A. ORGANISME TANAH
Pengertian Organisme tanah
Organisme tanah atau
disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna)
maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada
dalam sistem tanah.
Pengelompokan Organisme
Tanah
Organisme tanah
dikelompokan berdasarkan berbagai kategori, sebagai berikut:
(1) Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan: 1. organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll), 2. organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat, 3. organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah.
(1) Berdasarkan peranannya, organisme tanah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) organisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) organisme yang merugikan tanaman, dan (c) organisme yang tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Contoh organisme tanah yang menguntungkan: 1. organisme tanah yang dapat menyumbangkan nitrogen ke tanah dan tanaman, yaitu: bakteri pemfiksasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillum, Azotobacter, dll), 2. organisme tanah yang dapat melarutkan fosfat, yaitu: bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas) dan fungi pelarut fosfat, 3. organisme tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman, yaitu: cacing tanah.
Jenis-jenis organisme tanah
Ada beberapa jenis
organisme tanah, diantaranya adalah:
Pemecah bahan
organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites), kumbang, dan
collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian
kecil. Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan
bahan-bahan cellular. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman
dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Mycorrhiza
bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor,
sedangkan rhizobium membantu tanaman untuk mendapatkan nitrogen. Pengikat hara
yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah.
Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan
jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah
menjadi stabil dan tahan terhadap erosi.
Patogen seperti
jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman.
Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur
tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai sumber makanan
mereka. Occupant/penghuni adalah jenis organisme tanah yang menggunakan tanah
sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat
(larvae) dan telur cacing.
Cara-cara organisme tanah
membantu para petani
Mendaur ulang bahan
organik
Organisme tanah mendaur
ulang (recycle) bahan organik dengan cara memakan bahan tanaman dan hewan yang
mati, kotoran hewan dan organisme tanah yang lain. Mereka memecah bahan organik
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat dibusukkan oleh jasad
renik seperti jamur dan bakteri. Ketika mereka memakan bahan organik, sisa
makanan dan kotoran mereka dapat membantu perbaikan struktur dan kesuburan
tanah.
Organisme tanah membantu
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Ketika organisme tanah
memakan bahan organik atau makanan yang lain, sebagian hara yang tersedia
disimpan didalam tubuh mereka dan hara yang tidak diperlukan, dikeluarkan
didalam kotoran mereka (sebagai contoh, phosphor dan nitrogen). Hara di dalam
kotoran orgnisma tanah ini dapat diserap oleh akar tanaman.
Sebagian organisme tanah
membina hubungan simbiosis dengan akar tanaman dan dapat membantu akar tanaman
menyerap lebih banyak unsur hara dibandingkan kalau tidak ada kerjasama dengan
organisme tanah. Sebagai contoh adalah mycorrhiza, yang membantu tanaman untuk
menyerap lebih banyak posfor, sedangkan rhizobia membantu tanaman untuk
menyerap lebih banyak nitrogen.
Mereka memperbaiki
struktur tanah
Bahan sekresi dari
organisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah menjadi agregate yang
lebih besar. Contohnya, bakteri mengeluarkan kotoran yang berbentuk dan
bersifat seperti perekat (organic gum). Jamur-jamuran memproduksi bahan berupa
benang-benang halus yang disebut hifa. Zat perekat dari bakteri dan hifa jamur
dapat mengikat partikel-partikel tanah secara kuat sehingga agregate tanah yang
besar pun tidak mudah pecah walaupun basah. Agregate tanah yang besar tersebut
dapat menyimpan air tanah dalam pori-pori halus di antara partikel-partikel
tanah untuk digunakan oleh tanaman. Dalam keadaan air berlebihan, air dapat
dengan mudah mengalir keluar melalui pori-pori besar diantara agregate–agregate
tanah yang besar.
Organisme tanah yang lebih
besar dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara membuat saluran-saluran
(lubang-lubang) di dalam tanah (contohnya lubang cacing), dan membantu
mengaduk-aduk dan mencampur baurkan partikel-partikel tanah, sehingga aerasi
(aliran udara) tanah menjadi lebih baik. Pembuatan saluran-saluran dan lubang-lubang
ini memperbaiki infiltrasi dan pergerakan air didalam tanah, serta drainase.
Organisme tanah dapat
membantu pengendalian serangan hama dan penyakit
Organisme tanah yang
memakan organisme lain yang lebih kecil dapat menekan serangan hama penyakit
dengan cara mengontrol jenis dan jumlah orgnisme di dalam tanah.
Pengelolaan lahan
pertanian yang dapat memperkaya organisme tanah
Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan para petani untuk meningkatkan kegiatan organisme tanah di
lahan mereka, diantaranya adalah:
Menyediakan makanan.
Petani dapat menyediakan
bahan makanan untuk orgnisme tanah dengan cara memelihara tanaman penutup tanah
dan menambah bahan organik seperti mulsa, kompos, merang, pupuk hijau, dan
pupuk kandang ke dalam tanah yang mereka kelola.
Menyediakan cukup oksigen
(aerasi tanah yang baik).
Seperti mahluk hidup yang
lain, organisme tanah membutuhkan cukup oksigen untuk hidup. Petani dapat
menjamin ketersediaan oksigen yang cukup untuk organisme tanah dengan cara
mencegah pemadatan tanah. Pemadatan tanah dapat mengurangi pori-pori
tanah sehingga ketersedian
udara menjadi lebih sedikit. Pemadatan tanah dapat terjadi apabila tanah
diinjak-injak oleh hewan dan manusia atau dilalui mesin-mesin berat secara
berlebihan (trampling), terutama pada saat tanah sedang basah.
Menyediakan air.
Organisme tanah juga
membutuhkan air dalam jumlah tertentu. Tetapi kalau terlalu banyak air (dalam
tanah yang jenuh), mereka bisa mati karena kekurangan oksigen. Petani dapat
mengatur ketersediaan air didalam tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah.
Aggergate tanah yang lebih besar dapat menyimpan air di dalam pori-pori halus,
dan dapat mengeluarkan kelebihan air melalui pori-pori besar. Drainase yang
cukup di lahan yang banjir juga dapat memperbaiki kondisi tanah untuk habitat
organisme tanah.
Melindungi habitat mereka.
Petani dapat mendukung
kehidupan organisme tanah dengan cara melindungi habitat mereka. Pemeliharaan
tanaman penutup tanah adalah cara yang terbaik untuk melindungi habitat
organisme tanah dari bahaya kekeringan. Penggunaan mulsa juga dapat melindungi
habitat mereka. Penggunaan mulsa organik dapat juga berfungsi sebagai sumber
makanan bagi organisme tanah. Musa plastik dapat mengurangi resiko penyakit dan
hama tertentu karena mulsa tersebut cenderung meningkatkan suhu permukaan tanah
dan dapat menghambat pergerakan hama dari tanah ke tanaman. Tetapi mulsa
plastik tidak dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga pendauran ulang
unsur hara tidak terjadi. Cara yang lain adalah dengan pengolahan tanah yang
tepat guna. Pengolahan tanah yang berlebihan dapat merusak pori-pori tanah
dimana orgnisme tanah hidup
B. HUBUNGAN AIR TANAH
DENGAN TANAH
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat
mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting
terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk
kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa
daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.
Kerusakan sumber air
Kerusakan
sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti
kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal
tersebut saling berkaitan dalam memengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi
tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan
kerusakan air tanah di kawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya permasalahan adalah:
- Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaan air tanah.
- Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh sumber air.
- Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.
air tanah juga
dapat di artikan semua air yang berapa di bawah permukaan tanah merupakan air
tanah.
Permasalahan Air Tanah
Air
tanah, khususnya untuk pemakaian rumah tangga dan industri, di wilayah urban
dan dataran rendah memiliki kecenderungan untuk mengandung kadar besi atau asam
organik tinggi. Hal ini bisa diakibatkan dari kondisi geologis Indonesia yang
secara alami memiliki deposit Fe tinggi terutama di daerah lereng gunung atau diakibatkan
pula oleh aktivitas manusia. Sedangkan air dengan kandungan asam organik tinggi
bisa disebabkan oleh adanya lahan gambut atau daerah bakau yang kaya akan
kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kadar besi tinggi atau
kandungan senyawa organik tinggi bisa dilihat sebagai berikut :
- Air mengandung zat besi
Air dengan
kandungan zat besi tinggi akan menyebabkan air berwarna kuning. Pertama keluar
dari kran, air nampak jernih namun setelah beberapa saat air akan berubah warna
menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena air yang berasal dari sumber air
sebelum keluar dari kran berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran
Fe2+ akan teroksidasi menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
- Air kuning permanen
Air kuning
permanen biasanya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut yang kaya akan
kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning akibat kadar besi tinggi, air
kuning permanen ini sudah berwarna kuning saat pertama keluar dari kran sampai
beberapa saat kemudian didiamkan akan tetap berwarna kuning
Cekungan
Air Tanah (CAT)
Adanya
krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu
suatu upaya untuk menjaga keberadaan/ketersediaan sumber daya air tanah
salah satunya dengan memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air tanah yang
dapat divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam Undang-undang
Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT) yang
didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung.
Menurut
Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua buah yaitu CAT bebas
(unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). CAT ini
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total
besarnya potensi masing-masing CAT adalah :
- CAT Bebas : Potensi 1.165.971 juta m³/tahun
- CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta m³/tahun
Elemen CAT
adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan
kebalikan dari air permukaan.
3.MIKROORGANISME TANAH
Mikroorganisme merupakan
jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel
tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas
kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi
dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas
metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan
lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi
karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah
ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna
praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang
ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang
mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang
pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas.
Walaupun di bidang lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang
menguntungkan jauh lebih menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti
mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Proses klasik menggunakan mikroorganisme
Di
Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan
menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak
zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk
membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang
diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan
bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus
niger.
Produk Antibiotika
Penemuan
antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru.
Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi,
aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur
untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Proses menggunakan mikroba
Fermentasi
klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan
bahwa Corynebacterium
glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula
dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses
baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan
senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan
oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis
yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih
tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati,
proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan
enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan
mikroorganisme.
Dalam
Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup
dalam tanah (misalnya Azetobacter,
Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat
molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka,
misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai
seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak
terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus
bakteri (misalnya Nitrosomonas
dan Nitrosococcus)
untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain
untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi
nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa
seluruhnya disebut nitrifikasi.
Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses
nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:
2NH3
+ 3O2 Nitrosomonas,
Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2
+ O2 Nitrobacter 2HNO3
+ energi
Selain
itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang
akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga
dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber
nutrisi bagi tumbuhan (Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat
yaitu Waksman
telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu
bakteri Streptomyces
(Dwidjoseputro, 2005).
Peran
lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan
dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer).
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai
agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini
menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan
dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup dan
aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikkroba
akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam
hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer),
aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang
penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K).
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula
yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di
dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose
). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba
penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,
sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis
tanaman.
C. BAHAN ORGANIK TANAH
Bahan Organik Tanah Dan Sifat-Sifatnya Yang Meliputi Sifat Kimia ,
Fisika Dan Biologis :
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus.
organik memiliki peran
penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika
kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung
produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan
salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan
masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya
meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah.
Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi
garamgaram (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa
organic dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi
(Djajakirana, 2001). Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan
pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan tanah secara
fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan
pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan
tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus.Kerusakan
biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas
organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat
dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk
ammonium sulfat dan sulfur coated.
Bahan organik adalah
kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah
mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia
heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Sumber Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
(1) sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang
dapat berupa: (a) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e)
akar.
(2) sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat
berupa: kotorannya dan mikrofauna.
(3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.
(3) sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.
Komposisi
Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomass
bahan organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari: (1) air (75%)
dan (2) biomass kering (25%).
Komposisi
biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) karbohidrat (60%),
(1) karbohidrat (60%),
(2) lignin
(25%),
(3) protein
(10%),
(4) lemak,
lilin dan tanin (5%).
Karbohidrat
penyusun biomass kering tersebut, terdiri dari:
(1) gula dan pati (1% -s/d- 5%),
(1) gula dan pati (1% -s/d- 5%),
(2)
hemiselulosa (10% -s/d- 30%), dan
(3) selulosa
(20% -s/d- 50%).
Berdasarkan
kategori unsur hara penyusun biomass kering, terdiri dari:
(1) Karbon (C = 44%),
(1) Karbon (C = 44%),
(2) Oksigen (O
= 40%),
(3) Hidrogen (H
= 8%), dan
(4) Mineral
(8%).
Dekomposisi Bahan Organik Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:
(1) reaksi
enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon
yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan produk akhir berupa karbon
dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.
(2) reaksi
spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara essensial berupa
hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S).
(3) pembentukan
senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten berupa humus tanah.
Berdasarkan
kategori produk akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik
digolongkan menjadi 2, yaitu:
(1) proses
mineralisasi, dan
(2) proses
humifikasi.
Proses
mineralisasi terjadi terutama terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang
tidak resisten, seperti: selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi
dihasilkan ion atau hara yang tersedia bagi tanaman. Proses humifikasi terjadi
terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin,
resin, minyak dan lemak. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih
resisten terhadap proses dekomposisi. Urutan kemudahan dekomposisi dari
berbagai bahan penyusun bahan organik tanah dari yang terdekomposisi paling
cepat sampai dengan yang terdekomposisi paling lambat, adalah sebagai berikut:
(1) gula, pati,
dan protein sederhana,
(2) protein
kasar (protein yang leih kompleks),
(3) hemiselulosa,
(4) selulosa,
(5) lemak,
minyak dan lilin, serta
(6) lignin.
Humus
Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau disintesis oleh mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat koloidal.
Ciri-Ciri
Humus Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut:
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi, sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300 me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak.
(1) bersifat koloidal (ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil menjadikan humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi, sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150 s/d 300 me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100 me/100g. Humus memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90% dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus memiliki gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak.
(2) daya kohesi
dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan granulasi aggregat tanah
(3) Tersusun
dari lignin, poliuronida, dan protein kasar.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
(4) berwarna coklat kehitaman, sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
Peranan Bahan Organik Terhadap Tanah
Bahan organik
dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap sifat-sifat tanah berikut:
(1) sifat fisik tanah,
(1) sifat fisik tanah,
(2) sifat kimia
tanah, dan
(3) sifat
biologi tanah.
Peranan bahan
organik terhadap perubahan sifat fisik tanah, meliputi:
(1) stimulan terhadap granulasi tanah,
(1) stimulan terhadap granulasi tanah,
(2) memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah,
(3) menurunkan
plastisitas dan kohesi tanah,
(4)
meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,
kelembaban dan
temperatur tanah menjadi stabil,
(5)
mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam,
(6) menetralisir
daya rusak butir-butir hujan,
(7) menghambat
erosi, dan
(8) mengurangi
pelindian (pencucian/leaching).
Peranan
bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi:
(1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yang mudah terurai,
(1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yang mudah terurai,
(2)
menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa sisa
mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi,
(3)
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar ketimbang
koloid anorganik,
(4) menurunkan
muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral oksida dan
kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah, dan
(5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik.
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat biologi tanah, meliputi:
(1) meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makrobia dan mikrobia tanah), dan
(5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik.
Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat biologi tanah, meliputi:
(1) meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah (makrobia dan mikrobia tanah), dan
(2) meningkatkan
populasi organisme tanah (makrobia dan mikrobia tanah) Peningkatan baik
keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan organik bagi
organisme tanah, yaitu sebagai:
(1) bahan
organik sebagai sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme tanah
heterotropik, dan
(2) bahan
organik sebagai sumber hara bagi organisme tanah
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah
Bahan
organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah.
Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik,
kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):
1.
Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan
organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur
hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan
unsur hara N melalui fiksasi N dengan cara:
-
menyediakan energi bagi bakteri penambat N
-
membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan
pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2.
Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3.
Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4.
Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5.
Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke dalam
tanah
6.
Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7.
Meningkatkan suhu tanah
8.
Mensuplai energi bagi organisme tanah
9.
Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.
Dari
berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka
kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. Jumlah bahan
organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah yang ditanami
secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum
dijamah (Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk mempertahankan
kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun, diperlukan minimal 8 – 9 ton
per ha bahan organik tiap tahunnya. Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa
cara untuk mendapatkan bahan organik:
1.
Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat
dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per ha, sehingga tidak dapat
memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan
organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2.
Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan
liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan
bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.
Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam
larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari
famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9
ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang berumur 6 bulan.
Bahan
organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak
oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman
tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari
sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan
pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan
menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah
terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan
sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber Bahan
Organik
Sumber
primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting,
daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik
tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida,
seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin.
Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan
organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat
dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan
mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta
diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi
sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup. Sumber sekunder bahan organik
adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman
setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah
selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik
dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu;
tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan
drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau
susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada
umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan.
Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan
rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%,
protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon
merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan
abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh
unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Humus
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus.Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman serta binatang yang telah terdekomposisikan.
Humus merupakan
bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik
banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap
durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai
liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan
kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
Sifat dan Ciri
Humus
·
Bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous.
·
Luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat.
·
Kapasitas tukar kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g.
·
Daya jerap air 80-90% dari bobotnya, liat hanya 15-20%.
·
Daya kohesi dan plastisitasnya rendah sehingga mengurangi sifat lekat dari liat
dan membantu granulasi agregat tanah.
·
Misel humus tersusun dari lignin, poliuronida, dan protein liat yang didampingi
oleh C, H, O, N, S, P dan unsur lainnya.
·
Muatan negatif berasal dari gugus -COOH dan -OH yang tersembul di pinggiran
dimana ion H dapat digantikan oleh kation lain.
·
Mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K.
1.
Merupakan sumber energi jasad mikro.
2.
Memberikan warna gelap pada tanah.
Faktor yang
Mempengaruhi Bahan Organik Tanah
Diantara
sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah,
faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman
lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak
ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan
organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang
terkonsentrasi di lapisan atas.
Faktor iklim
yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar
bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik
dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu
menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah.
Tekstur tanah
juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan
organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan
oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis.
Pada tanah
dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi
aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi
daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi
hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini
saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
Peranan Bahan
Organik Bagi Tanah
Bahan
organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan
organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah,
yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan
pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi
berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal
atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat
sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi
tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah
akibat terbentuknya agregat.
Bahan organik
umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5%
tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Sekitar setengah
dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber
hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian
besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat
ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya,
serta hasil dari dekomposisi itu sendiri.
Pengaruh Bahan
Organik pada Sifat Fisika Tanah
·
Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat
polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan
dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme
tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme
adalah 0,5 bar/ atmosfer.
·
Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Hal ini meningkatkan penyerapan energi
radiasi matahari yang kemudian mempengaruhi suhu tanah.
·
Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
·
Menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat.
Salah satu
peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang
stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik.
Hai ini berlangsung melalui mekanisme:
·
Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah,
diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh
mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau
hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan
bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat.
·
Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan
aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat
dapat terjadi dalam tanah.
·
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada
senyawa organik yang berbentuk rantai panjang.
·
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif
liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara
basa dan ikatan hidrogen.
·
Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif
liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
Pengaruh Bahan
Organik pada Sifat Kimia Tanah
Meningkatkan
daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas
tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar
daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu
tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan
pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai
permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa
pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam
tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur
hara.
Unsur N,P,S
diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar
dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana
biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga
pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang
tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh
proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang
terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia
stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan.
Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil
mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari
immobilisasi. Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari
sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada
protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi
tersedia bagi tanaman.
Peranan
bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam
kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi
perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi
yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim
lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir.
Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara
lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin,
senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur
hara dalam tanah.
Pengaruh Bahan
Organik pada Sifat Biologi Tanah
Jumlah
dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan
organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan
organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang
hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan
kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai
sumber energi untuk tumbuh. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi
bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah
akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya
didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut.
Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme
(unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.
Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak
bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah.
Peranan Bahan
Organik Bagi Tanaman
Bahan organik
memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari
tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung
untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik
ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi
tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Pengaruh
Langsung Bahan Organik pada Tanaman
Melalui
penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat diserap
langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Dulu
dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap tanaman.
Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N lainnya.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat tumbuh
dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan
tanaman dan jasad mikro.
Pengaruh Tidak
Langsung Bahan Organik pada Tanaman
Sumbangan
bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap
sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Bahan organik tanah
mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia dalam tanah. Bahan
organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman
peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan
mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan
lainnya.
Hal ini akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya
pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan.
Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus
maka dapat dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan
ciri tanah. Peranan tidak langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
·
Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan
kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi
humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat
dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, maka bahan organik terutama yang
sudah menjadi humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air.
·
Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut
dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme,
sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
·
Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
·
Memperbaiki struktur tanah Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur
gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur
remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian
merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah
yang bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih
baik bila tercampur dengan bahan organik.
·
Mengurangi erosi
·
Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam
tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan
organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui
penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah
yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat
diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan
dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik
karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
·
Menstabilkan temperatur. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi dan dapat
juga menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas yang rendah,
sehingga temperatur optimum yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya
dapat terpenuhi dengan baik.
·
Meningkatkan efisiensi pemupukan
Secara umum,
pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Demikian pula dengan peranannya dalam menanggulangi erosi dan produktivitas
lahan. Penambahan bahan organik akan lebih baik jika diiringi dengan pola
penanaman yang sesuai, misalnya dengan pola tanaman sela pada sistem
tumpangsari. Pengelolaan tanah atau lahan yang sesuai akan mendukung
terciptanya suatu konservasi bagi tanah dan air serta memberikan keuntungan
tersendiri bagi manusia.
2.
Kelarutan Mineral Dalam Tanah
Kelarutan mineral menunjukkan konsentrasi unsur atau ion dalam
larutan yang disokong atau dipertahankan oleh mineral tertentu. Sebagai ontoh
jika CaSO4. 2H2O (gipsum) ditambahkan ke dalam air,
gypsum ini akan larut :
CaSO4. 2H2O
«==» Ca+2 + SO4-2 + 2H2O
Reaksi ini menghasilkan dua ion : Ca+2 dan SO4-2
dan hasil kalinya disebut konstanta hasil kelarutan, atau Ksp, dimana :
Ksp = (Ca+2)
(SO4-2)
Ksp adalah konstan, bila hasil dari konsentrasi ion < Ksp
mineral akan melarut dan jika hasil dari konsentrasi ion > Ksp maka mineral akan dipresipitasi.
Jika CaSO4.
2H2O ditambahkan dalam air ini mulai melarut dan awalnya reaksi
berjalan hanya ke sebelah kanan, maka konsentrasi Ca+2
dan SO4-2
naik. CaSO4. 2H2O
yang larut akan bertambah sampai akhirnya terjadi reaksi balik dan terjadi
kesetimbangan tetap antara yang larut (dissolution) dan yang dipresipitasikan
(presipitasi). Dan jika ini terjadi larutan gipsum dalam keadaan jenuh
(saturated). Jika air ditambahkan berlebih, maka Ca+2 dan SO4-2 dalam larutan
menjadi encer atau konsentrasinya turun. Jika ini terjadi hasil konsentrasi
< Ksp, disebabkan CaSO4. 2H2O larut. Jika ditambah air
yang cukup untuk melarutkan semua bahan padat gipsum, kesetimbangan terhenti,
dan larutan menjadi tidak jenuh (unsaturated). Semisal jika air diuapkan
(evaporasi), kemudian lebih banyak CaSO4.2H2O akan
mengendap (presipitasi) karena hasil konsentrasinya lebih besar daripada Ksp.
Contoh lain, jika MgSO4 ditambahkan, maka konsentrasi SO4= akan naik menyebabkan CaSO4.2H2O
lebih banyak diendapkan, sehingga hasil konsentrasi (Ca+2)(SO4-2)
> Ksp.
Banyak mineral di
dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi ion dan hara tanaman di dalam larutan
tanah. Sebagai contoh pada tanah masam, FePO4.2H2O merupakan
suatu mineral yang umum yang mempengaruhi ketersediaan P.
FePO4.2H2O
+ 2H+ ---- Fe+3 + H2PO4-
+ 2H2O
Ksp untuk reaksi adalah:
(Fe+3)
(H2PO4-)
Ksp =
----------------------------------
(H+)2
Ketika konsentrasi H2PO4- larutan
tanah berkurang karena diserap tanaman, hasil konsentrasi ion sekarang <
Ksp, kemudian mineral FePO4.2H2O larut menyuplai atau
menyangga H2PO4- larutan. Hal lain, jika H2PO4-
ditambahkan melalui pupuk atau pupuk kandang, konsentrasi H2PO4-
naik menyebabkan FePO4.2H2O diendapkan (hasil konsentrasi
> Ksp). Juga, reaksi menunjukkan
bahwa kelarutan tergantung pada pH, yang tidak terjadi pada CaSO4.2H2O.
Pada FePO4.2H2O, peningkatan pH (penurunan konsentrasi H+)
menyebabkan Fe+3 dan H2PO4- turun
dan diendapkan sebagai FePO4.2H2O. Mengingat bahwa Ksp
merupakan suatu konstanta, sehingga jika penyebut berkurang maka pembilangpun harus berkurang.
Hubungan kelarutan adalah sangat penting bagi ketersediaan P tanaman dan
kebanyakana hara mikro. Gambaran pada Gambar 2.1.; reaksi mkelarutan adalah
esensial untuk penyanggga konsentrasi larutan kebanyakan nutrisi tanaman.
Kaitan Faktor Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fisika Tanah
berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran dan
transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah bertujuan mencapai
pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan tanah dan peranan tanah
pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling berkaitan seperti pertukaran
energi bumi dan siklus air dan transportasi bahan-bahan di lapangan. Pada sisi
lain, penerapan fisika tanah bertujuan untuk pengelolaan yang tepat pada tanah
dengan cara irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah,
aerasi, dan pengaturan suhu tanah serta kegunaan bahan tanah untuk tujuan
ketehnikan.
Fisika tanah
dipandang sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan dengan cakupan yang sangat luas.
Sebagian besar berkaitan juga dengan cabang lain ilmu tanah dan juga saling
berkaitan dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi, mikriklimatologi, geologi,
sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah sangat erat kaitannya dengan
profesi ketehnikan bidang mekanika tanah yang mempelajari tanah terutama
sebagai bahan bangunan dan penyangga beban.
Kemampuan untuk
menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan penyimpanan air,
plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan retensi hara,
semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah. Tekstur tanah mungkin
merupakan sifat tamah yang lebih permanen dan terpenting dan akan dibahas
pertama kali.
Tekstur tanah
menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Istilah tekstur menyiratkan hal
yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa
dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut.
Pemanfaatan fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban manusia
mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak menetap
menjadi manusia pemukim yang mulai malakukan pemindah tanaman pangan atau
nonpangan kea real dekat mereka tinggal.
Pada tahap
berikutnya, mulai berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai media penyedia
nutrisi bagi tanaman tersebut, sehingga produksi yang di capai tanaman
tergantung pada kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan
tanah). Dengan berkembangnya areal pemukiman atau perkotaan , terjadi
benturan kepentingan antara kebutuhan lahan untuk sarana transportasi dan
pendirian bangunan dengan kebutuhan lahan petanian, yang seringkali menyebabkan
tergusurnya lahan pertanian yang produktif semata-mata karena alaan finansial.
Tanah merupakan
elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah
mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, buah-buahan maupun
kehutanan meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistim bercocok tanam
tanpa tanah, misalnya hidroponik, airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha
budidaya tanaman dalam skala luas masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan
media tanah.
Tanah adalah
kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang
mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam
melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh
iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu
tertentu. Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki
sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan
tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan
kehidupannya.
Pertumbuhan
adalah proses fisiologis yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dan
bertambahnya volume sel yang bersifat irreversible(tidak dapat mengecil
kembali). Pada tumbuhan ber sel 1 terjadi penambahan besar sel, sedangkan pada
tumbuhan multiselluler terjadi pembesaran sel maupun penambahan ukuran sel.
Perkembangan
adalah proses pada tubuh untuk mencapai kedewasaan atau maturitas. Matuaritas
tidak dapat diukur secara kuantitatif namun bisa dilihat dari cirri-cirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada
2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.
Faktor
eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dari luar, meliputi: nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban, media tanam, dan
lain-lain. Sedangkan faktor internal adalah faktor dari dalam, meliputi: gen
dan hormon.
ISI
Kaitan faktor fisik tanah
terhadap pertumbuhan tanaman
Kaitan hubungan tekstur dan struktur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman sangat erat. Ada hubungan timbal balik antara komponen satu
dengan komponen yang lainnya. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh
tekstur dan struktur tanah.
Dalam keadaan
tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap
air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah dengan tekstur dominan pasir ini
cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan
tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar
mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada
tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini
cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan
sulit mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Dalam keadaan
tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi
karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada
saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun
masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah,
tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena
pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu
beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini
tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya
unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis
yang semestinya.
Untuk pertumbuhan tanaman
yang baik, tanah dengan aerasi, drainase, serta kemampuan menyimpan air
maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang
seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal.
Selain tekstur
tanah, faktor lain yang memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan tanaman
adalah struktur tanah. Pada struktur tanah, terdapat berbagai macam komponen
yang dapat mempengaruhi tumbuhnya suatu tanaman. Tanah mengandung berbagai
macam unsur-unsur makro maupun mikro yang berguna bagi tanaman. Dengan struktur
tanah yang mantap (terdapat bahan organik yang cukup, mikroorganisme yang
menguntungkan satu sama lain, dan pori-pori tanah cukup baik), maka aerasi
(pertukaran O2, CO2, maupun gas-gas lainnya di dalam
tanah) akan mampu mencukupi kebutuhan tanaman terhadap unsur-unsur tersebut.
Sehingga, tanaman mampu melakukan proses metabolisme dengan baik. Pertumbuhan
tanaman juga dipengaruhi oleh agregat tanah (daya ikat antara partikel-partikel
dalam tanah
Akibat tanaman
yang mengalami pertumbuhan tersebut, ternyata tanaman dapat menyebabkan
terjadinya pembentukan struktur tanah. Dengan adanya tanaman, agregasi pada
tanah akan terbentuk menjadi struktur yang lebih mantap. Tanaman mampu
memperkecil kerusakan tanah akibat hujan, sehingga unsur hara dapat terjaga dan
tersedia bagi tanaman maupun mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Akar
tanaman mampu membentuk bidang belah alami pada tanah. Selain itu, akibat
tekanan akar tersebut, butir-butir pada tanah akan semakin lekat satu sama
lainnya. Daya ikat partikel-partikel tanah akan meningkat. Pada dasarnya,
adanya sistem perakaran mempengaruhi pembentukan agregat di dalam tanah. Jika
dibandingkan dengan tanah yang tidak ditumbuhi tanaman, agregatnya akan mudah
pecah dan strukturnya cenderung tidak mantap.
Hubungan antara
tekstur dan struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman saling berhubungan satu
dengan lainnya. Tanpa adanya tekstur dan struktur tanah yang baik bagi tanaman,
maka pertumbuhan tanaman kurang berjalan optimal. Sebab, terdapat faktor-faktor
yang membatasi pertumbuhan tanaman akibat keadaan tekstur maupun struktur tanah
yang kurang menguntungkan. Bila keadaan tekstur dan struktur tanah dalam
keadaan mantap, maka faktor-faktor tersebut dapat diatasi. Selain itu, dengan
adanya tanaman di atas tanah tampaknya mampu membantu pembentukkan struktur
tanah. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya sistem perakaran yang terdapat di
dalam tanah yang mampu membentuk bidang belah alami. Sehingga, daya ikat tanah
semakin meningkat satu sama lainnya.
Tanah liat
merupakan tanah yang tergolongkan koloid dengan diameter kurang dari 0,002 mm.
Luas permukaan dan muatan listriknya tiap satuan massa begitu besar sehingga
tanah liat yang menjadi pemeran utama pada proses yang berlangsung dalam tanah.
Koloid tanahlah yang menahan air dan unsur hara yang kemudian akan diserahkan
kepada tanaman. Tanah liat memegang terlalu banyak air sehingga udara tanahnya
tidak kebagian ruang pori lagi dan akibatnya tanaman malah mengalami defisiensi
air (Kusharsoyo, 2001).
Menurut
Kartasapoetra (1989.), tanah liat adalah tanah yang berbutir halus yang
bersifat seperti lempung yang memiliki kapasitas, tidak memperlihatkan sifat
dilatasi dan tidak mengandung sejumlah butir kasar yang berarti mekanika tanah.
Tanah lempung berbentuk lempeng berkenaan daya stukturnya yang
berlapis-lapis-lapis kecuali mengandung oksida dan hidroksida besi. Lempung berwarna
kelabu, putih, dan merahjika mterselaputi oleh besi. Tanah berstuktur halus
sering bersifat berat diolah karena sangat liat dan lekat sewaktu basah dan
keras sewaktu kering. Tanah yang dirajai fraksi lempeng juga disebut berstuktur
berat (prawirohartono, 1989).
Tanah remah adalah tanah yang mudah pecah, tanah ini dapat dipertahankan
kesuburannya dengan cara diberi pupuk. Pupuk organik merupakan pupuk yang biasa
digunakan dalam mempertahankan kesuburan tanah tersebut. Tanah yang berstruktur
remah pada umumnya mempunyai perbandingan yang relatif seimbang antara bahan
padat dan ruang pori-pori pada tanahnya. Keseimbangan ini sangat berpengaruh
pada pencukupan kebutuhan tanaman akan air dan udara bagi kelangsungan
pertumbuhannya yang baik, sedang bahan padatnya dapat menjadi pegangan akar
sehingga pertumbuhannya kuat dan resistensi terhadap berbagai pengaruh yang
akan merobohkannya (kusharsoyo, 2001).
Tanah pasir merupakan media tanam yang kemampuan mengikat airnya sangat rendah.
Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.Tanaman
memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang optimum.
Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya.
Tanah pasir ini memiliki diameter antara 2,00-0,02 mm. Zarah pasir biasanya
berbentuk gumpal membulat, gumpal menyudut atau kubik. Zarah tersebut adalah
hasil pelapukan berupa mineral primer yang terlepas dari embanan dan sibir
batuan. Tanah pasir tidak penah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi
jumlahnya (prawirohartono,1998).
Produktivitas tanaman
sangat bergantung pada jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam.
Penentuan tekstur sangat penting bagi penentuan media tumbuh pada tanaman,
karena tekstur merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan jenis tanah.
Sifat-sifat fisik tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah,
retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman. Tekstur tanah penting untuk
kita ketahui karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut (fraksi
padat, cair, dan gas) akan menentukan sifat-sifat fisika, dan kimia tanah.
Alasan lainnya adalah karena tekstur mempunyai hubungan erat dengan
kemampuan tanah menyimpan dan memegang air, aerasi serta permeabilitas,
kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah. Data tekstur juga sangat diperlukan
untuk evaluasi tata air, retensi air, konduktivitas hidrolik dan kekuatan
tanah, sehingga tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman.
Tanah dengan
kandungan bahan organik dan liat yang tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang
rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui
hubungannya dengan udara dan air. Kemampuan tanah untuk menyimpan air diantara
hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya
menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan dan kecepatan
pertumbuhannya. Selain itu, tanah juga mempengaruhi pertumbuhan pohon dan
sebaliknya keberadaan hutan berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon tersebut.
Keberadaan pohon-pohonan yang mengubah keadaan sinar matahari dan angin, yang
mengubah tanah terhadap pertumbuhan pohon. Oleh karena itu tekstur sangat
memegang peran penting (Foth, 1994).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan/bahan
induk, sifat, dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal serta umur relatif
tanah.
Inceptisol
merupakan tanah yang memperlihatkan awal perkembangannya, biasanya lebih lembab
atau basa selama 90 hari berturut-turut. Tekstur tanahnya lebih halus daripada
pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk, dan kemampuan menahan kation
fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Salah satu faktor pembentuk tekstur
tanah inseptisol yaitu kandungan mineral lapuk. Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah Aluvial, andosol, Regosol, Gleihumus (Pairunan, 1997).
BAB III
KESIMPULAN
Produktivitas tanaman
sangat bergantung pada jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam. Penentuan
tekstur sangat penting bagi penentuan media tumbuh pada tanaman, karena tekstur
merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan jenis tanah.
Hubungan antara
tekstur dan struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman saling berhubungan satu
dengan lainnya. Tanpa adanya tekstur dan struktur tanah yang baik bagi tanaman,
maka pertumbuhan tanaman kurang berjalan optimal. Sebab, terdapat faktor-faktor
yang membatasi pertumbuhan tanaman akibat keadaan tekstur maupun struktur tanah
yang kurang menguntungkan. Bila keadaan tekstur dan struktur tanah dalam
keadaan mantap, maka faktor-faktor tersebut dapat diatasi. Selain itu, dengan
adanya tanaman di atas tanah tampaknya mampu membantu pembentukkan struktur
tanah. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya sistem perakaran yang terdapat di
dalam tanah yang mampu membentuk bidang belah alami. Sehingga, daya ikat tanah
semakin meningkat satu sama lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, 1994. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman. Semarang :
IKIP Semarang Press.
Kartasapoetra, 1989. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kusharsoyo, 2001. Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Pairunan, 1997. Sifat dan
Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung : IPB Press.
Prawirohartono,1998. Tanah
dan Lingkungan. Jakarta : Pustaka Jaya.
Pupuk adalah zat, baik sistetis atau organik, yang ditambahkan ke tanah untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah. Meski ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi manusia, namun dampak dari kegiatan pemupukan pada tanah perlu diperhatikan. Hal ini khususnya pada penggunaan pupuk kimia. Jika dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri dan bukan menjadikannya subur. Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.
Saat ini memang petani masih susah untuk menggunakan 100% pupuk organik karena ketergantungan petani masih besar terhadap pupuk kimia semacam Urea, Za, dan KCI. Dibutuhkan waktu untuk meyakinkan petani untuk beralih menggunakan pupuk organik. Petani menggunakan pupuk kimia secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pupuk yang lain, seperti pupuk organik. Mereka tidak pernah menyadari apa yang akan diakibatkan jika menggunakan pupuk kimia secara berlebihan dan terus menerus.
Dalam jangka pendek, pupuk kimia memang mampu mempercepat masa tanam karena kandungan haranya bisa diserap langsung oleh tanah, namun di sisi lain dalam jangka panjang justru akan menimbulkan dampak yang negatif.

kerusakan
tanah dan tanaman akibat penggunaan pupuk kimia
Menurut
riset para ahli, pada umumnya tanaman tidak bisa menyerap 100% pupuk kimia.
Selalu akan ada residua atau sisanya. Sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal di
dalam tanah ini, bila telah terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen.
Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain (alias tidak gembur lagi),
dan keras. Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat
organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme penyubur tanah) menjadi
mati atau berkurang populasinya. Beberapa binatang yang menggemburkan tanah
seperti cacing tidak mampu hidup di kawasan tersebut dan kehilangan unsur
alamiahnya. Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara
mandiri lagi, dan akhirnya menjadi sangat tergantung pada pupuk tambahan, khususnya
pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia juga berdampak pada lingkungan, penggunaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan eutrofikasi. Pupuk mengandung zat seperti nitrat dan fosfat. Zat ini menjadi racun untuk kehidupan akuatik. Dengan demikian meningkatkan pertumbuhan yang berlebihan dari ganggang di air dan menurunkan kadar oksigen. Hal ini menyebabkan lingkungan yang beracun dan menyebabkan kematian fauna di perairan. Pupuk kimia juga terdiri dari zat dan bahan kimia seperti metana, karbon dioksida, amonia, dan nitrogen. Hal ini pada saatnya akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan cuaca. Bahkan, nitrous oxide, yang merupakan produk sampingan dari nitrogen, adalah gas rumah kaca ketiga yang paling signifikan, setelah karbon dioksida dan metana. Apabila ketergantungan pada pupuk kimia tidak terelakkan, maka tanah pertanian kita seperti masuk dalam lingkaran setan. Dipakai semakin banyak, tanah semakin rusak. Dan tanah yang semakin rusak akan membuat petani semakin bergantung pada pupuk kimia. Itulah yang terjadi pada hampir semua lahan pertanian di Indonesia, bahkan mungkin dunia. Fakta-fakta ini mengkhawatirkan dan perlu diambil langkah serius sesegera mungkin untuk menghindari akibat yang lebih parah. Upaya peningkatan produksi pangan yang salah, dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap bahan kimia, memberikan dampak negatif yang berlanjut pada pertaruhan nilai kesehatan manusia akibat residu kimia yang ditinggalkan. Dampak serius terhadap lingkungan menyebabkan penurunan kualitas produksi akibat kerusakan unsur hara tanah yang diikat oleh residu kimia dalam tanah. Wajar jika kini ternyata petani semakin kehilangan kesuburan tanahnya. Di satu sisi kemampuan produktifitas tanah semakin menurun, di sisi lain untuk mempertahankan produktifitasnya coba digenjot dengan pemakaian pupuk yang semakin meningkat. Artinya, penghasilan petani semakin menurun akibat menurunnya produktifitas tanah seiring dengan meningkatnya biaya akibat meningkatnya kebutuhan pupuk. Hal semacam ini tentunya nanti akan berdampak pada petani itu sendiri. Karenanya petani harus diberikan pemahaman tentang dampak atau efek dari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Sebaliknya, jika para petani menggunakan pupuk alami, manfaat yang diperoleh cukup besar selain baik untuk tanaman juga akan baik bagi tanah dan lingkungan sekitar dan dapat diandalkan untuk jangka panjang. Pupuk organik bisa menjadi opsi pilihan petani untuk bisa meningkatkan produtifitas pertaniannya tetapi tetap berpijak pada unsur ramah lingkungan. Dalam Permentan No.2 tahun 2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah, pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Definisi tersebut telah dengan jelas telah menerangkan apa itu pupuk organik. Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangakan dar sisi wujud ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet. Berikut ini adalah manfaat yang diperoleh apabila menggunakan pupuk organik:
- Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik.
- Pupuk organik akan memberikan kehidupan mikroorganisme tanah yang selama ini menjadi sahabat petani dengan lebih baik.
- Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
- Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
- Pupuk organik membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman, sehingga tanaman terhindar dari kekeringan.
- Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
- Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
- Pemakaian pupuk organik juga berperan penting dalam merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
- Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah
- Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.
- Kualitas tanaman yang menggunakan pupuk organik akan lebih bagus jika dibanding dengan pupuk kimia sehingga tanaman tidak mudah terserang penyakit dan tanaman lebih sehat.
- Untuk kesehatan manusia tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih menyehatkan karena kandungan nutrisinya lebih lengkap dan lebih banyak.
PT Indmira mencoba memberikan solusi yang lebih praktis kepada para petani dengan memproduksi pupuk organik siap pakai. PT Indmira sudah memproduksi pupuk organic secara luas sejak tahun 1998. Jenis pupuk organik yang dihasilkan berbentuk cair, padat, dan serbuk. Penggunaan pupuk organik dari PT Indmira tidak akan merusak struktur tanah seperti pada penggunaan pupuk kimia, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan dampak positif dan mampu memperbaiki kerusakan struktur tanah akibat penggunaan pupuk kimia. Penggunaan produk Indmira juga sangat irit dan mampu mengurangi penggunaan pupuk makro/kimia. Jika dikonversi ke luas lahan, kapasitas produksi Indmira dapat memenuhi kebutuhan pupuk hingga 20.000 hektar per bulan untuk pupuk cair, dan 2.500 hektar per bulan untuk pupuk padat.
Dengan adanya pupuk organik diharapkan dapat menjadi solusi bagi perbaikan lingkungan. Para petani dihrapkan dapat beralih menggunakan pupuk organik agar tidak menimbulkan efek yang lebih besar lagi akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
8
Konservasi tanah secara fisik dapat dilakukan
dengan beberapa cara, salah satunya adalah secara mekanis. Tindakan konservasi
tanah secara mekanis ini dilakukan di areal dengan bentuk wilayah berombak
sampai berbukit dengan cara pembuatan teras kontour, teras individu (tapak
kuda), rorak, dan parit drainase. Parit drainase ini berperan untuk mencegah
supaya air tidak tergenang di lapangan, menurunkan permukaan air tanah
sehingga perkembangan akar tanaman tidak terganggu, serta mencegah terjadinya
pencucian pupuk (Dirattanhun, 2007). Konservasi tanah secara biologi yang umum
dilakukan adalah dengan menanaman tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover
crops (LCC). Beberapa manfaat TPT antara lain: menekan pertumbuhan gulma,
melindungi tanah terhadap penyinaran langsung sinar matahari, melindungi tanah
dari tetesan langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan menjaga
kelembaban tanah. (Dirattanhun, 2007). Murtilaksono
et al.
(2007) menyatakan bahwa aplikasi guludan dan
rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif
terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi
TBS kelapa sawit. Kedua teknik konservasi tanah dan air tersebut dapat
meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat
musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang telah dilaksanakan di PT Sari
Lembah Subur-2, Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) PT Astra Agro Lestari
Tbk, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Kegiatan magang berlangsung selama
empat bulan, mulai tanggal 15 Februari 2010 sampai dengan tanggal 15 Juni
2010. Penulis ditempatkan di
Afdeling
OS, Kebun inti I (Kampar).
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan.
Metode pelaksanaan magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek
teknis di lapangan dan aspek manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
dengan menyesuaikan keadaan yang terdapat di lapangan. Sebelum kegiatan
dilaksanakan, pekerjaan selalu diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh
asisten dan diikuti oleh mandor-mandor serta karyawan. Apel dilaksanakan pada
pukul 05.30-06.00 WIB. Pelaksanaan apel bertujuan untuk mengevaluasi pekerjaan
dihari kemarin serta memberi arahan untuk pekerjaan pada hari tersebut. Pada
bulan pertama dan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai karyawan harian
dan mengikuti semua kegiatan budidaya tanaman di lapangan seperti pemeliharaan
bibit di pembibitan, pemeliharaan tanaman (pemupukan, pengendalian gulma,
pembuatan rorak, panen). Penulis mencatat jenis, waktu dan prestasi
kegiatan dalam bentuk jurnal harian yang diketahui oleh pembimbing lapangan.
Prestasi kerja yang didapat dibandingkan dengan norma kerja yang berlaku
di perusahaan (Lampiran 1). Penulis berperan sebagai pendamping mandor pada
bulan ketiga yang bertugas mengetahui tahapan setiap jenis pekerjaan,
menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, mengawasi pekerjaan,
mengawasi penggunaan material serta mengisi laporan harian. Pekerjaan yang
dilaksanakan berdasarkan lembar rencana kerja (LRK) yang telah disetujui kepala
afdeling. Hal-hal yang perlu dicatat oleh penulis dalam mengisi laporan mandor
adalah jumlah tenaga kerja
10
dan material yang digunakan, prestasi kerja
karyawan serta luas areal yang dikerjakan. Jurnal kegiatan harian sebagai
mandor tertera pada Lampiran 2. Bulan keempat merupakan bulan terakhir dalam
pelaksanaan kegiatan magang. Penulis diberikan tanggung jawab sebagai
pendamping asisten atau kepala afdeling yang juga melaksanakan tugas-tugas
menyangkut aspek manajerial yang lebih tinggi di atas mandor. Penulis
mempelajari tugas dan tanggung jawab Asisten, yaitu menyusun rencana kerja
afdeling dan mengelola seluruh kegiatan afdeling secara efektif dan efisien
agar sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat. Hal-hal yang dipelajari
pada kegiatan manajerial ditingkat asisten yaitu: membantu menyusun rencana
kerja serta anggaran afdeling, membantu pembuatan laporan asisten, membantu
pengawasan tenaga kerja dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Di
samping kegiatan-kegiatan di atas, penulis juga mengikuti kegiatan-kegiatan
sosial dan kemasyarakatan di lingkungan kebun tersebut seperti kerja bakti
perumahan afdeling dan olah raga bersama karyawan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Kegiatan magang di perkebunan PT Astra Agro Lestari
meliputi kegiatan pengumpulan data primer dan data sekunder yang
dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh
dengan bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian, pendamping
mandor hingga pendamping asisten/kepala afdeling. Data yang berkaitan dengan
konservasi tanah dan air adalah sistem pembuatan irigasi, rorak,
water flow
, serta penggunaan pupuk organik dalam mengubah
agregat tanah. Data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun
yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Analisis Data dan Informasi
Data primer yang diperoleh pada kegiatan konservasi
tanah dan air, yaitu curah hujan, spesifikasi rorak, pemupukan organik, tandan
kosong dan abu boiler pada kebun. Pengamatan dilakukan dengan mengadakan
survei pada blok yang diberi perlakuan konservasi tanah dan air. Survei
dilaksanakan pada blok afdeling
11
OS. Pembuatan aliran irigasi maupun drainase
bertujuan agar kondisi lahan tidak banjir saat musim hujan dan kekeringan
saat musim kemarau. Penambahan bahan organik pada hamparan blok dilakukan agar
SUMBER
http://ilmutanahuns.fhara, dan daya simpan
lengas tanah. Tingginya kemampuan absorpsi menandakan bahwa daya pegang tanah
terhadap unsur-unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk
diserap akar tanaman. Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan
memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao
(Bintaran, 2007).
2.2. Perkembangan Perkebunan
Kakao di Indonesia
Kakao
merupakan salah satu komoditi utama nasional dengan sebaran sentra penanaman
yang cukup banyak dan tumbuh dengan baik di Indonesia. Kakao juga telah lama
menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia yang memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam menghasilkan devisa negara. Seiring dengan terus
bertambahnya jumlah penduduk dunia, maka permintaan pasar untuk komoditi kakao
juga akan meningkat. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk terus
meningkatkan produksi kakao. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kakao
adalah dengan memperluas lahan penanaman. Hal ini sulit untuk dilakukan karena
kurangnya lahan yang sesuai untuk dapat dimanfaatkan sebagai usaha perkebunan
kakao di Indonesia (Anonymous, 2007).
Perkebunan
kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak awal tahun 1980-an dan pada
tahun 2004, areal perkebunan Kakao Indonesia tercatat seluas 992.191 ha dimana
sebagian besar (89,59%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 5,04% perkebunan
besar negara serta 5,37% perkebunan besar swasta.
Indonesia
merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia hingga saat ini. Luas
perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Pada
tahun 2007 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.379.279 ha. Luas
perkebunan ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,8%
Universitas Sumatera Utara menjadi 1.473.259 ha. Luas
perkebunan kakao kembali bertambah menjadi 1.592.982 ha atau tumbuh 8,1% pada
tahun berikutnya. Secara rata-rata pertumbuhan luas perkebunan kakao di
Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2009 adalah 8,1%. Perkebunan kakao di
Indonesia sebagian besar terletak di pulau Sulawesi. Luas perkebunan ini
sekitar 953.691 ha atau 60% dari seluruh perkebunan kakao di Indonesia. Wilayah
terbesar kedua adalah di pulau Sumatera yakni sekitar 18% dengan luas mencapai
300.461 ha (Siregar, 2006).
Beberapa
program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah
adalah peremajaan perkebunan seluas 70.000 ha, rehabilitasi 235.000 ha lahan
kakao, intensifikasi pada 145.000 ha lahan, serta pengendalian hama pada
450.000 ha lahan kakao dalam tiga tahun sejak 2009 hingga 2011 (Goenadi, 2005).
Pada
tahun 2002 komposisi tanaman perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 224.411
ha (24,6%) tanaman belum menghasilkan (TBM), 618.089 ha (67,6%) tanaman
menghasilkan (TM), dan 71.551 ha (7,8%) tanaman tua/rusak. Produktivitas
rata-rata nasional tercata 924 kg/ha, dimana produktivitas perkebunan rakyat
(PR) sebesar 963,3 kg/ha, produktivitas perkebunan besar negara (PBN) rata-rata
688,13 kg/ha dan produktivitas perkebunan besar swasta (PBS) rata-rata 681,1
kg/ha (Anonymous, 2007).
Tabel
1. Perkembangan Areal dan Produksi Perkebunan Kakao di Indonesia Tahun
|
Areal (ha)
|
Produksi (ton)
|
|||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||
PR
|
PBN
|
PBS
|
Jumlah
|
PR
|
PBN
|
PBS
|
Jumlah
|
||||||||
1980
|
13.125
|
18.636
|
5.321
|
37.082
|
1.0588
|
8.410
|
816
|
10.284
|
|||||||
1985
|
51.765
|
29.198
|
11.834
|
92.797
|
8.997
|
20.512
|
4.289
|
33.798
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
Konservasi Tanah dan Air pada Perkebunan Kelapa Sawit
a.
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang
jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran
agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air.
Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi
tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu
konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat
sekali; berbagai tindakankonservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air.
(Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi
Tanah dan Air. Bogor: IPB Press).
Secara singkat konservasi tanah dan air atau sering disebut pengawetan tanah
merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat
produktivitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama
air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga
jumlah air bersih semakin berkurang. Konservasi tanah pada umumnya terdapat di
berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang
kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Lalu terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi air dalam rangka
pengontrolan erosi dimana kemiringan tanah yang telah ditentukan dalam persen
dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan system cropping.
b.
Metode Konservasi Tanah dan Air
Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan
menentukan apakah akan didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada
sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga
golongan, yaitu:
a. Metode
vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan
menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman
penutup tanah ini selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga
dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah,
mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara
lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan
agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai
pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat
produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah,
tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras.
Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa
atau pupuk hijau. Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di
atas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman
tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat
berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan
terhadap pangkasan.
3. Mudah
diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu
menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya
dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan
terhadap penyakit dan kekeringan.
7. Tidak
berduri dan bersulur yang membelit.
Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara
vegetatif lainnya adalah:
1. Tanaman
dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
·
Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
·
Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
·
Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh
aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
·
Countur strip cropping, adalah penanaman berselang
berdasarkan garis kontur.
·
Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang
tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman
tidak melewati garis kontur.
·
Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar
atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin,
sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan.
·
Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang
diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga.
2. Menanam
secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 %
dengan tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga
run off berkurang.
3. Pergiliran
tanaman (crop rotation).
4. Reboisasi
atau penghijauan.
5. Penanaman
saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang
agar tidak rusak.
b. Metode
mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di
antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik
terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat
tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa
tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha
pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan
pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan
tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran
permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan
daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah
(pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga
terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng.
Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi
sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama
pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan
yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab
itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat
efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring
menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan
menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah
melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan
terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan
oleh tanah, dengan demikian erosi berkurang.
c. Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang
menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara
kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner
atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga
tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena
senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi
dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman
semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan
perkebunan yang baru dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
·
Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan
tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan
dengan efektif.
·
Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak
unsur-unsur hara yang terangkat.
·
Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk
kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top
soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti
traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.
c.
Konservasi Tanah dan Air yang ada di daerah saya
Dalam paper kali ini akan saya bahas mengenai konservasi tanah dan
air pada perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan
yang dibudidayakan di daerah Ketapang Kalimantan Barat. Didalam budidaya
tanaman kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land
Clearing (LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan
pemeliharaan tanaman kelapa sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM
(tanaman menghasilkan) hingga pemanenan TBS (tandan buah sawit. Konservasi
tanah dapat dilakukan dengan cara memupuk tanaman dengan pupuk organik maupun
kimia untuk menambah kesuburan tanah, sedangkan sistem perairannya meliputi
sistem irigasi di daerah perkebunan kelapa sawit itu sendiri, diantaranya :
1. Sistim
irigasi manual
2. Sistim
irigasi semi manual
3. Sistem
irigasi tabung dengan selang plastik berlubang (kirico) yang
bertekanan.
4. Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar
dalam
Usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya.
Keadaan tanah kebun sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah
kuning (48,1%), tanah berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS
memiliki topografi relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah
mineral pada kebun ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya
aliran permukaan dan erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah
sebagian besar berada pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika
lapisan tanah bagian atas mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin
hara. Sebagian kondisi tanah pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga
sangat sulit untuk menyerap air. Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi
adalah kandungan unsur hara serta keadaan drainase kebun.
Sistem pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pasokan hara tanah
serta memperbaiki sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan
organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang
mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu
menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan
struktur tanah. Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah mineral akan sangat
efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian pupuk
kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah serta
menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air.
Selain dengan cara pemupukan juga dapat dilakukan dengan menggemburkan tanah
dengan alat berat seperti traktor dll.
Membangun Kebun Kelapa Sawit
Oleh : Eddie Purwanto SE
Kacangan (LCC)
A. PENDAHULUAN
Tanaman penutup tanah adalah
tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman
kerusakan oleh erosi dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan
sifat fisik tanah.
Tanaman penutup tanah
berperan:
- menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah,
- menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh.
- melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan atau tanaman yang
sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran
tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Osche et al, 1961)
- mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,
- mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi,
- tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,
- toleransi terhadap pemangkasan,
- resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,
- mampu menekan pertumbuhan gulma,
- mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya,
- sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan
- tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit.
B.
KACANGAN SEBAGAI TANAMAN PENUTUP TANAH
I. Tanaman Kacangan Sebagai Tanaman Penutup Tanah (LCC)
Kacangan yang digunakan
sebagai penutup tanah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- sifat perakaran tidak menggangu dan bukan merupakan saingan tanaman utama
- mudah diperbanyak baik vegetatif maupun generatif
- memberikan kandungan bahan organik yang tinggi baik dibawah sinar matahari atau terlindung
- tahan terhadap hama penyakit atau kekeringan serta bukan tanaman inang hama penyakit bagi tanaman utama
- mempunyai potensi menekan pertumbuhan gulma
Jenis kacangan
yang memenuhi syarat tersebut diatas dan sering dipakai sebagai tanaman penutup
tanah antara lain Peuraria Javanica (PJ), Centrosema Pubescens (CP),
Calopogonium Mucunoides (CM), Psophocarpus Palustris (PP), Calopogonium
Caeruleum (CC), Mucuna Bracteata (MB)
Macam macam LCC
Kacangan tersebut biasanya
dicampur dengan tingkat perbadingan yang bervariasi tergantung dengan keadaan
lapangan seperti topografi maupun jenis tanah. Pada tahun pertama PJ
lebih cepat berkembang dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan
terlindung, pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP
atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.
Jenis kacangan
lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan adalah Mucuna bracteata,
menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat.
1. Calopogonium caeruleum (CC)
Kelebihan dari CC adalah :
- Tumbuh merambat dan mudah dibedakan karena daunnya hijau mengkilat, permukaannya licin, berduri halus, berbentuk oval/hati dengan ukuran 3-5 cm.
- Tahan naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran terhadap hama dan tahan kekeringan.
- Dapat distek. Penanaman dengan stek diperlukan 1.000-1.300 stek/ha.
Kelemahan dari CC adalah :
- Kemampuan menghasilkan biji Rendah
- Harga cukup mahal
2. Calopogonium mucunoides (CM)
Kacangan CM berasal dari
Amerika Selatan, daun agak kecil dan tidak berbulu.
Kelebihan dari CM adalah :
- Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
- Produksi daun selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton sehingga sangat baik sebagai pensuplai unsur N kedalam tanah.
- Bijinya kecil-kecil memiliki daya tumbuh sedang.
Kelemahan dari CM adalah :
- Tidak tahan bersaing dengan gulma.
- Berumur pendek.
3. Centrosema
pubescens (CP)
Daun
berbentuk ellips, berukuran kecil dan permukaan agak licin.
Kelebihan
dari CP adalah :
- Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.
- Tahan naungan dan kekeringan.
- Dapat menghasilkan biji sebanyak 1.000 kg/ha
Kelemahan dari CP
adalah :
- Pertumbuhan agak lambat.
- Berumur pendek.
4. Psophocarpus
palustris (PP)
Kelebihan dari PP
adalah :
· Dapat
tumbuh pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut.
· Tahan
naungan dan kekeringan.
· Dapat
tumbuh pada tanah asam seperti gambut.
Kelemahan dari PP adalah
:
· Pertumbuhan
pada 3 bulan pertama agak lambat.
5. Mucuna
cochinchinensis (MC)
Tumbuhnya menjalar tetapi dapat juga tegak, batang agak kecil dan lemah,
polongan biji berbulu tebal
Kelebihan dari MC
adalah :
· Pertumbuhan
sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah 100% menutup.
Kelemahan
· Secara
alamiah mati setelah 6-8 bulan.
6.
Pueraria
Javanica (PJ)
Pueraria
Javanica atau PJ adalah tanaman Penutup Tanah / LCC (Legume Cover Crop)
yang biasa digunakan oleh perkebunan karet dan kelapa sawit sebagai tumbuhan
pioneer yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, PJ adalah sejenis kacangan
yang cepat menjalar sebab memiliki keunggulan dalam mengikat unsur N (nitrogen)
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman utama (karet atau kelapa sawit) yang belum
dewasa, juga kacangan ini menurunkan suhu tanah pada saat kemarau.
7.
Mucuna Bracteata
Adalah satu
jenis kacangan yang
konon berasal dari
India. Kacangan ini dianggap memiliki kelebihan
Keunggulan Mucuna
bracteata antara lain:
- Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
- Mudah ditanam dengan input yang rendah.
- Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.
- Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
- Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma.
- Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
- Mengendalikan erosi.
- Sebagai Leguminosae dapat menambat N bebas dari udara.
- Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan. Pertumbuhan sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhan gulma di areal TBM.
- Mengembalikan nutrisi tanah serta mempengaruhi kehadiran nitrogen pada tanah dengan adanya aktivitas fiksasi nitrogen di dalam bintil akar (Lehman et al., 1999).
Selain dari beberapa kelebihan Mucuna bracteata,
dari pengalaman sebelumnya kacangan tersebut juga memiliki kelemahan yaitu :
- Kesulitan pertumbuhan pada awal penanaman apalagi pada kondisi cuaca panas dan curah hujan kurang. Dengan kata lain Mucuna bracteata sangat sulit hidup pada saat ditanam namun bila telah berhasil hidup maka pertumbuhannya akan sangat cepat sekali.
II. Cara Penanaman CC PJ CP PP CM
1. Komposisi Kacangan
CC PJ CP PP CM
Kacangan tersebut
biasanya dicampur dengan tingkat perbadingan yang bervariasi tergantung dengan
keadaan lapangan seperti topografi maupun jenis tanah. Pada tahun pertama PJ lebih
cepat berkembang dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan
terlindung, pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP
atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.
Beberapa komposisi campuran
yang dianjurkan:
1 Kg CC + 3 Kg PJ
3 Kg PJ + 8 Kg CP
12 Kg CP + 8 Kg PP
1 Kg CC +8 Kg CP
CM : CP : CP = 2 : 1 : 2
CM : CP : CP = 2 :3 : 2
Campuran PJ, CM dan CP
sebaiknya ditanam pada tanah rata dan tidak ditempat yang selalu
tergenang. Sedangkan PP baik ditanam pada daerah rendahan dan
lembab. Komposisi campuran juga ditentukan oleh sifat tanah. Pada tanah
liat berat dimana perkembangan akar lebih lambat, campuran lebih baik
disesuaikan dengan memperbanyak PJ atau CP dan penanamannya lebih rapat.
2.
Perlakuan terhadap Biji CC PJ CP PP CM
Pertumbuhan kacangan yang
cepat dimungkinkan jika perkecambahan biji kacangan dapat diupayakan cepat.
Beberapa cara supaya biji kacangan cepat berkecambah antara lain :
- Perendaman biji dalam air.
- Biji direndam selama 2 hari didalam air panas bersuhu 75oC. Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
- Perendaman biji dalam larutan gliserin.
- Biji direndam selama 2 hari didalam larutan gliserin bersuhu 60oC. Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
- Perendaman biji dalam larutan asam.
- Biji direndam didalam larutan asam sulfuric (4 % dari berat biji) memakai gelas plastik atau wadah alumunium. Lama perendaman tergantung pada jenis kacangan, sebagai berikut :
Calopogonium sp : 8 menit
Centrosema sp : 8 menit
Pueraria sp : 15 menit
Flemingia sp : 10 menit
Setelah perendaman biji harus
dicuci bersih untuk menghilangkan pengaruh asamnya dan dikeringkan.
- Pemecahan kulit biji.
- Biji dicampur pasir dan dimasukan dalam drum. Kemudian drum yang berisi biji + pasir diputar memakai elektro motor kecil (0,5 HP) 75 rpm sampai kulit biji terlihat retak-retak.
- Kacangan yang telah diberi perlakuan tersebut diatas kemudian dicampur dengan 10 gr Rhizobium kompos untuk setiap 10 gr campuran kacangan. Caranya :
- Rhizobium dicampur dengan air 0,25 lt, kemudian campuran kacangan sebanyak 10 gr dimasukan kedalam larutan Rhizobium dan diaduk rata sampai semua biji kacangan basah.
- Biji kacangan yang telah diinokulasi tersebut dikering anginkan (jangan terkena sinar matahari langsung).
- Setelah kering kemudian dicampur pasir + Rock Phosphate (RP). Pencampuran biji kacangan dengan RP yaitu 1 bagian campuran kacangan + 1 bagian RP + 1 bagian pasir.
3.
Cara Penanaman CC PJ CP PP CM
Cara menanam kacangan penutup
tanah/ LCC tergantung dari topografi lahan yang akan ditanam, berikut adalah
cara menanam tanaman kacangan penutup tanah/legume cover crops (LCC)
tersebut :
a. Areal datar
sampai dengan bergelombang
- Kacangan ditanam sejajar barisan tanaman
- "Larikan" campuran PJ, CM dan CC sebanyak 2 (dua) baris setiap gawangan hidup dan satu baris antar pokok dalam barisan tanaman
- MC ditanam 3 (tiga) lubang di antara pokok dekat rumpukan kayu/batang. Setiap lubang ditanam 3 (tiga) benih MC
b. Areal Bukit
Bergunung
- Pada areal berbukit-bergunung dengan pola kontur/teras maka kacangan ditanam searah dengan terasan/ barisan tanaman
- campuran PJ, CM dan CC sebanyak 4 (empat) titik antara 2 (dua) pokok di dekat bibir terasan
III. Cara
Penanaman Mucura Bracteata.
Berdasarkan pengaruhnya
terhadap kesuburan tanah ternyata Mucuna bracteata memenuhi syarat
sebagai penutup tanah yang ideal. Tanaman ini menghasilkan bahan organik yang
tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami
kekeringan dan pada areal yang rendah kandungan organiknya.
Mucuna
bracteata memiliki
daun trifoliat) berwarna hijau gelap dengan ukuran 15x10 cm. Helaian
daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga
sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Karangan bunga berbentuk
seperti buah anggur dengan panjang 10-30 cm, terdiri dari 40-100 hiasan bunga
berwarna hitam keunguan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteata dapat
mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah. (Subronto dan Harahap, 2002).
pertumbuhan sulur
kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam (dengan curah hujan
yang baik pertumbuhan sulur dapat mencapai 30 cm dalam 24 jam) dan dengan
penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan kelapa sawit per hektar, ternyata
dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Mucuna sangat
efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM, lebih
toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak
disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan
pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu/sapi maupun kambing.
Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan
kelapa sawit sampai penutupan canopy tanaman. Kelemahannya, karena pertumbuhan
kacangan ini sangat cepat, frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih
sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka
akan melilit batang tanaman kelapa sawit
1.
Seleksi Pembibitan Mucuna Bratcteata
Sebelum dilakukan
penananaman kecambah pada pembibitan lakukan seleksi bibit mucuna antara lain :
·
Benih bagus - cotyledon berwarna putih
· Benih
sedang - cotyledon berwarna coklat
· Benih rusak
- cotyledon berwarna hitam, rusak, dengan lobang
Kebutuhan
benih adalah 0,1 kg/ha atau 600 benih
Lukai kulit benih
dengan pemotong kuku pada bagian testa agar cotyledon kelihatan. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah absorbsi air dan juga mempercepat perkecambahan
2.
Tata Cara Pembibitan
·
si
polibag dengan media tanam yang terdiri dari campuran 2 bagian tanah dan 1
bagian pasir. Ukuran polibag yang digunakan 14 x 21 cm atau baby polibag.
·
Tanam
1 benih per polibag dengan hilum pada bagian bawah dengan kedalaman +/- 0,5 cm.
Benih yang ditanam adalah benih yang bagus dan sedang.
·
Lakukan penyiraman segera setelah tanam. Penyiraman
dilakukan 2 kali setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah. Dipastikan agar
kelebihan air tidak tergenang di polibag.
·
Bedengan
bibitan diberi alas plastik supaya akar tidak tembus kedalam tanah diluar
polibag.
·
Lakukan
penyemprotan apabila ada serangan hama dan penyakit.
3.
Pemupukan Benih
·
Minggu ke – 4 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit
·
Minggu ke – 8 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit
4. Persiapan
menanam tanaman kacangan cover crops (LCC)
Persiapan yang baik akan
sangat menentukan keberhasilan pembangunan penutup tanah, dengan tahapan
sebagai berikut:
- Areal bersih dari gulma dan penanaman dapat dilakukan setelah pekerjaan memancang.
- Penanaman MB dilakukan pada saat musim hujan, sebab MB sangat rentan pada cuaca panas pada masa pertumbuhan nya.
5. Menanam Penutup Tanah Mucuna Bracteata
Penanaman di lahan dilakukan 6 s/d 8 minggu setelah
perkecambahan. Penanaman kacangan dilakukan secara menual dalam 2 barisan,
masing-masing Jarak tanam dari pokok kelapa sawit adalah 4 meter dan
jarak antar bibit Mucuna bracteata 1 meter. di tengah gawangan. Campuran
biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha
pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah
selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta
potongan-potongan kayu telah disingkirkan.
6.
Pemupukan di lapangan
Umur (setelah tanam
di lapangan) Jenis Pupuk Dosis
1 bulan NPK
15.15.6.4 3 gram/bibit
2 bulan NPK
15.15.6.4 5 gram/bibit
3 bulan TSP/RP 5
gram/bibit
6 bulan TSP/RP 10
gram/bibit.
7.
Cara Perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata
Tata cara
perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata :
·
Persiapkan
polybag ukuran 12,7 x 17,7 cm, kemudian diisi dengan tanah top soil dan
bebas dari kotoran yang telah dicampur dengan Rock Phosphate (400 gr RP dalam
100 kg tanah).
·
Siram
tanah di polybag sampai lembab (jangan terlalu becek), kemudian susun polybag
dengan rapi
·
Penyetekan
berasal dari tanaman induk MB yang tumbuh subur
·
Cari
ruas kacangan MB yang berakar (tidak terlampau muda atau tua)
·
Ambil
stek Mucuna bracteata dari lapangan (1-2 ruas/stek), kemudian rendam pangkal
ruas (bukan semuanya) dalam larutan 0,2 % Rootone F selama 10 menit, kemudian
stek tersebut ditanam dalam polybag.
·
Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari (bila tidak turun hujan)
·
Polybag
yang telah ditanami stek kemudian diberi sungkup dengan kantong plastik dan
diberi naungan. Usahakan tidak ada udara keluar dari sungkupan tersebut dan
biarkan selama 1 minggu.
·
Setelah
1 minggu kemudian sungkupan dibuka, dan setelah dibuka, stek Mucuna bracteata
dalam polybag dipelihara secara rutin seperti penyiraman, pemupukan melalui
daun dengan Greenzit/Bayfolan dan penyiangan terhadap gulma yang tumbuh.
Mengingat
penelitian secara mendetail yang mempelajari efek negatif dari Mucuna bracteata
seperti kemungkinan adanya zat allelopati, persaingan dengan tanaman utama
(mengingat perakaran yang dalam) masih berlanjut, maka Mucuna bracteata hanya
ditanam dengan tujuan untuk menutup batang-batang kelapa sawit tua atau bekas
tumbangan. Mucuna bracteata akan lebih efektif dibanding Mucuna cochinensis,
mengingat umur Mucuna bracteata lebih lama.
Umumnya Spesies kacangan yang digunakan sebagai tanaman penutup biasanya tidak dapat dipelihara dan dipertahankan dibawah naungan canopi kelapa sawit dewasa, dan secara gradual digantikan dengan spesies nativegrass dan pakis (fern) bila kanopi menutup. Sebagian besar spesies penutup tanah LCC hanya dapat tumbuh karena interpensi cahaya matahari. Artinya penanaman kacangan hanyalah periodik tanaman kelapa sawit sebelum penutupan canopi tanaman
IV.
Pemupukan dan Pemeliharaan Kacangan
1.
Pemupukan
Secara Umum
pemupukan semua jenis tanaman Kacangan perlu dipupuk agar tumbuh subur dan
cepat menutup tanah. Jenis, dosis dan waktu pemupukan disajikan pada
Tabel dibawah ini
Umur Kacangan (bulan)
|
Jenis
|
Dosis (Kg/Ha)
|
Saat tanam
|
RP
|
1:1*
|
1
|
15-15-6-4
|
40
|
3
|
RP
|
80
|
6
|
RP
|
120
|
24
|
RP
|
200
|
2.
Penyiangan
Agar tanaman
kacangan dapat berhasil tumbuh dengan baik maka harus dilakukan penyiangan pada
awal masa tanam. Adapun kegiatan penyiangan tanaman kacangan adalah sebagai
berikut :
a. Di dalam larikan kacangan
Penyiangan
dilakukan dengan cara mencabuti dengan tangan atau cangkul kecil. Sedangkan di
luar/bagian tepi di kanan kiri larikan digaruk dengan menggunakan
cangkul selebar ± 45 cm. Rotasi penyiangan ini dilakukan
setiap 2 minggu sekali sampai kacangan menutup sempurna.
b. Untuk penyiangan diantara larikan
Dilakukan dengan
penyem¬protan herbisida Paracol (paraquat + diuron) dosis 1,5 - 2,0
liter/ha blanket. Rotasi penyemprotan ini dilakukan 1,5 - 2 bulan sekali sampai
pertumbuhan kacangan bergabung (menutup).
C. RUMPUT GAJAH
SEBAGAI COVER CROP
Selain kacang
kacangan tanaman rumput juga dapat dipergunakan sebagai tanaman penutup tanah
antara lain Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan dalam
(Osche et al 1961):
Digunakan untuk
penguat teras dan saluran-saluran air: Althenanthera
amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L
(babandotan), Erechtites
valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria
latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar
wangi), Panicum maximum (rumput
benggala), Panicum ditachyum
(balaban, paitan), Paspalum
dilatum (rumput Australia), Pennisetum
purpureum (rumput gajah) .
Rumput gajah
merupakan keluarga rumput rumputan (graminae
) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di
Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh
pohonnya lalu diberikan langsung (cut
and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat
juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan
cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai
mulsa tanah yang baik.
Mulsa sisa tanaman
dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga
menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik
binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan
tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan
organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.
Manfaat Rumput Gajah Sebagai cover crop
Manfaat Rumput Gajah Sebagai cover crop
- Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.
- Mudah ditanam dengan input yang rendah.
- Sebagai bahan hijauan pakan ternak.
- Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
- Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang baik terhadap gulma.
- Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
- Mengendalikan erosi terutama pada lereng dan teras kontur
- Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan.
- Pertumbuhan sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju pertumbuhagulma di areal TBM.
Penanaman LCC pada areal perkebunan sebaiknya di lihat tingkat kebutuhan
nya dan tingkat kesuburan tanah, juga perlu diperhatikan jenis jenis tanaman
LCC yang akan di tanam, perhatikan pula sifat antagonis satu sama lain nya.
Seperti tanaman kacangan jangan di campur dengan Rumput Gajah, karena sistem
penutupan kacangan akan saling antagonis dengan rumput dan mengakibatkan
tanaman rumput gajah tidak akan berkembang
Begitu pula dengan Kacangan perhatikan pula komposisi tanaman kacangan yang
akan di tanam
D.
Manfaat Rumput Gajah Buat Pakan Ternak Integrasi dengan Kelapa Sawit
Untuk mendukung ketersediaan hijauan pakan ternak yang di
padukan dengan perkebunan kelapa sawit perlu dipersiapkan lahan rumput sebagai
sumber hijauan. Jenis-jenis rumput yang dapat dibudidayakan ada bermacam-macam.
Saat ini yang paling banyak dipilih adalah jenis rumput gajah (Pennisetum purpurium) dengan
berbagai macaam varietasnya. Rumput yang dipilih tentu saja merupakan jenis
rumput yang tinggi produksinya.
Rumput gajah mempunyai kelebihan antara lain produksi tinggi,
dapat mencapai 250 ton/ha/thn dengan kadar protein cukup tinggi, lebih tahan
kering dan disukai oleh ternak. Rumput gajah mempunyai banyak varietas antara
lain varietas Afrika, Hawai, Capricorn, Raja/King Grass, Lampung, Taiwan, dan
lain sebagainya. Dalam budidaya rumput gajah ini, yang perlu dipersiapkan tahapan-tahapannya
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Lahan
Tanaman pakan ternak menghendaki tanah yang gembur dan subur.
Tanah yang miskin hara sebaiknya dipupuk terlebih dahulu dengan pupuk kandang.
Waktu pengolahan /persiapan lahan sebaiknya pada akhir musim kemarau menjelang
musim penghujan.
2. Pengolahan Tanah
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah
melakukan pembersihan, pembajakan dan penggaruan untuk menggemburkan tanah pada
sela sela antar gawangan. Pembersihan dilakukan terhadap pohon-pohonan semak belukar
dan alang-alang. Untuk pohon kelapa sawit dapat disisakan pada lajur tertentu
sebagai peneduh dan penahan kelembaban.
3. Penanaman
Penanaman bibit rumput gajah dapat melalui biji, sobekan rumpun
(pols) batang atau stek. Penanaman yang lebih mudah melalui sobekan rumpun dan
stek. Pada penggunaan sobekan rumpun dapat diambil 3 – 4 akar rumpun yang
ukurannya tidak terlalu kecil. Jarak tanam yang ideal adalah 30 X 50 cm.
Apabila batang/stek yang digunakan maka harus dipilih umur batang yang cukup
tua (sekitar 2 bulan) dengan jumlah mata ruas 2- 3 buah. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 30 x 30 cm dengan posisi batang ditancapkan miring 30˚ untuk
mempermudah pertumbuhan akar. Pemupukan dapat dilakukan pada saat umur rumput 2
– 3 minggu menggunakan pupuk Urea dan KCl. Pemupukan berikutnya terus diulang
pada umur yang sama setiap kali selesai panen. Dosis pupuk urea yang
disarankan adalah 500 kg/ha.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan berkala dapat dilakukan dengan penyulaman dan
penyiangan atau merapikan rumpun yang tumbuh subur di luar jalur tanam.
Pengairan dapat dilakukan sebelum pemupukan pada saat kondisi lahan terlalu
kering.
5. Pemanenan/pemotongan
Rumput gajah dapat dipanen pada umur 40 hari atau sebelum rumput
berbunga. Umumnya pada umur lebih dari 50 hari, rumput akan mulai berbunga dan
mengeras batangnya, hal ini harus dihindari karena dapat menurunkan nilai gizi
dari rumput yang aan dikonsumsi ternak. Pemotongan dilakukan pada ruas batang
terbawah dengan menyisakan batang sepanjang 5-10 cm.
6. Menghitung Kebutuhan Lahan Rumput
Yang perlu dipersiapkan sebelum memulai memelihara ternak adalah
ketersediaan rumput yang dapat memenuhi kebutuhan selama dipelihara. Sebagai
contoh :
·
Jika jumlah sapi dipelihara 10 ekor, dan bobot rata-rata 500 kg.
·
Kebutuhan
rumput per ekor = 10% X 500 kg = 50 kg.
·
Kebutuhan
rumput/hari = 50 kg X 10 ekor = 500 kg.
· Umur potong
rumput 40 hari, kebutuhan selama 40 hari untuk 10 ekor sapi = 40 X 500 kg =
20.000 kg.
·
1
Ha lahan dapat menghasilkan minimal 60.000 kg rumput sekali panen.
·
Jadi
lahan yang dibutuhkan = 1 Ha / 60.000 kg X 20.000 kg = 0,33 Ha.
7. Komponen Produksi Rumput
·
Lahan
di antar gawangan tanaman kelapa sawit
·
Bibit
(1 ton/Ha – 4 pick up)
·
Pengolahan
lahan + tanam
·
Pemupukan
(500 kh urea/Ha/Panen)
·
Irigasi
(1 X saat kemarau)
·
Pemotongan
·
Transportasi
0 komentar:
Posting Komentar