Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai
ditanam di lahan sampai tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu:
1. Konsolidasi
Konsolidasi adalah
pemeriksaan situasi blok demi blok yang sudah ditanam untuk melihat
kekurangannya, kemudian memperbaikinya dengan cara menegakkan tanaman dan
memadatkan tanah serta pelepah kering diputus atau dipotong. Sekaligus
dilakukan inventarisasi tanaman dan permasalahan lainnya. Bibit yang mati,
abnormal, tumbang, terserang berat hama atau penyakit harus disisip, teras yang
rusak diperbaiki dan lain – lain. Konsolidasi dilakukan pada saat TBM 1.
2. Sensus
Pokok Kelapa Sawit
Sensus
terhadap pokok kelapa sawit perlu dilakukan untuk keperluan
penyisipan/penggantian tanaman yang rusak/mati/terkena hama penyakit. Sensus
dilakukan blok demi blok dengan cara jalur per jalur dan petugas sensus
memberikan tanda pada setiap jalur dengan pancang yang diikat tali plastik
sejumlah bibit yang akan disisip.
3. Penyisipan
/ Penyulaman
Tanaman
yang mati, rusak berat, sakit dan abnormal perlu disisipi dengan segera.
Penyisipan adalah mengganti tanaman yang tidak normal dalam
perkembangannya dengan tanaman yang baru. Makin cepat disisipi makin baik agar
pertumbuhannya tidak ketinggalan dan sebaiknya digunakan bibit yang telah
khusus disiapkan untuk sisipan. Makin lama dilakukan penyisipan maka biaya
investasi akan meningkat karena pemeliharaan akan lebih lama. Penyisipan hanya
dilakukan pada TBM 1 dan awal mula pada TBM 2 dan tidak dianjurkan untuk TBM 3.
Bibit abnormal akan baru terlihat setelah 6 – 12 bulan ditanam dan harus
diganti demikian pula dengan tanaman yang terserang landak, babi dan gajah.
Pelaksanaan
penyisipan tanaman yaitu 3 – 6 bulan setelah tanam, sehingga dimungkinkan
terjadinya keseragaman panen. Frekuensi waktu penyisipan tanaman dilakukan
dengan ketentuan 2-4 rotasi per tahun selama 18 bulan sejak tanam. Cara
penyisipan tanaman yaitu tanaman yang mati dicabut dan ditempatkan
dalam gawangan. Kemudian penyisipan tanaman dilakukan dengan diawali pembuatan
titik tanam. Penanaman dilakukan dengan mengikuti prosedur biasa, kecuali bibit
yang digunakan bibit yang lebih besar (umur ≥ 12 bulan) sehingga
dimungkinkan dilakukan pemotongan pelepah bibit. Pupuk pada saat penyisipan
tanaman, diberikan sebanyak 1,5 kali dosis pupuk per lubangdari pada
penanaman awal. Selanjutnya diperlakukan sama seperti pada tanaman lain di
sekitarnya.
4. Memelihara
LCC
LCC
(Legume Cover Crop) walaupun sebenarnya saya lebih setuju menyebutnya
LCP (Legium Cover Plant) karena karena Crop adalah kata yang berarti
tanaman yang menghasilkan buah sementara kacangan dan sejenisnya hanya tanaman
penutup saja (Plant). LCC/LCP merupakan tanaman penutup tanah dalam perkebunan
kelapa sawit, pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup
tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting
karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, menambah unsur N, kimia dan
biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan
pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan
sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.Untuk mendapatkan
LCC yang murni diperlukan perawatan intensif selama enam bulan pertama.
Dilapangan yang penulis temukan bahwa semua LCC yang digunakan di unit usaha
rejosari adalah jenis mucuna, dengan sifatnya yang dapat tumbuh dengan cepat,
dalam 1 hari mucuna mampu bertambah panjang 20 – 30 cm dengan masa hidup 2
tahun. Jenis – jenis LCC yang biasa digunakan pada perkebunan kelapa sawit
diantaranya :
-
Centrosema pubescens
-
Pueraria javanica
- Calopoginium mucunoides
5. Pemeliharaan
Piringan, Jalan Rintis, dan Gawangan
Piringan
berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk. Selain itu, piringan juga
merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit. Karena itu, kondisi piringan
senantiasa bersih dari gangguan gulma. Pemeliharaan piringan dan gawangan
bertujuan antara lain untuk:
·
Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara,
air,dan sinar matahari.
·
Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan.
·
Pemeliharaan piringan dan gawangan bebas dari gulma dapat dilakukan secara
manual atau secara kimia. Pemeliharaan piringan dan gawangan secara manual
yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul. Budi, (2009) menjelaskan bahwa
pelaksanaan pemeliharaan piringan dan gawangan, harus memperhatikan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
P 0 = menyingkirkan
semua gulma, kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%) umur 0-6 bulan, rotasi
2 minggu.
P 1 = kacangan 85%,
rumput lunak 15%, umur 7-12 bulan, rotasi 3 minggu
P 2 = kacangan 70%,
rumput lunak 30%, umur 12- 18 bulan, rotasi 3 minggu
P 3 = kacangan
bercampur dengan rumput lunak, bebas dari lalang dan anakan kayu, umur > 18
bulan rotasi 4 minggu.
Standar
pembuatan dan pemeliharaan piringan dan jalan rintis dilakukan dengan cara:
·
Piringan bebas dari gulma sampai radius 30 cm di luar tajuk daun atau
maksimal 180 cm dari pohon
·
Pembuatan jalan rintis dilakukan pada umur tanaman 1-12 bulan dengan
perbandingan 1:8, dan waktu tanaman berumur lebih dari 12 bulan. Jalan rintis
dibuat dengan perbandingan 1:2 dengan lebar 1,2 m
·
Perawatan jalan rintis/tengah dilakukan bersamaan dengan perawatan
piringan.
·
Pekerjaan penyiangan (P) atau weeding (W) pada TBM dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
TBM 1 : W1 penutup
tanah seluruhnya (100%) kacangan. Rumput-rumput gulma lain dibersihkan
semuannya. Dan
TBM 2 : W1 seperti
pada TBM 1
TBM 3 : W3 yaitu 70%
kacangan + 30% gulma lunak; bebas lalang. Gulma yang diberantas adalah
jenis gulma jahat yakni; lalang, mikania, pahitan, pakis, teki. Gulma kacangan
yang merambat ke pohon diturunkan. Gulma lunak yang tidak perlu diberantas
adalah jenis wedusan, sintrong.
Pengendalian gulma
pada tanaman kelapa meliputi beberapa kegiatan yang dimaksudkan untuk menangani
pertumbuhan gulma pada areal perkebunan. Meliputi kegiatan wiping dan weeding.
Wiping.
Wiping adalah mengusap daun dengan larutan herbisida. Wiping merupakan
pengendalian gulma yang dilakukan pada gulma alang-alang.
Weeding.
Weeding adalah pengendalian gulma dalam area kebun kelapa sawit baik dalam
gawangan maupun piringan dengan cara penyiangan. Penyiangan dalam gawangan
meliputi gulma yang berada diantara tanaman penutup tanah (LCC) sehingga
dilakukan secara mekanik. Pelaksanaannya memiliki rotasi 16 kali dalam setahun
pada TBM I. Sedangkan pada TBM II dan TBM III rotasi wiping 12 kali dalam
setahun. Penyiangan pada piringan memiliki rotasi 12 kali pada TBM I dan 10
kali pada TBM II dan TBM III. Piringan adalah daerah disekitar pokok tanaman
sawit yang berbentuk lingkaran berdiameter 2-3 m, diameter piringan tergantung
pada umur TBM, TBM I : 2 m, TBM II : 2,5 m, TBM III : 3 m. Penyiangan atau
pemberantasan tumbuhan liar pada area piringan dilakukan secara manual dan
kimia.
a.
Penyiangan manual
Penyiangan manual
dilakukan dengan cara menggaruk tumbuhan dalam diameter piringan dengan
cangkul. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah terjadinya
cekungan yang dapat menampung air dan berakibat rusaknya tanaman. Untuk
menghindari hal itu, penggarukan dilakukan dari arah luar lingkaran ke dalam
(tanaman).
b.
Penyiangan kimia
Penyiangan kimia
dapat dilakukan pada TBM III dengan rotasi 6 kali setahun dengan jenis
herbisida sesuai dengan tumbuhan yang akan diberantas.
6. Titi
Panen dan TPH
Titi
panen merupakan pembuatan jembatan pada setiap jalan rintis yang melewati parit
atau saluran air, sehingga jalan rintis dapat dilalui tanpa hambatan.Tujuan
titi panen adalah mempermudah pekerja panen dalam mengambil/mengangkut buah
sawit. Titi panen harus segera dibuat setelah jalan rintis tersedia. Pemasangan
titi panen dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
·
TBM 1 dipasang titi panen pada rintis = 25%
·
TBM 2 dipasang titi panen pada rintis = 25%
·
TBM 3 dipasang titi panen pada rintis = 50%
Titi
panen dapat dibuat dari kayu atau beton. Penggantian titi panen berbahan kayu
ke bahan beton sebaiknya sudah dimulai pada TBM 3 dan telah selesai pada
awal TM. Jumlah titi panen tergantung dari jumlah parit dan saluran air. Untuk
menentukan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus yang
akurat. Ukuran lebar titi panen tegantung pada kebutuhan dan harus dapat
dilalui angkong dengan lebar titi panen sekitar 20 cm.
·
TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen kelapa sawit. TPH harus dibuat
/dipersiapkan sejak 3-6 bulan sebelum panen. Caranya yaitu memiilih
tempat yang datar kemudian membersihkan penutup tanah/rumput dengan menggunakan
cangkul. Ukuran TPH adalah 2 meter x 2 meter. Jarak antara TPH satu dengan TPH
yang lain adalah sekitar 50 meter (tiap 6 gawangan) dengan lebar titi panen
sekitar 20 cm.
·
7. Pemupukan
Perencanaan
pemupukan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dilakukan oleh Mandor
besar (Mandor 1), Mandor pemupukan dan krani afdeling dengan berpedoman pada
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dan RAB berdsarkan rekomendasi dai tim
riset. Rencana pemupukan kelapa sawit (TBM) meliputi:
·
Blok tanaman yang akan dipupuk
·
Jumlah kebutuhan pupuk per blok
·
Permintaan kendaraan
·
Tempat pengeceran pupuk
·
Jenis dan jumlah peralatan pemupukan
Perencanaan
pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit didasarkan pada prinsip
4 T yaitu (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat metode). Dosis
pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisis daun, jenis
tanah, produksi tanaman, jenis tanah, hasil percobaan, dan kondisi visual
tanaman.
8. Tunas
Pasir dan Kastrasi
Tunas
Pasir/Pruning Sanitasi
Sebelum
areal/blok masuk dalam kategori TM tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan
tunas apapun karena pada waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum. Sehingga
pelepah produktif tidak boleh dibuang. Prinsip tunas pasir adalah hanya
membuang pelepah yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan
pelepah kering artinya ini hanya untuk keperluan sanitasi/kebersihan pokok
sekitar sawit.
Pekerjaan
tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling bawah
(dekat tanah) dan juga pelepah kering. Dilakukan 6 bulan sebelum TM. Pelepah
kering dipotong memakai dodos. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai
dodos kecil (mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan
dari piringan dan disusun di gawangan mati. Sesudah pekerjaan tunas pasir
selesai, maka dilarang keras memotong/memangkas pelepah untuk tujuan apa pun,
kecuali untuk analisis daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya
saja.
Kastrasi/
Ablasi
Kastrasi
atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum
tanaman beralih dari TBM ke TM. Karena itu, sebelum melakukan kastrasi terlebih
dahulu dilakukan monitoring pembungaan. Caranya yaitu mencatat pohon-pohon yang
telah berbunga. Hasil catatan tersebut kemudian digambarkan pada peta sensus.
Tanaman
kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9 bulan, tergantung
pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk
buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis
untuk diolah. Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan
umur 24 bulan perlu dibuang atau diablasi.
Ablasi
merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan,
betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan
vegetatif kelapa sawit. Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan
sebelum pokok dipanen. Tujuan utama dilakukannya ablasi adalah mengalihkan
nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif
sehingga pokok sawit yang telah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya
seragam. Dengan demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan seragam, serta
menghambat perkembangan hama dan penyakit.
Ablasi
biasanya dilakukan pada umur 18 bulan sejak tanam di lapangan sampai dengan 24
bulan. Setelah itu, bunga betina yang keluar dibiarkan sehingga tanaman sudah
dapat dipanen pada umur 30 bulan. Ablasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50%
pokok kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan dan atau
betina. Umumnya, ablasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di
lapangan. Pelaksanaan ablasi dilakukan setiap dua bulan sekali sampai tanaman
berumur 24 bulan.
9. Pengendalian
Hama dan Penyakit
Hama
utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan adalah ulat pemakan daun kelapa
sawit (UPDKS) dan Oryctes rhinoceros yaitu hama penggerek pucuk (titik tumbuh)
kelapa sawit. Pengendaliannya dilakukan secara manual, kimia dan hayati
Penyakit
yang banyak ditemui pada TBM adalah
o Penyakit tajuk yang
disebabkan faktor genetis dengan ciri-ciri adanya pembusukan berwarna coklat
yang menyebar melalui bagian tengah dan menyebabkan anak daun terputus-putus.
o Penyakit busuk tandan yang
disebabkan pathogen marasmius palmivorus. Ditandai dengan adanya miselia
cendawan berwarna putih pada kulit buah dan tandan. Faktor yang mendorong
timbulnya penyakit ini adalah kebersihan kebun, piringan pohon sempit/kecil,
penunasan terlambat, defisiensi hara dan tingginya curah hujan.
o Penyakit busuk pangkal
batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense. Penularan
penyakit melalui pertautan antara akar sehat dan akar sakit, atau melalui spora
yang disebarkan oleh angin. Gejala awal terlihat pada daun TBM mengalami
clorosis yang berlanjut mengeringnya anak daun dan pelepah, serta terjadinya
pembusukan pada jeringan pangkal batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian
hayati untuk Ganoderma dilakukan dengan pemberian Trichoderma spp.
0 komentar:
Posting Komentar