KGI-PALM KAMI MENGERTI NILAI HIDUP , PENYEDIA PALM OIL GO GREEN

Selasa, 20 Januari 2015

engeluara

Obyek Pembiayaan : Pembiayaan kebun (perkebunan) kelapa sawit dan industri turunan (derivatif) berbasis kelapa sawit dapat dibedakan dalam beberapa obyek pembiayaan atau gabungan di antaranya bahkan dapat pula satu kesatuan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir (on farm dan off farm). Pembiayaan meliputi pembangunan kebun (individual) atau perkebunan (skala besar), pabrik pengolah tandan buah segar (tbs) kelapa sawit (biasa disebut PMKS = pabrik minyak kelapa sawit), pabrik rafinasi/fraksinasi antara lain menghasilkan minyak goreng dan sabun dan pabrik olokimia dasar. Unit bisnis pendukung seluruh kegiatan tersebut juga dapat dibiayai semisal pemasok sarana produksi pertanian dan produksi industri hilir bahkan kebutuhan modal kerja di setiap pelaku bisnis tersebut.
Subyek Pembiayaan
Stake holder yang tergolong dalam pelaku investasi dan atau pedagang produk pada dasarnya dapat dibedakan menjadi perseroan terbatas (PT), koperasi atau KUD dan petani individual (tanpa pabrik). Bagi PT maupun koperasi diperlukan kelengkapan administrasi seperti laporan keuangan (audit atau unaudit). Beberapa kondisi bahkan diperlukan rencana kerja investasi proyek (RKP) dan feasibility study (FS) untuk investasi baru atau laporan penilaian aset untuk pembiayaan investasi refinancing.
Sebagaimana telah diulas dalam bab sebelumnya, seluruh pelaku bisnis tersebut perlu melengkapi dengan sejumlah legalitas usaha dan legalitas aset yang menjadi alas hak dimana usaha didirikan dan dijadikan agunan.
Skim Pembiayaan
Skim pembiayaan bila berdasarkan saat dimulainya pembiayaan oleh kreditur dapat dibedakan pula dalam pembiayaan project financing (dibiayai sejak awal pembangunan kebun dan atau pabrik), refinancing (setelah selesai dibangun; bahkan terkadang untuk perusahaan besar dapat bersifat take over dari kreditur lain) dan gabungan antara project financing dengan refinancing (refinancing bertahap). Investasi dengan pola project financing ataupun refinancing bertahap, pada umumnya memerlukan pembiayaan bunga masa pembangunan (BMP/Interest During Construction) dan masa tenggang / grace period yang bervariasi tergantungcashflow masing-masing investor.
Biaya Proyek Pembangunan Kebun : Biaya pembangunan kebun kelapa sawit baik individual, koperasi maupun perusahaan dapat mengacu atau menggunakan unit cost yang dikeluarkan oleh Pemerintah cq Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan baik untuk program kemitraan revitalisasi perkebunan maupun plasma pola PIR Transmigrasi. Pada dasarnya unsur unit cost tersebut relatif sama sesuai masing-masing wilayah investasi namun dapat dimodifikasi dengan keperluan atau penggunaan investasi. Sebagai contoh untuk beberapa investasi pengolahan lahan tergantung situasi dan kondisi areal yang digunakan (hutan sekunder berbeda dengan lahan garapan petani). Dalam lampiran x dan x secara detail disajikan nilai investasi per hektar tanam kelapa sawit untuk tahun tanam 2005, 2006 dan 2007. Beberapa investasi petani (masyarakat) non program dalam skala kecil seringnya tanpa investasi prasarana, kebutuhan manajer kebun (dilakukan sendiri) sehingga biaya tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian nilai investasi akan semakin kecil. Rincian investasi kebun kelapa sawit akan diulas menjadi satu dengan rincian investasi pabrik.
Biaya Proyek Pembangunan Pabrik : Besarnya investasi pabrik pengolah tandan buah segar kelapa sawit (CPO dan Kernel atau CPO dan PKO) tergantung kapasitas pabrik yang akan dibangun. Untuk kapasitas yang sama pada umumnya relatif sama namun sedikit berbeda tergantung wilayah dimana pabrik tersebut akan dibangun dan merk dagang pasokan sejumlah unit mesin impor. Sama halnya dengan pembangunan kebun, bila diperlukan karena cashflow belum memungkinkan dapat diberikan pembiayaan bunga masa pembangunan (IDC). Sebaiknya tidak memberikan pembiayaan kepada invetor yang hanya membangun pabrik tanpa kebun sendiri meskipun pihak investor biasanya berdalih bermitra dengan sejumlah koperasi atau masyarakat.
Investasi perkebunan kelapa sawit terintegrasi dengan pabrik kelapa sawit secara umum terdiri atas :
· Investasi Tanaman dan Non Tanaman
· Investasi Pembangunan Pabik CPO
· Biaya Praoperasi
· Bunga Masa Pembangunan (IDC).
Investasi Tanaman dan Non Tanaman
Rencana investasi pembangunan kebun dapat dilaksanakan dalam beberapa tahun penanaman, namun pada umumnya dalam satu tahun tanam biasanya investor hanya dapat menanam maksimal 3.000 hektar. Berikut kami sajikan secara ringkas contoh kebutuhan biaya investasi untuk penanaman 5.000 hektar sawit yang terdiri dari 2 tahun tanam.
Investasi Pengolahan kelapa Sawit CPO & Kernel
Berikut kami sajikan secara ringkas contoh kebutuhan biaya investasi pembangunan pabrik pengolahan CPO dan kernel dengan kapasitas 45 ton TBS/jam yang pada umumnya berlangsung selama 18 bulan.
Biaya Pra Operasi
Biaya Pra Operasi adalah merupakan Biaya Umum dan Administrasi yang berkaitan dengan Operasional perusahaan selama pembangunan kebun dilaksanakan (untuk investor perseroan maupun koperasi). Nilai biaya yang dianggarkan rata-rata 5%dari total biaya investasi yang akan dikeluarkan.
Ringkasan Investasi Tanaman & Non Tanaman
(Rp000)
No.
URAIAN
FISIK
BIAYA
I
INVESTASI TANAMAN
1
Pembibitan
5.000 Ha
13.125.000
2
Pembukaan lahan
5.000 Ha
19.250.000
3
Tanam LCC
5.000 Ha
6.050.000
4
Penanaman kelapa sawit + TBM-0
5.000 Ha
12.050.000
5
Perawatan TBM – 1
5.000 Ha
19.750.000
6
Perawatan TBM – 2
5.000 Ha
19.950.000
7
Perawatan TBM – 3
5.000 Ha
20.595.000
Sub Total I
110.770.000
No.
URAIAN
FISIK
BIAYA
II
INVESTASI NON TANAMAN
1
Bangunan Perumahan
17.214.000
2
Bangunan perusahaan
4.731.200
3
Mesin dan instalasi
1.450.000
4
Alat Berat dan Kendaraan
7.583.000
5
Infrastruktur
4.698.000
6
Perlengkapan Lain
2.450.000
Sub Total II
38.126.200
TOTAL I + II
148.896.200
Ringkasan Investasi Pabrik CPO & Kernel Kapasitas 45 ton TBS/Jam
No.
URAIAN
FISIK
BIAYA
1
Preliminaries
Ls
1.329.550
2
Civil & Structural
Ls
13.400.000
3
Bunch Fruit Reception
Ls
4.300.000
4
Sterilizer Station
Ls
3.700.000
5
Thressing Station
Ls
2.650.000
6
Pressing Station
Ls
3.840.000
7
Depericarping Station
Ls
660.000
No.
URAIAN
FISIK
BIAYA
8
Clarification Station
Ls
6.450.000
9
Kernel Station
Ls
2.130.000
10
Boiler/Power generation
Ls
13.670.000
11
Water Supply Station
Ls
1.520.000
12
Effluent Treatment Plan
Ls
1.250.000
13
Workshop & general Equipment
Ls
118.300
14
Empty Bunch Utilization
Ls
3.206.650
15
Oil Storage
Ls
3.350.000
16
Laboratorium Equipment
Ls
525.000
17
Fire Fitting Equipment
Ls
830.000
18
Supporting Equipment
Ls
9.850.000
Total
72.780.000
Komposisi Pembiayaan
Kepada investor perseroan maksimal pembiayaan adalah 65% total project cost (TPC), sedangkan untuk koperasi maupun petani diperkenankan pembiayaan sebesar 100% TPC. Namun demikian usulan pembiayaan disesuaikan dengan kondisi kebutuhan debitur dan keyakinan pemberi kredit. Yang perlu diingat, pinjaman dengan pola skim yang ditetapkan Pemerintah, maka komposisi pembiayaan mengikuti aturan yang berlaku.
Proyeksi Produksi dan Penetapan Harga Jual
Produksi kelapa sawit disesuaikan dengan umur tanaman. Sesuai dengan hasil analisa kesesuaian lahan di daerah tersebut, maka kelas lahan digolongkan Lahan kelas 3. Dengan demikian acuan produksinya mempergunakan acuan Lahan kelas 3.
Harga jual TBS, CPO, Kernel ditetapkan dengan mengikuti faktor penentu harga pasar dan ketentuan dari Departemen Pertanian..
Proyeksi Harga Jual masing-masing produk, untuk tahun 2007 adalah :
- TBS = Rp. 575,- /Kg
- CPO = Rp. 4.000,-/Kg
- Inti Sawit = Rp. 1.800,- /Kg
Harga jual produk diasumsikan tetap selama tahun proyeksi. Untuk lebih jelasnya perhitungan proyeksi Penjualan :
Biaya penyusutan & Amortisasi
Biaya ini merupakan biaya penyusutan atas aktiva tetap dan Biaya amortisasi atas aktiva lain-lain dengan menggunakan metode Straight Line, adalah sebagai berikut :
· Tanaman – prosentase 4,00 % per tahun
· Non tanaman – prosentase 5,00 % per tahun
· Biaya Pra Operasi – prosentase 10,00 % per tahun
· IDC – prosentase 10,00 % per tahun
Pajak penghasilan dan Tingkat Diskonto
Pajak penghasilan (PPh) dihitung sesuai dengan Undang-Undang Pokok Perpajakan yang berlaku di Indonesia dengan tarif sebagai berikut :
· Laba sampai dengan Rp. 50 Juta dikenakan pajak 10%
· Laba sampai dengan Rp.100 Juta dikenakan pajak 15%
· Laba lebih dari Rp.100 Juta dikenakan pajak 30%
Tingkat diskonto adalah tingkat balikan (rate of return) yang diperlukan untuk mendorong investor menanamkan dananya pada cash flow yang didiskonto.
Tingkat bunga yang dipakai dalam proses discounting adalah biaya rata-rata tertimbang (Weight Average Cost of Capital, WACC) yang diperhitungkan dengan mempertimbangkan struktur atau komposisi modal yang digunakan perusahaan yang berasal dari long term debt dan equity, biaya atau tingkat bunga pasar pinjaman (cost of debt) dan biaya atau tingkat balikan ekuitas (market rate of return on equity).
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka tingkat diskonto dalam laporan study kelayakan ini mengacu kepada rumus :
WACC = (Ke x We) + (Kd x (1-T)x Wd)
Dimana :
Ke : Biaya Equity
We : Prosentase Equity
Kd : Tingkat Bunga Hutang
T : Tingkat Pajak Perseroan
Wd : Prosentase Hutang (Dari Struktur Capital)
Jadi Nilai WACC = (30% x 35%) + (15,5% x(1-30%) x 65% = 17,55 %
Proyeksi Rugi Laba, Proyeksi Arus Kas dan Proyeksi Neraca
Selama tahun investasi yaitu antara tahun 2007 s/d tahun 2010, yaitu tanaman sebagian telah menghasilkan buah, dan telah mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
Mulai tahun 2008, kebun sudah menghasilkan/ memproduksi CPO dan Kernel/Inti Sawit. Poyeksi Rugi/Laba menunjukkan bahwa tahun 2007 telah mengalami keuntungan sebesar Rp. 4.368.564.000,-
1. Proyeksi arus Kas terdiri dari:
a) Sumber Dana
Sumber dana penerimaan kas dan bank diperoleh dari Penerimaan Penjualan; Hutang Bank; penyusutan.
b) Pengeluaran Dana
Pengeluaran dana kas dan bank untuk biaya investasi tanaman; non tanaman; biaya pra operasi dan manajement fee; biaya operasional; pembayaran bunga bank KI + IDC; pembayaran pajak; pembayaran hutang (KI & IDC); pembayaran dana talangan.
Proyeksi Neraca perusahaan menunjukkan dalam kondisi yang cukup baik. Selengkapnya proyeksi neraca perusahaan dari tahun 2007 s/d tahun 2020 ditampilkan pada.
Analisa Kelayakan Usaha dan Internal Rate of Return
Untuk menganalisa kelayakan usaha suatu proyek, maka diperlukan adanya indikator-indikator yang umumnya dipakai, antara lain Internal Rate of Return (IRR); Net Present Value (NPV); Pay Back Period (PBP) dan Profitability Index (PI).
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat balikan suatu investasi dimana pada saat itu Net Present Value adalah 0. Suatu Investasi dapat dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan apabil nilai IRR lebih besar dari Cost of Capital yang ditentukan (17,55 %).
Analisa Internal Rate of Return (IRR) pada proyek ini menunjukkan bahwa nilai Perhitungan IRR adalah = 21,31 %. Sehingga proyek untuk kedua koperasi ini layak untuk dilaksanakan dipandang dari segi finansial.
Net Present Value
Net Present Value adalah selisih antara serangkaian penerimaan dimasa yang akan datang setelah dinilai saat ini (memakai discount factor) dengan pengeluaran (investasi) yang dilakukan pada saat ini. Dalam perhitungan NPV ini, diasumsikan/ diperhitungkan setiap transaksi yang terjadi akan dinilai pada akhir tahun. Suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan apabila nilai NPV menunjukkan angka positif.
Profitability Index, Pay Back Period dan Analisa Sensitifitas
Profitability Index merupakan perbandingan antara nilai sekarang aliran kas masuk dibanding dengan nilai investasi. Nilai Profitability Index (Benefit Cost Ratio) = 119 %.
Dengan demikian menunjukkan angka lebih dari angka 100%. Berarti proyek tersebut layak untuk diusahakan.
Analisa Pay Back Period merupakan penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup initial investment dari suatu proyek dengan menggunakan cash inflow yang dihasilkan dari proyek tersebut.
Berdasarkan perhitungan dan analisa diperoleh bahwa ternyata perusahaan akan mampu mengembalikan seluruh investasinya sesudah berjalan : 8 tahun dan 6 bulan.
Perhitungan analisa sensitifitas bermaksud menguji analisa kelayakan usaha manakala terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai faktor yang mempengaruhi. Biasanya analisa dilakukan dalam beberapa skenario antara lain bila terjadi kenaikan biaya sebesar 5% atau 10% pada tahun-tahun yang bersangkutan dengan asumsi faktor lainnya tetap atau terjadi penurunan pendapatan sebesar 5% atau 10% pada tahun-tahun yang bersangkutan dengan asumsi faktor lainnya tetap. Hasil analisa memberikan informasi berupa IRR, NPV, profitability index dan pay back period.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger