Keragaan Kualitas Benih
Projeni terpilih maupun projeni RRS II memiliki kadar mesokarp + inti (M/B
+ I/B) yang baik yakni masing-masing 85,6% dan 85,8% dibandingkan projeni SC
yang hanya 83,9%, walaupun kadar I/B projeni SC lebih tinggi yaitu 6.8%.
Projeni hibrida terpilih maupun projeni RRS II memiliki rendemen total minyak
(TOER) yang lebih tinggi yakni masing-masing 27,9% dan 27,4% dibandingkan
projeni SC yang hanya sebesar 24,6%.
Projeni terpilih memiliki kandungan minyak dalam mesokarp segar (Mi/M1) dan
rendemen minyak sawit (OER) yang lebih baik yaitu masing-masing 58,9% dan 26,2%
dibandingkan projeni SC dan RRS II. Walaupun rendemen minyak intinya relatif
rendah, namun projeni terpilih menunjukkan rendemen total minyak (TOER) yang
lebih baik yaitu 27,9%.
Rangkuman nilai rerata projeni hibrida terpilih
1. Produksi total minyak (TO1, umur 4-7 thn) ton/ha/thn
2. Potensi produksi minyak total (TO2, umur 6 thn)
ton/ha/thn
3. Potensi produksi TBS (FFB2, umur 6 thn) ton/ha/thn
4. Pertumbuhan meninggi yang relatif baik = 62,8 cm/tahun
5. Rendemen CPO = 26 %
6. Rendemen minyak total (TOER) = 28,7%
Dalam percobaan ini, PT SAIN telah menempuh jalur cepat dalam program
pemuliaan kelapa sawit dan produksi benihnya dengan cara mengintroduksi dari
ASD Costa Rica pada tahun 1998 sebanyak 99 projeni hibrida DxT/P (RRS II) berikut
selfing/sibbing tetuanya melalui pendekatan pemuliaan RRS (reciprocal
recurrent selection) yang selanjutnya ditanam pada tahun 2002/2003 di Kebun
Perbenihan Lindai.
Berdasarkan hasil produksi selama 4 tahun pertama, telah dipilih 25 projeni
hibrida yang menghasilkan total minyak (=TO1) terbaik dengan intensitas seleksi
25% untuk reproduksi benih hibrida komersial dengan menggunakan selfing/sibbing
tetuanya.
Perkiraan performa rata-rata produksi umur 4-7 thn (ton/ha/thn) dari
projeni hibrida terpilih yang terdiri dari 4 sumber genetik berbeda adalah TO1
= 7,9, CPO1 = 7,4, PKO1 = 0,45 dan FFB1 = 27,5. Perkiraan potensial produksi
pada umur 6 tahun (ton/ha/tahun) adalah TO2 = 9,4 , CPO2 = 8,9 , PKO2 = 0,54 ,
FFB2 = 32,7.
HINC = 64 cm/thn dan RL = 506 cm.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kualitas hibrida SAIN yang terdiri
dari varietas Calabar, Ekona, Ghana dan Yangambi menunjukan hasil memuaskan.
Dalam sidang TP2V pun dalam putusannya menyetujui keempat varietas benih kelapa
sawit PT SAIN disetujui untuk dilepas. (YR)
Pada perkebunan kelapa sawit,
penggunaan benih menjadi faktor penting kesuksesan budidaya. Hanya saja, karena
minimnya informasi dan pengetahuan yang beredar di masyarakat tentang benih
kelapa sawit, menciptakan resiko penggunaan benih asalan.
Setidaknya ada beberapa pemahaman
keliru tentang benih kelapa sawit yang berkembang di masyarakat, antara lain:
Benih kelapa sawit bisa dibeli
secara bebas di pasar. Banyak orang yang beranggapan bahwa benih sawit mudah
diperoleh seperti halnya tanaman sayuran. Tentu tidak demikian. Benih kelapa
sawit hanya bisa diperoleh di 9 sumber benih antara lain PPKS Medan, PT
Socfindo, PT Lonsum, PT. Dami Mas, PT. Bakti Tani Nusantara, PT. Tunggal Yunus,
PT. Sarana Inti Prataka, PT. Bina Sawit Makmur dan PT. Tania Selatan. Hampir
seluruh sumber benih ini tidak memiliki agen penjualan.
Benih kelapa sawit dijual paketan. Banyak calon pekebun yang
menanggap benih sawit dapat dibeli per kantung atau per peti. Padahal benih
asal sumber benih seluruhnya dijual per kecambah yang harganya ditetapkan per
semester pada pertemuan sumber benih dengan pemerintah pusat.Penggunaan kantung
atau pun peti tidak dilihat sebagai bentuk paket namun semata-mata metoda
pengemasan benih saat akan dikirim kepada konsumen.
Benih sawit bisa dibeli cash and
carry tanpa prosedur pendahuluan. Untuk memperoleh benih sawit unggul, pekebun harus
mengikuti prosedur tertentu. Seperti mengurus surat keterangan dari Kepala Desa
atau SP2BKS dari Dinas Perkebunan. Tanpa adanya kelengkapan ini sumber benih
tidak akan melayani pesanan meskipun pekebun sudah menyiapkan dana.
Mengapa mendapatkan benih sawit
tidak semudah memperoleh benih tanaman hortikultur?
Tidak lain karena berkebun kelapa
sawit adalah investasi jangka panjang. Sekali salah menanam maka kerugian akan
dirasakan hingga 25 tahun. Tentu perlu jaminan agar konsumen bisa mendapatkan
benih unggul, meskipun membuat para pekebun sedikit kesulitan mendapatkan
benih. Namun ini masih lebih baik daripada “mudah” namun tidak ada garansi jika
benih yang diperoleh bisa mendatangkan keuntungan.
0 komentar:
Posting Komentar