Tanaman pakan ternak menghendaki tanah yang gembur dan subur. Tanah yang miskin hara sebaiknya dipupuk terlebih dahulu dengan pupuk kandang. Waktu pengolahan /persiapan lahan sebaiknya pada akhir musim kemarau menjelang musim penghujan.

2. Pengolahan Tanah
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah melakukan pembersihan, pembajakan dan penggaruan untuk menggemburkan tanah pada sela sela antar gawangan. Pembersihan dilakukan terhadap pohon-pohonan semak belukar dan alang-alang. Untuk pohon kelapa sawit dapat disisakan pada lajur tertentu sebagai peneduh dan penahan kelembaban.

3. Penanaman
Penanaman bibit rumput gajah dapat melalui biji, sobekan rumpun (pols) batang atau stek. Penanaman yang lebih mudah melalui sobekan rumpun dan stek. Pada penggunaan sobekan rumpun dapat diambil 3 – 4 akar rumpun yang ukurannya tidak terlalu kecil. Jarak tanam yang ideal adalah 30 X 50 cm. Apabila batang/stek yang digunakan maka harus dipilih umur batang yang cukup tua (sekitar 2 bulan) dengan jumlah mata ruas 2- 3 buah. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 30 x 30 cm dengan posisi batang ditancapkan miring 30˚ untuk mempermudah pertumbuhan akar. Pemupukan dapat dilakukan pada saat umur rumput 2 – 3 minggu menggunakan pupuk Urea dan KCl. Pemupukan berikutnya terus diulang pada umur yang sama setiap kali selesai panen. Dosis pupuk urea yang disarankan  adalah 500 kg/ha.

4. Pemeliharaan
Pemeliharaan berkala dapat dilakukan dengan penyulaman dan penyiangan atau merapikan rumpun yang tumbuh subur di luar jalur tanam. Pengairan dapat dilakukan sebelum pemupukan pada saat kondisi lahan terlalu kering.

5. Pemanenan/pemotongan
Rumput gajah dapat dipanen pada umur 40 hari atau sebelum rumput berbunga. Umumnya pada umur lebih dari 50 hari, rumput akan mulai berbunga dan mengeras batangnya, hal ini harus dihindari karena dapat menurunkan nilai gizi dari rumput yang aan dikonsumsi ternak. Pemotongan dilakukan pada ruas batang terbawah dengan menyisakan batang sepanjang 5-10 cm.

6. Menghitung Kebutuhan Lahan Rumput
Yang perlu dipersiapkan sebelum memulai memelihara ternak adalah ketersediaan rumput yang dapat memenuhi kebutuhan selama dipelihara. Sebagai contoh :
·           Jika jumlah sapi dipelihara 10 ekor, dan bobot rata-rata 500 kg.
·           Kebutuhan rumput per ekor = 10% X 500 kg = 50 kg.
·           Kebutuhan rumput/hari = 50 kg X 10 ekor = 500 kg.
·        Umur potong rumput 40 hari, kebutuhan selama 40 hari untuk 10 ekor sapi = 40 X 500 kg = 20.000 kg.
·           1 Ha lahan dapat menghasilkan minimal 60.000 kg rumput sekali panen.
·           Jadi lahan yang dibutuhkan = 1 Ha / 60.000 kg X 20.000 kg = 0,33 Ha.

7. Komponen Produksi Rumput
·           Lahan di antar gawangan tanaman kelapa sawit
·           Bibit (1 ton/Ha – 4 pick up)
·           Pengolahan lahan + tanam
·           Pemupukan (500 kh urea/Ha/Panen)
·           Irigasi (1 X saat kemarau)
·           Pemotongan
·           Transportasi

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger