5.1 Permasalahan dalam angkut brondolan
Panen
kelapa sawit adalah kegiatan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS),
pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan TBS ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH), serta pengiriman ke PKS. Kegiatan panen yang
sering menemukan masalah yaitu dalam pengutipan brondolan, banyaknya
brondolan yang berserakan mengakibatkan brondolan sering tidak
terangkut. Salah satu solusi yang dapat menanggulangi brondolan yang
tidak terangkut yaitu dengan menggunakan penggaruk brondolan, namun
metode tersebut masih memiliki kekurangan salah satu kekuranganya adalah
terangkutnya material non brondolan. Pada saat
penggarukan brondolan di piringan menggunakan penggaruk brondolan
material non brondolan yang mungkin terangkut seperti pasir, tanah dan
kotoran yang berasal dari pokok sawit itu sendiri. Material non
brondolan apabila terangkut dapat mempengaruhi proses pengolahan
dipabrik dan dapat menghabat proses pengolahan tersebut yang bedampak
pada peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB).
Sistem
target kadar Asam Lemak Bebas adalah cara penilaian yang obyektif
mengenai mutu panen, yang diarahkan untuk menghasilkan minyak sawit
mentah dengan kadar ALB maksimal 2,6 atau 15 %. Pemeriksaan kadar ALB
dilakukan di pabrik setiap setengah jam. Proses kenaikan kadar ALB yang
berarti penurunan mutu minyak, lebih banyak terjadi di lapangan. Selama
pengolahan TBS menjadi minyak sawit mentah hanya terjadi kenaikan kadar
ALB berkisar antara 0,1-0,4 %, tergantung pada pengolahan di pabrik.
Sedangkan dari lapangan adalah penentu kadar ALB yang terbesar, salah
satu faktor yang mempengaruhi kenaikan kadar ALB yaitu lamanya waktu
yang digunakan antara pengangkutan menuju pengolahan. Lamanya waktu yang
digunakan dalam pengangkutan buah dapat mengakibatkan buah menjadi
restan yang dapat mempengaruhi kenaikan kadar ALB yang tinggi. Buah
restan adalah buah yang sudah dipanen tetapi terlambat dalam proses
pengangkutannya. Selain kadar ALB naik, buah restan juga meninggalkan
brondolan yang banyak, sehingga kemungkinan brondolan tidak terangkut
habis sangat besar yang dapat berdampak pada kerugian perusahaan.
5.2 Pemilihan jenis Media Untuk Angkut Brondolan
Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam pengangkutan brondolan di antanya adalah sebagai berikut :
1. Karung
Karung
merupakan alat yang dapat digunakan dalam pengangkutan brondolan dari
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) ke mobil pengangkut buah dan karung juga
dapat mengefesiensikan waktu pengangkutan. Namun karung memiliki
kekurangan, kekurangan mengugunkan karung yaitu ikut terangkutnya
material non brondolan yang dapat menghabat proses pengolahan.
2. Ember
Ember dapat juga di gunakan sebagai alat
pengangkut brondolan, dari segi waktu ember juga efisien namun dari
segi material non brondolan ember sangat tidak efisien apabila di
aplikasikan. Selain susah membanya ember juga mudah rusak atau pecah
jadi pengaplikasian ember sangat jarang di temukan di perkebunan.
3. Jaring
Jaring
sangatlah efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun dari segi
material non brondolan yang terangkut, jaring sangatlah tepat untuk di
aplikasikan dengan menggunakan jaring waktu yang di gunakan lebih
efisien dan dengan menggunakan jaring kemungkinan material non brondolan
tidak terangkut.
5.3 Spesifikasi BagianTPH Untuk Tempat Brondolan
1. TPH yang di lengkapi dengan jaring
Setelah
pemanen selesai memotong buah, kemudian buah di bawa ketempat
pengumpulan hasil. Semua hasil yang di dapat dari dalam kebun harus di
kumpulkan di tempat pengumpulan hasil dan brondolan di taruh pada tempat
yang telah tersedia yang terletak di tempat pengumpulan hasil tersebut,
jadi tempat pengumpulan hasil tersebut haruslah memenuhi standar.
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) yang di lengkapi dengan karung dapat
dilihat pada Gambar...
Gambar. TPH yang dilengkapi dengan karung
|
Pada
gambar diatas dapat di lihat TPH yang dilengkapi dengan karung,
memiliki ukurang panjang TPH 7 m dan lebar TPH 4 m. Karung yang
digunakan untuk menaruh brondolan adalah karung expupuk dengan ukuran
panjang 1.5 m dan lebar 1 m yang berbentuk persegi panjang dan di pasang
dengan di patok di setiap sudut karung tersebut. Pemasangan karung di
TPH untuk tempat brondolan dapat mencegah terjadinya losses brondolan
dan dapat mempermudah atau mempercepat proses pengangkutan buah ke mobil
pengangkut, tetapi pemasangan karung tersebut masih memiliki kekurangan
yaitu terangkutnya material non brondolan pada saat proses
pengangkutan.
2. TPH yang di lengkapi dengan alat jaring
Tempat
pengumpulan hasil yang menggunakan alat jaring tidak ada bedanya dengan
TPH yang menggunakan alas karung untuk tempat brondolannya, yang
membedakanya hanya tempat brondolannya saja.TPH yang menggunakan jaring
tersebut lebih banyak memiliki keuntungan, keuntungan darialt jaring
yaitu mempercepat proses pengangkutan, meminimalisir losses dan
menghindari terangkutnya material non brondolan yang dapat menghabat
proses pengolahan. TPH yang dilengkapi dengan alat jaring dapat dilihat
pada Gambar...berikut :
Gambar...TPH yang dilengkapi alat jaring
|
Pada Gambar..
diatas ukuran untuk TPH dengan panjang 7 m dan lebar 4 m dan di
lengkapi jaring didalamnya dengan ukuran patok satu kepatok lainnya
sebesar 120 cm.
5.4 penggunaan Alat Jaring
Pada TPH yang mengunakan jaring ada beberapa perbedaan yang spesifik diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bentuk dan ukuran alat jaring
Bentuk
dari jaring tersebut berbentuk persegi dengan unkuran panjang 80 cm dan
lebar 80 cm dengan lubang jaring 1cm x 1cm. Jaring tersebut menggunakan
empat patok dengan jarak patok satu kepatok lainnya adalah 120cm,
dengan tinggi masing – masing patok 40 cm, untuk lebih jelasnya dapat di
lihat pada Gambar .... berikut :
Gambar...jaring brondolan
|
2. Tempat penaruhan alat jaring
Dengan
ukuran TPH 4 x 7 jaring di letakkan di dalam TPH tersebut. penempatan
jaring tidak memiliki ketentuan harus berada di sebelah kanan atau kiri,
tapi biasa penenpatan di letakkan di sudut kiri TPH untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada Gambar..... Berikut :
Gambar....TPH yang di lengkapi jaring
|
3. Metode pemasangan alat jaring dan teknis penempatan brondolan kedalam alat jaring
Pemasangan
alat jaring tersebut dilakukan dengan manual yaitu dilakukan oleh
pemanen itu sendiri, setiap pemanen wajib membawa jaring, pada saat
lingkaran pagi jaring dibagikan pada setiap pemanen. Pemanen diwajibkan
untuk mengutip brondolan pada saat memanen, yang kemudian di kumpulkan
di Jaring yang ada TPH yang sudah tersedia. Pada saat pengutipan
brondolan kemungkinan terangkutnya material non brondolan sangat besar,
yang kemudian ditaruh kedalam angkong setelah itu dibawa keTPH yang
kemudian brondolan di tumpahkan kedalam jaring yang telah terpasang dan
secara otomatis material non brondolan akan tersaring sehingga
mendapatkan brondolan yang bersih.
4. Metode pengangkutan brondolan menggunakan alat jaring
Pada
saat pengangkutan buah atau peloadingan, dengan menggunakan jaring maka
peloding tersebut dapat dengan mudah mengangkut brondolan tampa harus
mengaruk brondolan lagi peloding cukup mengangkat jaring dengan cara
melepas tali yang di sangkutkan di patok, sehingga dapat mempercepat
proses pengangkutan tampa terbawanya material non brondolan yang tidak
di kehendaki oleh pekerja. Proses pengangkutan dapat di lihat pada Gambar.... dibawah ini :
Gambar...proses pengangkutan menggunakan alat jaring
|
5. Pasca pengangkutan menggunakan alat jaring
Setelah
pengangkutan, jaring yang di gunakan untuk mengangkut brondolan
tersebut wajib dibawa oleh mobil pengangkut untuk di kembalikan lagi
kebarak pemanen yang merupakan barak peloading juga.
0 komentar:
Posting Komentar