PERAWATAN TANAMAN KELAPA SAWIT
Ditulis oleh
Administrator,
pada
17 Juni 2014 10:28 WIB
PENYISIPAN TANAMAN (SUPPLAYING)
Penyisipan dilakukan untuk mempertahankan kerapatan tanaman. Penyisipan dilakukan jika terdapat tanaman yang mati, kerdil, infertile, terserang hama atau penyakit yang parah dll. Penyisipan pada tanaman yang berumur 0-3 tahun bisa dilakukan pada setiap titik yang kosong. Penyisipan pada umur 3-4 th, jika terdapat 1 titik kosong antar tanaman maka tidak perlu disisip, jika terdapat dua titik kosong antar dua tanaman, cukup disisip satu, dan jika terdapat 3 atau 4 titik kosong maka disisip 2 atau 3 tanaman. Jika tanaman telah berumut lebih dari 5 tahun sebaiknya tidak dilakukan penyisipan.
PENJARANGAN TANAMAN
Penjarangan dilakukan terhadap tegakan yang melibihi kerapatan. Gejala kerapatan tanaman tinggi adalahUjung daun/pelepah tumpang tindih, sehingga menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga vegetasi bawah jarang/bersih. Penjarang dilakukan pada usia tanaman8 – 10 tahun dan jika kerapatan tanaman 15% melebihi kerapatan selektif. Adapun ktiteria tanaman yang ditumbang adalah tanaman yang teretiolasi karena kerapatan, terserang penyakit atau genetic, pertumbuhan jelek, kembar atau ganda
�
PRUNING PELEPAH SAWIT
Pruning belum dilakuan jika tanaman belum menghasilkan, pruning pertama dilakukan 6 bulan sebelum panen perdana dengan tujuan memotong pelepah bawah yang kering untuk mepermudah proses panen perdana. Selanjutnya frekuensi rotasi pruning adalah 2 kali setahun. Yang diprunning adalah semua pelepah yang tidak produktif kering, mati, rusak atau diserang penyakit.
�
PEMUPUKAN
Pemupukan merupakan item yang sangat penting dalam kegiatan perawatan tanaman kelapa sawit Karena sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman.Untuk itu pupuk yang diberikan harus tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis dan tepat sasarannya. Adapun tujuan pemupukan adalahuntuk memberikan hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan vegetative sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang maksimaal, meningkatkan unsur hara tanah dan menjadikan tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Berikut ditampilkan table pemupukan pada tanaman kelapa sawit.
HAMA DAN PENYAKIT
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan hasil produksi pada tanaman kelapa sawit diantaranya hama dan penyakit. Serangan hama utama ulat pemakan daun kelapa sawit, yakni ulat api (Lepidoptera: Limacodidae) dan ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae).��Potensi kehilangan hasil yang disebabkan kedua hama ini dapat mencapai 35%.�Jenis ulat api yang paling banyak ditemukan di lapangan adalah�Setothosea asigna,�Setora nitens,�Darna trima,�Darna diducta�dan�Darna bradleyi.�Selain hama, penyakit juga menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa sawit. Penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh infeksi cendawan�Ganoderma boninense�merupakan penyakit penting yang menyerang kebun-kebun kelapa sawit. Cendawan�G. boninense�merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasitik fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi.�
PEMANENAN
Memanen kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit, keberhasilan panen akan menunjang pencapaianproduktivitas tanaman, sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Panen memerlukan teknik tertentu agar mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi, sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi, kegiatan panen kelapa
sawit meliputi :
1. Persiapan panen.
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk memutuskan tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya yang seminimal mungkin, kegiatan persipan tediri dari kesiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi potong buah, penyediaan alat- alat kerja.Kegiatan persiapan panen kelapa yang dilakukan adalah :
a. Tanaman telah berumur 30 bulan, 60% pohon telah menghasilkan tandan matang panen
b. Berat TBS rata-rata3 kg
c. Membuat jalan pikul
d. Membuat tempat pengumpulan hasil (TPH).
e. Menyiapkan peralatan panen diantaranya dodos, egrek, bambu atau pipa, kampak, argo, tojok, keranjang atau karung goni, gancu, ember, garuk, terpa
2. Kriteria matang panen.
Tanaman kelapa sawit berbunga dan membentuk buah pada umur 2 – 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Panen dilakukan pada saat buah kelapa sawit sudah matang yaitu kandungan minyak dalam tandan buah segar (TBS) sudah maksimal. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kualitas dan kuantits minyak maksimal. Buah kelapa sawit yang matang ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan buah telah membrodol.
3. Cara pelaksanaan panen.
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tanda buah segar (TBS), memungut brondolan, dan mengangkut dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan panen dan pengangkutan ke pabrik tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi perlu dilakukan dengan baik sehingga diperoleh buah dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Pelaksanaan panen adalah sbb :
- Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan. Tanaman yang tingginya 2 – 5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat dodos.Tanaman dengan tinggi lebih dari 10 m dilakukan dengan dengan egrek dengan menggunakan arit bergagang panjang. Untuk memudahkan panen, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapih di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya maksimal 2 cm.
- Tandan yang dipotong adalah tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen. Semua brondolan dikutip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari sampah, brondolan yang bersih ditumpuk di tempat pengumpulan hasil (TPH)dengan alas karung goni atau keranjang, tangkai TBS dipotong berbentuk V , TBS diangkut ke TPH dan disusun dengan baik.
4. Rotasi dan sistem panen.
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Dalam pemanenan kelapa sawit umumnya menggunakan rotasi 7 hari. Artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) pemetik tiap 7 hari.
5. Kerapatan panen.
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam satu ancak. Tujuan penentuan kerapatan panen adalah untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5 artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal satu tandan yang matang panen.
6. Penanganan buah selepas panen
Penanganan buah selepas panen yang perlu mendapat perhatian adalah pengangkutan buah dari pohon ke TPH , selanjutnya pengangkutan ke pabrik. Penanganan buah yang baik akan dapat menjaga rendemen minyak tetap tinggi.
7. Pemeriksaan.
Pemeriksaan panen dilakukan di lapangan dan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemeriksaaan di lapangan meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpul, brondolana tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, buah tertinggal di pelepah.
8. Pengangkutan TBS ke pabrik.
Tandan buah segar harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah . Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun kepabrik diantaranya adalah lori, traktor, truk. Setelah TBS sampai di pabrik , segera dilakukan penimbangan. Penimmbangan penting dilakukan terutama untukmendapatkan angka – angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawit.
0 komentar:
Posting Komentar