Operasional mengenai Kelapa Sawit
- Lokasi
- Kondisi/jenis tanah
- Legalisasi tanah yang dimiliki
- Jenis bibit yang ditanam
Kebun yang terawat sejak dari awal akan memberikan potensi panen yang optimal, karena perawatan yang baik akan memberikan keseragaman tanaman baik dari segi umur dan kecukupan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Kebun yang dirawat dengan baik akan berproduksi secara optimum hingga umur 30 tahunan.
- Usia tanam
Bagi anda yang sudah mengenal agrobisnis sawit, tentu tidak pelu mempertanyakan kebenaran cerita ini. Tetapi untuk membuka wawasan bagi anda yang masih buta dalam hal berkebun sawit, dengan senang hati saya buatkan perhitungannya berdasarkan kenyataan di lapangan. Tentu bagi anda yang gemar membaca bisa membandingkannya dengan teori yang banyak terdapat di buku-buku tentang sawit.
Berikut perhitungannya:
Kondisi tanaman: terurus dengan baik, dan umur tanam 6 tahun:
Dalam 1 hektar terdapat tanaman sebanyak 136 batang pokok sawit.
Dengan rotasi panen 1 minggu sekali, diperoleh setengahnya atau 68 batang dengan rata-rata jumlah TBS (tandan buah segar) per pokok 1 tandan.
Berat TBS sekitar 10Kg. Atau dalam 1 hektarnya diperoleh: 68 btg x 1TBS x 10 = 680kg
Untuk 2 hektar, hasil tersebut dikalikan dengan 4 sehingga diperoleh 2720 Kg.
Dengan harga TBS sekarang mencapai hingga Rp.1.700/Kg, maka penghasilan sebesar 4,5 jt per bulan sudah ditangan.
Eeiit… tunggu dulu, kan masih ada biaya operasional??? Mestinya kan dikurangkan dulu… Ya memang benar. Biasanya para petani transmigrasi di Riau mengelola sendiri kebunnya, apalagi bila memiliki 2 hektar saja. Para petani hanya perlu mengeluarkan biaya pupuk dan herbisida sekitar Rp.500.000;/bulan per 2 hektar, sehingga penghasilan bersih sekitar 4 juta rupiah.
Perhitungan ini berlaku untuk setiap kelipatannya. Biasanya luas kebun dihitung dalam satuan kapling, dimana dalam 1 kapling terdapat 2 hektar. Maka bila memiliki 1 kapling pendapatan 4 juta bersih per bulan sudah ditangan. Bila luas kebunnya 2 kapling, maka potensi pendapatan adalah 8 juta per bulan, dst. Tentunya semakin besar luas kebunnya memerlukan karyawan untuk pengurusan kebun, untuk itu perlu diperhitungkan biaya untuk karyawan. Untuk efisiennya, dalam 5 kapling terdapat 1 keluarga untuk mengurus kebun tersebut yang upahnya bisa dirundingkan. Upah untuk pengurus kebun yang berlaku sekarang ini di Riau mulai sekitar Rp. 1,5 jt per bulannya.
Nah gimana? Tertarik investasi di kebun sawit ini? Bagaimana bila anda punya 10 kapling? Potensi pendapatan anda bisa mencapai 50jt per bulannya. Dengan nilai investasi sekarang ini yang bervariasi mulai harga 50jt / hektarnya, anda bias menghitung sendiri berapa BEPnya bukan?
b. Tumbang/Cincang Rp. 1.000.000
c. Stacking Rp. 3.500.000
b. Pancang/Lobang/tanam Rp. 2.720.000
3. Pembuatan Jalan
a. Alat Berat & Sirtu Rp. 5.000.000
a. Perawatan (semprot/pupuk/hama) Rp. 22.000.000
Penyakit Busuk Pangkal Batang atau Basal Stem Rot (BSR) adalah suatu penyakit yang paling banyak menyerang tanaman sawit di Indonesia, sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani pekebun dan perusahaan. Ciri tanaman sawit yang terkena BSR ini adalah daun berwarna hijau pucat, janur (daun muda) yang terbentuk sedikit, daun tua menjadi layu dan kemudian patah, serta dari tempat yang terinfeksi mengeluarkan getah.
Penyakit BSR inilah yang biasanya menyebabkan pohon sawit bisa tumbang atau patah batang secara tiba-tiba, seolah tanpa sebab, menimpa orang atau pekerja, sehingga sering dikaitkan dengan takhayul. Sialnya, kepatahan pohon itu sering terjadi saat pekerja sedang memanen TBS dengan cara mengegreknya. Tarikan egrek itu menjadi pemicu tumbangnya pohon, dan biasanya mengarah ke pekerja.
Adapun penyebab BSR ini adalah sejenis jamur mikroskopis yang bernama Ganoderma sp. Ada beberapa varian dari ganoderma sp, diantaaranya adalah : G.applanatum, G.lucidum, G.pseudofferum dan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah G.boninesse.
Sampai sepuluh tahun yang lalu, belum ditemukan cara yang efektif untuk membasmi jamur ganoderma sp. ini. Dalam berbagai percobaan di laboratorium, hampir semua fungisida kimiawi dapat mengatasi jamur ini, tetapi tidak ketika diterapkan di lapangan.
Adapun perlakuan dengan fungisida sistemik (Tridemorph dan Dazomet) dengan suntikan bertekanan ke arah akar memang mampu membatasi penyebaran, tetapi cara ini sulit diterapkan karena sulit memastikan zat aktif benar-benar langsung diserap akar.
Kemudian dikembangkan pengendalian ganoderma secara biologis, yaitu dengan menumbuhkembangkan musuh alaminya. Adapun musuh alami ganoderma sp. adalah jamur trichoderma sp. Jamur trichoderma sp. ini bersifat tidak merugikan bagi tanaman dan hewan atau manusia, tetapi merupakan predator atau musuh alami ganoderma sp. Bila dilihat dengan mikroskop, trichoderma sp. membelit dan mematikan ganoderma sp. dalam waktu enam hari saja sejak kontak pertama.
Beberapa perusahaan produsen bio pestisida kemudian memproduksi dan memasarkan trichoderma sp. ini. Beberapa merk dagang yang sudah masuk ke Indonesia diantaranya adalah : NaturalGlio produksi NASA, AgenT produksi MOSA, M-Dec produksi MM dan EvaGrow produksi TIENS. Adapun cara pemakaian bio pestisida itu, tentu dapat dibaca pada label atau kemasannya. Penting kami sampaikan, agar para pengguna bio pestisida selalu mematuhi aturan cara pakai yang sudah ditetapkan produsen masing-masing.
Selain dengan menggunakan bio pestisida yang ramah lingkungan, bisa juga dengan cara membuat lingkungan tumbuh ganoderma menjadi tidak sesuai, sehingga jamur ganoderma ini tidak atau sulit berkembang. Pemberian kalsium nitrat (produksi Norsk Hydro, dengan kandungan N 15% dan Ca 19%) dapat menjadi penghalang terhadap serangan penyakit BSR, dimana jamur patogen menjadi melemah secara statis dan pertumbuhannya menurun/melambat.
Beberapa perusahaan besar penanam kelapa sawit ada juga yang menggunakan sistim penanaman lubang dalam lubang untuk mengurangi penyebaran jamur ganoderma ini. Adapun mengenai penanaman dengan sistim lubang dalam lubang ini telah kami tulis dalam tulisan sebelumnya.
Betapapun, pada serangan yang berat, maka pohon harus ditumbang dan dibakar untuk mencegah penularan yang lebih parah.
Demikian kami sampaikan sedikit ulasan tentang penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. Bila ada yang butuh penjelasan, bisa menghubungi ponsel 081263076562. Kami akan senang belajar dan berbagi ilmu pertanian dengan semua pihak.
Penulis adalah staf pada UKM Tani Muda yang memproduksi dan memasarkan kecambah bibit kelapa sawit non sertfikat.
Mengenai penyakit tanaman sawit yang lainnya (ada sebelas macam lagi) Insya Allah akan kami tulis di
1. Untuk memilih kecambah sawit.
Kalau mau yang jenis tenera : pilih yang bijinya kecil dan tempurungnya tipis.
Kalau mau yang jenis dura : pilih yang bijinya besar dan tempurungnya tebal.
Pilih juga yang mata tunasnya putih bersih, tidak cacat dan panjang akarnya tak lebih dari 2 cm. Pilih yang bentuk bijinya lonjong seperti buah melinjo. Tempurung berwarna hitam pekat, bersih dari sabut dan jamur. Mata tunas hanya satu setiap biji. Bentuk tunas bagus, tidak bengkok. Tunas dan akar masih segar, tudung akar masih utuh.
2. Untuk memilih bibit kecil (baby).
Pilih yang bentuk tajuknya bagus, bongkotnya (bagian batang paling bawah) besar, gemuk pendek, jangan pilih yang tinggi langsing. Daun dan batang hijau segar, usia 3 bulan minimal sudah memiliki 4 pelepah daun yang terbuka. Jangan pilih yang pelepah daunnya menutup atau tidak membuka. Akarnya kokoh, tidak goyah. Pilih juga yang daunnya tidak cacat karena penyakit layu atau karena dimakan ulat.
3. Untuk memilih bibit besar siap tanam.
Bibit sawit umumnya ditanam ketika sudah berumur satu tahun, terhitung sejak mulai dipindahkan ke polibag besar dari usia baby (tiga bulan). Namun bila akan ditanam di lahan yang basah atau banyak hama tikus, maka biasanya yang ditanam adalah yang berumur dua tahun. Bibit umur dua tahun terlebih dahulu dipotong semua pelepah daunnya hingga tinggal setengah.
Adapun ciri bibit besar yang bagus adalah sama dengan ciri bibit baby, ditambah adanya sulur pada ujung pelepah daun yang bagian atas. Selain itu, jangan pilih bibit besar yang tumbuh besar jauh melebihi kawan-kawannya, karena biasanya bibit itu adalah jantan. Kalau pun mau di tanam utk membantu penyerbukan nantinya, tanamlah satu pohon saja utk setiap 51 pohon.
Biasanya, bibit besar yang ditempatkan dibagian pinggiran pembibitan, akan tumbuh tidak setinggi kawannya yang lebih ke tengah. Ini normal saja. Dan bibit yang di pinggir ini bukanlah bibit yang tak bagus.
4. Bila pucuk kelapa sawit atau kelapa biasa terserang penggerek hama, semprot saja dengan air garam. Ingat, jangan biarkan lama-lama, karena pertumbuhan pucuk tanaman bisa sangat terganggu.
5. Untuk menormalkan sawit jagur/buah jarum.
Pohon sawit yang hanya berbuah kecil dan didominasi duri saja, jangan ditebang atau diganti baru, karena dapat dinormalkan dengan cara : panenlah buahnya dan potong pelepah sesuai jadwal kawannya yang berbuah normal. Setiap panen, kumpulkan sampah atau daun sawit yang kering disekeliling pangkal batangnya, lalu dibakar. Ukurlah besar tumpukan sampah hingga tak menyebabkan kematian karena api terlalu besar. Usahakan agar daun terbawah sampai layu sedikit. Lakukan setiap panen, sampai buahnya jadi normal. Biasanya sekitar 6 bulan sampai setahun. Cara ini umum dilakukan para petani sawit rakyat di Sumatera Utara, dan tingkat keberhasilannya biasanya di atas 90%.
- Biaya-biaya yang harus dikeluarkan :
- Biaya Pembelian Lahan per ha = Rp. 5.000.000
- Pembersihan Lahan per ha sekitar = Rp. 500.000
- Harga Bibit :
- Pemupukan
- Bulan pertama tanam (Urea) = 0,5 kg per pohon
- Bulan ke-2 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-4 tanam (TSP) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-8 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-12 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-16 tanam (TSP) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-20 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-24 tanam (Urea) = 0,75 kg per pohon
- Bulan ke-28 tanam (TSP) = 1 kg per pohon
- Bulan ke-32 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
- Bulan ke-36 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
- Bulan ke-40 tanam (TSP) = 1 kg per pohon
- Bulan ke-44 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
- Bulan ke-48 tanam (Urea) = 1 kg per pohon
- Pupuk Urea sampai 4 th. = 1,072 ton sekitar 1100 kg
- Pupuk TSP sampai dengan 4 th = 0,455 ton sekitar 500 kg.
- Pemangkasan Pasir
- Pemangkasan Produksi
- Pemangkasan Pemeliharaan
- Biaya pembelian lahan. = Rp. 5 jt.
- Harga Bibit = 3,9 jt.
- Biaya Pemupukan = 6,5 jt.
- Biaya Penyemprotan terhadap Gulma = 1 jt.
- Biaya pemangkasan daun = 500 rb.
- Biaya untuk ongkos tukang panen per janjang Rp. 600
- Biaya transportasi Rp. 100 rp per kg.

- Standar kematangan berikut ini berdasarkan jumlah brodolan yang ada di permukaan tanah.
- Sangat penting untuk mempertahankan panen pada interval yang pendek pada tanaman yang baru menghasilkan atau tanaman muda, karena buah akan membrondol lebih dari 10% dalam waktu 5-7 hari, interval panen yang lama mengakibatkan banyaknya buah busuk dan jumlah brondolan yang banyak.
- Pelaksanaan panen yang tepat pada standar kematangan
yang tepat dapat mencegah pemanenan buah mentah dan mengurangi
pengumpulan brondolan.
- Interval panen tidak boleh lebih dari 10 hari pada 3 (tiga) tahun pertama setelah menghasilkan dan tidak boleh melebihi 14 hari pada tanaman yang lebih tua, pada musim buah rendah lakukan pemeriksaan ekstra agar pemanen tidak memanen buah mentah untuk memenuhi standar borongnya.
- Untuk tanaman diantara panen tahun pertama sampai ke tiga, paling sedikit 5 brondolan per janjang dengan interval kurang dari 10 hari
- Untuk tanaman yang lebih tua , standar kematangan maksimum adalah 3 – 5 brondolan per janjang sebelum panen dengan interval kurang dari 10 hari.
- Jika interval panen, tidak dapat dihindari lebih dari 14 hari
1. Persiapan Pemanenan

- Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan : Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.
- Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada satu hari.
- Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba di ancak panen sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen
- Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.

- Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah.
- Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk di gawangan.
- Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin.
- Tunas
yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan
mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah
buah.
- Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup pasar pikul, priringan dan parit
- Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan terlalu masak pada rotasi berikutnya.
- Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong rapat pada batang.
- Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan kehilangan minyak dan kernel
- Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.
- Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA
- Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan.
- Keluarkan brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang
kosongnya jangan di bawa ke pabrik.
- Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik.
- Usahakan mencegah keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.
- Buah diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah.
- Jika rotasi panen dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan.
- Premi potong buah berdasarkan “jumlah janjang buah TBS” yang didapat
- Premi potong buah berdasarkan “jumlah berat (kg) buah/TBS yang didapat setelah di timbang di pabrik/PKS.
Sistem Janjang
|
Sistem Berat
| ||
1
| Pemanen dibayar sesuai dengan jumlah janjang yang dipotong dari pohon pada saat itu |
1
| Pemanen di bayar sesuai berat janjang sesudah sampai di PKS, kemungkinan berat janjang sudah berkurang akibat restan selama di lapangan |
2
| Pemanen langsung tahu berapa pendapatan atau premi yang diperolehnya setelah selesai potong buah. |
2
| Pemanen tidak langsung tau berapa jumlah pendapatannya dan masih menunggu hasil timbangan di PKS |
3
| Kecendrungan manipulasi brondolan tidak ada karena perhitungan borong berdasarkan janjang |
3
| Terjadi kecendrungan manipulasi brondolan karena harga kg brondolan lebih mahal dari TBS |
Pembayaran premi dilaksanakan pada saat karyawan menerima gaji, pemberian pinjaman setiap minggu harus ditiadakan, sebab akan mengurangi manfaat premi pada saat di terima , karena akan terjadi pemotongan pinjaman, sehingga premi yang diterima relatif kecil, dan akan mengakibatkan berkurangnya motivasi kerja.
4 . Denda dan Sanksi
- Tidak siap borong (tidak menjalankan tugas sesuai dengan 7 (tujuh) jam kerja.
- Memanen buah mentah.
- Buah masak siap panen tetapi tidak di panen
- Brondolan tidak dikutip bersih
- Brondolan di buang ke gawangan
- TBS tidak disusun rapi di TPH
- Pelepah sengkleh, atau pelepah berserakan tidak di tata rapi
- Buah mentah diterima senagai buah masak
- BJR timbangan PKS dengan BJR timbangan di lapangan selisih >10%
- BJR timbangan PKS dengan BJR Timbangan di lapangan selisih 5-10 %
- BJR Timbangan PKS dengan BJR timbangan di lapangan selisih antara 2,5 – 5 %
- Buah mentah >5% dari total panen per hari
- Buah mentah 4 – 5 %
- Buah mentah 3 – 4 %
- Buah masak tidak dipanen, buah tinggal di piringan sehingga tidak terangkut, pelepah berserakan tidak di tata rapi.
5. Pengawasan
- Setiap hari kerja wajib memeriksa hasil kerja tukang potong buah, yang meliputi pemeriksaan mutu buah di TPH dan kualitas ancak panennya
- Pemeriksaaan mutu buah dan ancak yang dilakukan mencakup hal sebagai berikut :
- Kematangan buah menurut kriteria yang berlaku.
- Tumpukan brondolan di TPH
- Kebersihan brondolan
- Rumpukan pelepah
- Pelepah “ sengkleh”
- Buah masak tidak dipanen
- Brondolan tidak dikutip
- Buah mentah yang diperam
- Mengurangi losses produksi dengan kesadaran akan kerugian yang terjadi pada perusahaan, bukan karena perintah atasan atau paksaan
- Hasil pemeriksaan assisten dicatat dalam buku penerimaan mutu buah.
- Setiap jenjang di TPH harus dihitung dan diperiksa kualitasnya.
- Semua TBS yang telah diperiksa dan diterima di cap/tanda pada gagangnya dengan gancu, buah yang dipanen harus diberi kriteria dan catatan setiap buah Mentah di beri tanda “ A” dan nomor panen pada gagangnya, brondolan kadaluarsa harus di keluarkan dari tumpukan brondolan, dan janjangan kosong harus dibuang di gawangan, pemanen yang memanen buah mentah harus di denda dan diberi sanksi
- Kerani buah hanya bisa menerima buah di TPH yang telah di tetapkan
- Kerani buah mencatat seluruh aktivitas pemanenan pada buku penerimaan panen, dan bila terjadi kesalahan pencatatan tidak boleh di robek tetapi cukup di paraf dan di beri keterangan, serta melanjutkan pada halaman berikutnya.
- Hasil pemeriksaan dan pencatatan kerani buah setiap harinya di cocokkan dengan catatan Asisten kebun, untuk mencegah terjadinya penyelewengan administrasi
- Menentukan ancak setiap pemanen pada pagi hari, dan melaksanakan kontrol terhadap kehadiran pemanen yang terlambat.
- Aktif melaksanakan pekerjaan potong buah sehingga seluruh buah masak telah dipanen, dan tidak ada buah masak yang tertinggal di pohon.
- Memastikan semua buah yang dipanen dibawa ke TPH dan tidak ada yang tertinggal di piringan atau pasar rintis.
- Sewaktu memotong gagang buah harus mepet tetapi tidak terkena tandan
- Memastikan tidak ada buah mentah yang dipanen, dan apabila terlanjur dipanen, tidak dibenarkan di peram atau disembunyikan.
- Memastikan semua brondolan di kutip
- Memeriksa buku kerani buah untuk melihat hasil panen pemanen yang rendah, terutama yang tidak siap borong.
- Menghitung kerapatan buah di seksi yang akan di panen pada ke esokan harinya.
- Mantri buah langsungf bertanggung jawab kepada asisten atau estate manager.
- Memeriksa kualitas buah, presentase brondolan, serta kebersihan dan kerapihan ancak panen, minimal 2 – 3 mandor per hari
- Secara bergiliran harus melaksanakan pemeriksaan kualitas buah per mandor dengan di dampingi oleh mandornya.
- Melaporkan hasil pemeriksaannya kepada estate manager setiap sore harinya
- Setiap akhir bulan rekapitulasi pemeriksaan mantri buah terhadap kualitas dan putaran panen.
a. Pemanen Kontrak :
- Pemanen baru yang diterima sebaiknya menggunakan system kontrak dua tahun.
- Bila pemanen tersebut sudah bekerja dengan baik setelah masa kontraknya habis dilanjutkan dengan mengangkatnya menjadi SKU harian.
- Semua fasilitas SKU harian dapat diberikan sesuai kebutuhan.
- Upah harian sesuai peraturan Badan Kerja Sama Pengusaha Perkebunan Sumatera (BKS-PPS)
- Upah tidak dibayar bila mangkir/absen yang tidak diperkenankan.
- Mendapat fasilitas jamsostek.
- Keluarga sakit mendapat pengobatan di klinik perusahaan
- Mendapat THR keagamaan dan bonus tahunan sesuai peraturan BKS-PPS.
- Mendapat hak cuti.
- Mendapat catu beras sesuai peraturan BKS-PPS.
- Mendapat fasilitas perumahan.
- Upah Bulanan sesuai peraturan BKS-PPS dan perusahaan
- Upah tidak dibayar bila mangkir yang tidak diperkenankan
- Mendapatkan fasilitas jamsostek
- Keluarga sakit mendapatkan pengobatan klinik perusahaan
- Mendapat THR keagamaan dan bonus tahunan sesuai peraturan BKS-PPS.
- Mendapat hak cuti.
- Mendapat tunjangan dan catu beras sesuai peraturan BKS-PPS.
- Mendapat fasilitas perumahan.
Krani Panen, Mandor Panen dan Mandor Satu Krani Panen, Mandor Panen dan Mandor Satu terdiri dari kontrak, SKU Harian dan Bulanan yang masing-masing mendapat fasilitas sebagai berikut :
a. Karyawan Kontrak :
- Karyawan baru dapat menggunakan system kontrak dua tahun.
- Bila karyawan kontrak tersebut telah bekerja dengan baik dan masa kontraknya telah selesai dapat dilanjutkan dengan mengangkatnya menjadi SKU Harian.
- Semua fasilitas SKU Harian dapat diberikan kepada karyawan kontrak sesuai kebutuhan.
- Upah harian sesuai peraturan BKS-PPS
- Upah tidak dibayar apabila mangkir/absen yang tidak diperkenankan.
- Mendapat fasilitas jamsostek.
- Keluarga sakit mendapat pengobatan di klinik perusahaan.
- Mendapat THR keagamaan dan bonus tahunan sesuai peraturan BKS-PPS.
- Mendapat hak cuti.
- Mendapat tunjangan dan catu beras sesuai peraturan BKS-PPS
- Mendapat fasilitas perumahan.
- Upah Bulanan sesuai peraturan BKS-PPS dan perusahaan
- Upah tidak dibayar bila mangkir yang tidak diperkenankan.
- Mendapat fasilitas jamsostek
- Keluarga sakit mendapat pengobatan klinik perusahaan
- Mendapat THR keagamaan dan bonus tahunan sesuai peraturan BKS-PPS
- Mendapat hak cuti
- Mendapat tunjangan dan catu beras sesuai peraturan BKS-PPS
- Mendapat fasilitas perumahan
Khusus untuk SKU Bulanan, nilai upah atau golongan ditentukan oleh prestasi kerja yang bersangkutan sesuai penilaian atasan atau pimpinan atau tim penilai berdasarkan peraturan perusahaan mengenai kepersonaliaan.
Waktu pengupahan mengikuti peraturan personalia yang berlaku.
Pengupahan panen dapat dirubah berdasarkan kebutuhan dan kebijakan managemen Perusahaan dan Pemerintah
- http://www.ziddu.com/download/10585135/SISTIMPANENVERSIJANJANG.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10586775/PanenVersiBerat.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10585799/TABELSISTEMPANENBERAT.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10585845/TabelPerhitunganKGBeratHasilPanenharian.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10585972/TabelPerhitunganKGBeratHasilPanenMingguan.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10586009/TabelPerhitunganKGBeratHasilPanenBulanan.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10586103/DaftarFactorSanksiPanen.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10586181/ContohPerhitunganSanksiPanen.pdf.html
- Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
- Ulat Kantong Kantong dan Ulat Api ( Bagworm and Nettle Caterpilar)
- Tikus (Rats)
- Serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman muda berhubungan erat dengan tekhnik land clearing dan cara penanamannya
- Populasi Oryctes rhinoceros terhambat pada areal yang di land clearing seluruhnya
- Populasi Oryctes rhinoceros yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman sawit apabila dijumpai keadaan sebagai berikut
- Jika tanaman kelapa sawit ditumbang dan disusun diantara gawangan
- Jika tanaman kelapa sawit di konversi dari tanaman karet dan tunggul dibiarkan lama membusuk
- Jika janjang kosong digunakan sebagai penutup/mulsa diletakkan bertumpuk disekililing gawangan atau piringan.
- Serangga dewasa dapat menyebabkan kerusakan dengan melubangi pangkal daun tombak dan jaringan leher akar, Pohon muda akan mati jika titik tumbuhnya dirusak, kerusakan pada daun tombk biasanya mengakibatkan malformasi
- Serangan yang berulang-ulang akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan saat menjadi dewasa menjadi terlambat
- Masa paling kritis adalah dua tahun pertama setelah tanam dilapangan. Tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan Oryctes rhinoceros jika kanopi telah saling menutup. Pada tanaman menghasilkan jarang menimbulkan masalah
- Kacangan yang cepat tumbuh dan tebal, menutupi sisa sisa pohon yang membusuk yang juga dapat menolong menekan serangan kumbang pada kelapa sawit kerena pertumbuhan vegetatif dari kacangan tersebut, untuk mencapai hasil yang maksimum usahakan kacangan telah menutup tidak lebih dari 8 – 10 bulan, setelah felling
- Cara yang efektif untuk mengendalikan serangan adalah dengan mengumpulkan larva diantara batang batang yang membusuk, pengendalian ini sangat mahal kecuali pada areal dengan serangan tinggi.
- Dapat juga dilakukan dengan penangkapan kumbang, tetapi hal ini akan sia sia apabila telah tersering dengan intensitas yang tinggi
- Pada serangan ringan
- Serangan yang dilakukan pada areal sepanjang tanaman pinggiran, pada keadaan ini harus dilakukan penangkapan kumbang sebagai tambahan dari pencegahan dengan bahan kimia
- Penangkapan dapat dihentikan apabila intensitas serangan cenderung rendah.
- Pada Kerusakan Berat
- Pada kerusakan yang sangat berat pengendaliannya nya harus dengan bahan kimia
- Bahan kimia yang digunakan adalah insectisida seperti curater dan furudan 3 G pada kanopi tanaman dengan interval sebulan sekali, dengan komposisi sebegai berikut :
- 15 gr/pohon untuk = 0-6 bulan setelah tanam.
- 30 gr/pohon untuk = > 6 bulan setelah tanam
- Pemberian insectisida granular harus langsung diberikan pada ketiak-ketiak pelepah yang lebih rendah yang mengelilingi daun tombak, dan ini membentuk lapisan kimia pelindung disekelilingi titik tumbuh.
- Jika menggunakan insektisida granular, rotasi penangkapan kumbang menjadi 2 (dua) round perbulan, dan sebagai sarana pengamatan populasi.
- Pada musim hujan lebat kefektifan insektisida dapat berkurang, pada masa ini rotasi dapat ditingkatkan menjadi 2 kali sebulan.
- Pada populasi serangan mulai menunjukan intensitas penurunan dan rendah dan kerusakan baru dapat diabaikan, maka penggunaan insectisida dapat dihetikan, tetapi pada lokasi yang serangan masih cukup tinggi penggunaan insectisida terus dilakukan sampai umur tanaman 18 bulan.

- Cara penentuan tingkat serangan / penga- matan dini.
Tabel IX-1 Pengamatan serangan hama
No
|
Situasi
|
Prosedur Pelaksanaan
|
Interval
|
Intensitas
|
a | Tampak gejala serangan | Pengamatan | Sebulan sekali | Setiap pasar pikul ke 2 |
b | Hama telah menyerang ke seluruh blok atau pada pocket dengan serangan hebat dan membutuhkan pengendalian | Hentikan pengamatan dan sensus segera dimulai | Sebulan sekali (dua minggu sekali jika serangan meningkat dengan cepat) | Satu titik sensus permanen per ha menyebar secara menyeluruh |
c | Serangan dapat dikendalikan | Pengamatan | Sebulan sekali | Setiap pasar pikul ke -3 |
b. Batas Serangan

Tabel IX – 2 Level serangan Ulat Api dan Ulat Kantong
Level Serangan
|
Jumlah serangan ulat api
|
Jumlah serangan ulat kantong
| ||||||||||
Setora Nitens
Thosea Asigna
|
Plonecta diducta
Thonsea Bisura
|
Darna trima
|
Mahasena corbeti
|
Metisa plana
|
Crematopsyche pendula
| |||||||
TBM
|
TM
|
TBM
|
TM
|
TBM
|
TM
|
TBM
|
TM
|
TBM
|
TM
|
TBM
|
TM
| |
Ringan
|
< 3
|
< 7
|
< 7
|
< 15
|
< 15
|
< 35
|
< 3
|
< 7
|
< 25
|
< 50
|
< 30
|
< 65
|
Sedang
|
3 – 4
|
7 – 9
|
7 – 9
|
15-13
|
15-24
|
35-49
|
3 - 4
|
7 - 9
|
25-34
|
50-69
|
30-44
|
65-89
|
Berat
|
≥ 5
|
≥ 10
|
≥ 10
|
≥ 20
|
≥ 25
|
≥ 50
|
≥ 5
|
≥ 10
|
≥ 35
|
≥ 70
|
≥ 45
|
≥ 90
|
- Jika penyebaran sangat terlokalisir, pengendaliannya dianjurkan untuk menggunakan secara biologi dengan menggunakan virus atau Thuricide
- Bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan
- Spraying dgn knapsack atau mist blower
- Trunk Injection
- Fogger
- Diareal belum menghasilkan, tikus memakan pelepah terbawah tanaman sehingga menunjukkan karakteristik yaitu, pelepahnya terkulai ditanah kadang kala tikus juga memakan tunas muda sehingga mengakibatkan matinya tanaman.
- Kerusakan disebabkan oleh tikus sangat berpengaruh di tanaman yang menghasilkan, baik buah mentah maupun masak dimakan, brondolan dibawah pergi dan dimakan sebagian.
- Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan yang berarti pada daun dengan mencabik daun untuk sarangnya
- Jika tidak dikendalikan tikus dapat meningkat dari tingkat yang dapat ditoleransi yaitu 60 ekor meningkat menjadi 300 per ha dalam waktu 6 bulan. Pada tingkat serangan seperti ini 5 – 15% produksi hilang pada daerah yang diserang. Pada keadaan ini populasi bertambah semakin cepat menjadi 600-1500 per ha dan kehilangan hasil mencapai 30% atau lebih.
- Sensus serangan tikus harus dilakukan jika tampak ada serangan berat, areal harus dibagi menjadi blok-blok dengan luas 20 ha, intensitas sensus adalah satu baris untuk tiap 10 baris, dan hanya serangan baru baik pada buah masak maupun mentah
- Pelaksanaan pengendalian harus dilakukan jika “serangan baru” lebih besar 15% atau 20 pohon per ha
- Jika dijumpai kerusakan di pembibitan pemberian umpan hanya dibatasi sekeliling areal diserang, dengan interval 3 -5 hari dalam barisan polibag dengan umpan antikoagulan.
- Untuk areal penanaman baru, dengan meletakkan umpan antikoagulan pada setiap titik tanam ke tiga kira kira 1 bulan sebelum penanaman, dan umpan yang dimakan harus diamati dan di catat
- Jika umpan yang dimakan menunjukan populasi jumlah tikus, maka program pemasangan umpan lanjutan di areal yang menghasilkan harus dimulai
- Dapat juga dipasang kawat ayam pada leher bibit

- Jika tingkat serangan melebihi ambang yang ditetapkan pada blok-blok tertentu, harus dilakukan pengendalian
- Satu umpan diletakkan di setiap piringan di daerah yang bermasalah
- Gantilah setiap umpan yang hilang setiap 3-4 hari, sampai jumlah yang harus diganti menjadi 20% dan tidak ada lagi serangan baru.
- Daerah yang harus diberi umpan adalah daerah dan areal terserang ditambah sedikit perluasan
- Jika jumlah umpan yang hilang tinggi dan jumlah serangan baru juga tinggi maka pengumpanan harus dilanjutkan sampai jumlah umpan yang dimakan lebih kecil dari 20%
- Pengendalian harus dilakukan secara tuntas, pelaksanaan yang setengah setengah hanya akan membuang waktu dan uang.
- Disaat pemberian umpan dilarang memegang umpan langsung dengan tangan sebab bau tangan akan membuat tikus enggan memakan umpan (gunakan sarung tangan).


- Gejala pertama pada daun adalah munculnya daun tombak yang tidak membuka dalam jumlah banyak
- Pelepah pohon yang terinfeksi mulai mati karena nekrosig mulai dari pelepah yang paling tua, pelepah yang mati tergantung pada batang.
- Kecepatan matinya pelepah sangat bervariasi, tergantung pada musim, tetapi pohon biasanya akan mati 6-12 bulan setelah tampak gejala pada daun.
- Tubuh buah ganoderma dapat tumbuh didasar batang atau kadang kadang pada akar terinfeksi yang dekat dengan batang.
- Pada tanaman berumur lebih 15 tahun,yang terinfeksi harus dibiarkan untuk sementara waktu selama masih berproduksi.
- Tanaman yang sudah tidak berproduksi harus ditumbang, bagian yang sehat harus dipotong menjadi beberapa bagian beserta pelepahnya dan dirumpuk digawangan, untuk memudahkan isolasi.
- Penanggulanagn serangan genoderma pada tanaman muda di mulai sejak dini dengan mengambil sampel tanah dan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui adanya bibit genoderma dalam tanah
- Pada tanaman setelah replanting perlu di ketahui sejarah serangan apakah ada pernah terjadi serangan genoderma pada areal tersebut
- Saat ini telah ada obat penanggulangan serangan genoderma sejak dini dengan menggunakan MYCOGOLD yang mengandung mickriza dan di buat secara BIO Fertilizer akan kami kupas dalam advertorial dan untuk selengkapnya silahkan baca pada halaman advetorial.
- Busuk batang atas biasanya meng-infeksi tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun, infeksi pada tanaman yang lebih muda akibat kontak dengan foci belum diketahui, walaupun secara umum jumlahnya kurang dibanding busuk batang bawah (ganoderma)
- Seringkali penyakit ini tidak kelihatan sampai munculnya tubuh buah atau pohon tumbang, biasanya dijumpai luka pada pohon pada ketinggian yang berbeda di atas 1 m dari permukaan tanah
- Tidak disarankan untuk melakukan pengobatan karena tanaman akan mati 1 – 3 tahun setelah terinfeksi

- Pada saat tanaman muda, Patogen tidak banyak menyerang tanaman, tetapi crown desease biasanya muncul 2 – 3 tahun setelah tanam.
- Gejala awal crown disease hanya dapat dilihat ketika jaringan pada daun tombak yang kelihatan sehat tersebut dipisah, jaringan yang terinfeksi ini berwarna coklat
- Biasanya luka bervariasi daun tombak akan menunjukkan gejala yang sangat khas, yaitu membengkok dari bagian atas dan anak daun, dan terjadi patah patah.
- Pengendalian yang terbaik adalah dengan membuang bahan induk yang menunjukkan banyak terjadi serangan penyakit.
- http://www.ziddu.com/download/10595276/PENYAKITKELAPASAWIT.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10595321/HAMATANAMAN.pdf.html
I. PENGERTIAN
Dalam pengertian sehari-hari istilah pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.Sedang pemupukn adalah penambahan bahan tertentu kedalam tanah agar tanah tersebut menjadi subur.
Oleh karena itu pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan zat hara suatu media tertentu untuk dipergunakan pada organisme tertentu dalam pertumbuhannya. Dalam arti luas pemupukan sebenarnya adalah penambahan bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah.
Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah (soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara tanaman yaitu nitrogen.
Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan produktivitas tanaman. Ketersediaan pupuk secara tepat dosis dan tepat waktu sering menjadi masalah bagi pekebun kelapa sawit. Dalam hal ini pemakaian pupuk majemuk merupakan salah satu alternatif untuk menjamin penyediaan seluruh hara secara tepat waktu dan seimbang di dalam tanah.
Kelapa sawit memerlukan pemupukan baik pada tahap pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM), maupun tanaman menghasilkan (TM). Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiserit.
Tanaman yang tidak dipupuk satu kali dapat berakibat penurunan produksi tanaman hingga beberapa tahun. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemupukan dapat meningkatkan produksi antara 6‐11% (Foot et al, 1987), 0‐35% (Gurmit, 1989), 5‐92% (Dolmat et al,1989). Beragamnya pengaruh pemupukan terhadap produktivitas tanaman tersebut oleh beragamnya jenis tanah, umur tanaman, kondisi iklim dan tingkat pengelolaan kultur teknis yang diterapkan oleh pekebun.
Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan lain, yaitu:
- Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
- Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan sebagainya.
- Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel.
- Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi sering diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata
- Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama (N,P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika Yellow 15-10-12 berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12%.
- Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N,P dan K yang dinyatakan dalam N total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari grade ferilizer. Misalnya grade fertilizer 16-12-20 berarti ratio fertilizernya 4:3:5.
- Mixed ferilizer atau pupuk campuk ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya. Misalnya pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari pabriknya.
- Jenis Pupuk yang umum dipergunakan untuk pemeliharaan Kelapa sawit :
- ZA : 21 % N
· Pupuk P : - SP 36 : 36 % P2O5
- Rock Phospate (RP) : 30 % P2O5
- TSP : 45 % P2O5
· Pupuk K : - KCL (MOP) : 60 % K2O
- ZK : 50 % K2O
- Abu janjang : 35-40 % K2O
· Pupuk Mg : - Kiesrite : 26-27 % MgO
- Dolomite : 18 % MgO
· Pupuk B :- HGF Borate : : 46 % B2O5
· Pupuk majemuk/compound/Rustica N-P-K-MG :
- Rustika 15-15-6-4
- Rustika 12-12-17-2
II. JENIS PUPUK
1. Pupuk Tunggal Sintetis
Kelebihan nya :
- Mudah didapat dan harga lebih murah
- Kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang dibutuhkan
- Kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman.
- Pupuk secara kelarutan cepat sehingga tingkat lossis ataupun kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci, menguap (urea). Kondisi ini dipengaruhi terhadap applikasi pemberian pupuk (4 T) tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat tempat. Sehingga kehilanggan dapat diperkecil.
- Pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah (tetapi ini bisa dianulir dengan applikasi lain seperti tanam kacangan ataupun pemakaian organik suplement.
Pada tanaman kelapa sawit, pupuk majemuk umumnya digunakan pada tahapan pembibitan dan tanaman belum menghasilkan. Pupuk majemuk yang digunakan di pembibitan adalah pupuk majemuk NPKMg dengan komposisi 15 15 6 4 dan 12 12 17 2 (Nitrogen N 12%, kandungan fosfor P 12%, kandungan kalium K 17% dan kandungan magnesium Mg 2%. ) Pupuk majemuk biasa digunakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Pada usia TBM, sistem pertumbuhannya belum sempurna sehingga akan lebih baik jika diberikan pupuk dengan kandungan nutrisi yang komplit. Pupuk majemuk biasa digunakan pada tanah marginal seperti tanah berpasir karena pupuk majemuk mempunyai kelarutan yang lambat dan tidak menguap oleh panas. Selain itu pupuk majemuk mempunyai efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk tunggal. Pada berbagai jenis tanah efisiensi pupuk majemuk ini tidak jauh berbeda.
Kelebihannya :
- Pupuk slow reliase (tidak secara keseluruhan terurai sebab pupuk komposisi padan dengan bahan lainnya.
- Tidak merusak tanah bersinergis.
- Harga pupuk sangat mahal
- Ketepat dosis tidak bisa tercapai sebab setiap unsur seyawa hara terdapat dalam perbandingan yang berbeda.
- Kebutuhan pupuk tidak sama setiap unsurnya.
Formulasi Standar NPK Untuk Kelapa Sawit
|
Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain (sumber java organik farm).
Selain kandungan hara, pupuk organik juga mengandung senyawa-senyawa organik lain. Meskipun kandungan haranya rendah tetapi kandungan senyawa-senyawa organik di dalam kompos ini memiliki peranan yang lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat. Kedua asam ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Pupuk Organiks seperti kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah.
Intinya perbandingan unsur kimia pada pupuk sintetis dan pupuk organik tidak semata mata pada nilai perbandingan unsur kima nya saja, tetapi manfaat dari penggunaan pupuk organik adalah peranan pupuk organik sebagai unsur peningkatkan nilai KTK (kapasitas Tukar Kation) pada tanaman.
Jenis Pupuk
|
Rumus Kimia
|
Kadar Unsur Hara Utama
|
Reaksi Kemasaman
|
Bentuk
| Warna |
Kelarutan dalam air
|
UREA
|
(NH2)2CO
|
42 – 46% N
|
Sedikit masam
|
Kristral dan butir
|
Putih
|
Mudah larut
|
ZA (Zwavelzure Ammoniak)/ Ammonium Sulfat
|
(NH4)2SO4
|
20 – 21% N dan
21 – 27% S
|
Masam
|
Kristal
|
Putih kelam sampai putih kekuningan
|
Mudah larut
|
Natrium Nitrat (NN)
|
NaNO3
|
16 % N
Dan
26% Na
|
Netral sampai basa
|
Kristal
|
Berbagai warna: merah, kuning, kelabu, dan ungu
|
Mudah larut
|
TSP (Triple Super Phosphate)
|
Ca(H2PO4)2.H2O
|
44-52% P2O5
|
Netral
|
Butiran (granul)
|
Abu-abu
|
Dapat larut
|
Fosfat Alam (RP= Rock Phosphate)
|
Ca3(PO4)2
|
Sangat beragam tergantung sumbernya. 25 – 38% P2O5
|
Netral sampai basa
|
Tepung (serbuk)
|
Tergantung sumbernya. Abu-abu keputihan, merah kecoklatan
|
Kelarutan sangat rendah
|
Kalium Clorida (MOP=Muriate of Potash)
|
KCl
|
52 – 60% K2O, dan 47 % Cl
|
Netral sampai agak masam
|
Kristal
|
Merah, putih kotor
|
Dapat larut
|
Kalium Sulfat (ZK=Zwavelzure Kali)
|
K2SO4
|
49-53% K2O
|
Netral sampai agak masam
|
Kristal
|
Putih keabu-abuan
|
Dapat larut
|
Kieserit
|
MgSO4.H2O
|
27% MgO dan 22% S
|
Agak masam
|
Tergantung sumbernya: Kristal dan tepung
|
Putih keabu-abuan, atau putih
|
Tergantung sumbernya: Agak sukar larut sampai dapat larut
|
Dolomit
|
CaMg(CO3)2
|
18-22% MgO, dan 40% CaO
|
Basa
|
Tepung
|
Putih atau putih keabu-abuan
|
Sukar larut
|
HGFB
|
Na2B4O7.5H2O
|
45% B2O5
|
Kristal
|
Putih kotor
|
Mudah larut
| |
Copper
|
CuSO4.5H2O
|
26% Cu dan 13% S
|
Masam
|
Kristal
|
Biru
|
Mudah larut
|
Zinc
|
ZnSO4.H2O
|
36% Zn
|
Masam
|
Kristal
|
Mudah larut
| |
Ferrum
|
FeSO4.7H2O
|
19% Fe
|
Masam
|
Kristal
|
Mudah larut
| |
15:15:6:4
|
15%N, 15%P2O5, 6% K2O, 4% MgO
|
Netral sampai agak masam
|
Butir (granul)
|
Coklat kemerahan
|
Mudah larut
| |
12:12:17:2
|
12%N, 12%P2O5, 17%K2O, 2%MgO
|
Netral sampai agak masam
|
Butir (granul)
|
Merah kecoklatan
|
Mudah larut
| |
13:6:27:4:0.65B
|
13%N, 6%P2O5, 27%K2O, 4%MgO, 0.65% B
|
Butir (granul)
|
Muda
|
- Buat rencana pemupukan dengan mandor pupuk sebagai leadernya, mandor pemupukan dengan krani adeling membuat rencana pemupukan sesuai dengan pedoman RKAP dan RAB .
- Rencana meliputi :
- Blok yang akan dipupuk
- Jumlah kebutuhan pupuk/blok ( dosis x jml pohon)
- Permintaan kendaraan dan rencana tempat pengeceran pupuk.
- Bakul/ember untuk isi 10 kg
- Takaran : dari mangkuk plastik seperti bekas sabun atau yang lain.
- Kain gendong.
- Sarung tangan.
Sebelum dipupuk keadaan piringan harus sudah bersih/sudah digaruk.
- Sistem pemupukan dilakukan per jenis pupuk dan tidak dianjurkan mencampur pupuk terlebih dahulu.
- Upuk Urea, ZA, MOP (KCL) dan Kieserite, waktu penaburannya boleh berurutan.
- Pupuk RP/TSP dihindari agar tidak bercampur dengan ZA, dengan cara pemupukan RP/TSP dilaksanakan sesudah pemupukan ZA.
- ( HK/ha ) sbb :
- Membuat RK,SPK,SPB : 0,04
- Mengangkut pupuk : 0,18
- Mengumpul goni : 0,04
- Menabur : 0,30
- Pupuk diecer ke titik-titik pengeceran yang telah ditentukan.
- Sistem pemupukan adalah ancak giring, dimana pekerja digiring ke 1 blok hingga selesai, kemudian baru pindah ke blok lain.
- Pupuk ditabur dipiringan,1 orang penabur berjalan sekaligus 2 baris tanaman (1 gawangan ).
- Jarak penaburan dapat dipedomani sebagai berikut :
- TBM 0 : 30-50 cm
- TBM 1 : 50-100 cm
- TBM 2 : 100-150 cm
- TBM 3 : 150-200 cm
- Dosis pupuk pada TBM Kelapa Sawit.
Umur (Bulan)
|
Dosis (Kg/Pohon)
| ||||
ZA atau urea
|
RP
|
MOP
|
Kieserite
|
HGFB
| |
Saat tanam
1
3
5
8
12
|
-
0,10
0,25
0,25
0,25
0,50
|
0,5
-
-
0,50
-
0,75
|
-
-
-
0,15
0,35
0,35
|
-
-
-
0,10
0,15
0,25
|
-
-
-
-
0,02
-
|
Jumlah
TBM 1
|
1,35
|
1,75
|
1,00
|
0,70
|
0.02
|
16
20
24
|
0,50
0,50
0,50
|
-
1,00
-
|
0,50
0,50
0,75
|
0,50
0,50
0,50
|
0,03
-
0,05
|
Jumlah
TBM 2
|
1,50
|
1,00
|
1,75
|
1,50
|
0,08
|
28
32
|
0,75
0,75
|
1,00
-
|
0,75
1,00
|
0,75
0,75
|
-
-
|
Jumlah
TBM 3
|
1,50
|
1,00
|
1,75
|
1,50
|
-
|
Total
|
4,35
|
3,75
|
4,50
|
3,70
|
0,10
|
- Aplikasi pemupukan padaTBM
Aplikasi Pupuk
|
Jarak Penaburan
|
TBM 1 :lebar piringan 1,00 m TBM 2 : lebar piringan 1,50 m TBM 3 : lebar piringan 2,00 m | Pupuk B= 0-50 cm N= 50-100 cm P , K , Mg= 50-100 cm Pupuk B=0-50 cm N=50-100 cm P , K , Mg =50-150 cm Pupuk N =50-100 cm P , K , Mg =50-200 cm |
- Pupuk ditabur pada permukaan piringan pohon, dari pangkal pohon kearah pinggir piringan.
- Jenis dan dosis pupuk berdasarkan pedoman dari kantor pusat atau Rekomendasi dari Balai Penelitian.
- Dasar penyusunan rekomondasi pemupukan mempertimbangkan :
- Hasil analisa tanah.
- Hasil analisa daun.
- Pengamatan pertumbuhan tanaman.
- Gejala-gejala kekurangan hara yang terjadi/terlihat dilapangan.
- Produksi yang dicapai TBS/ha/th.
- Realisasi pemupukan sebelumnya.
- Di tingkat kebun/afdeling yang perlu disiapkan adalah contoh daun kelapa sawit (diambil 1 kali/tahun) untuk di analisa di laboratorium.
- Sebagai pedoman umum, dosis pupuk TM dapat dilihat :
Pemupukan |
Dosis Pupuk ( Kg/phn )
| ||||||
(Aplikasi)
|
Urea atau ZA
|
RP atau TSP
|
MOP
| Kieserite |
HGFB
| ||
Semester 1 Semester 2 |
1,00
1,00
|
1,50
1,50
|
0,75
1,00
|
0,50
0,75
|
0,75
0,75
|
0,50
0,75
|
-
O,05
|
Jumlah |
2,00
|
3,00
|
1,75
|
1,25
|
1,50
|
1,25
|
0,05
|
Tanda-tanda Kekurangan Hara
Beberapa tanda/gejala visual kekurangan hara dilapangan adalah :
- N Daun menguning, warna pucat terutama pada daun yang tua, daun muda tetap hijau .
- P Jarang bisa dilihat langsung secara jelas, bila sudah terjadi dalam waktu yang lama. Ukuran daun makin lama mengecil dan pertumbuhan tanaman kerdil. Bila ada vegetasi rumput/lalang, tulang daunnya berwarna keunguan.
- K Daun – daun tua menguning mulai dari ujungnya disertai bercak-bercak warna orange.
- Mg Jelas terlihat pada daun terutama yang terkena sinar matahari langsung. Warnanya menguning kemudian mengering dimulai dari pinggir helai daun terutama pada daun tua, jumlahnya terkadang sampai 1 lingkaran (8 daun).
- S Kebalikan dan kekurangan N. Pada kekurangan S yang menguning pucat adalah daun-daun muda sampai sebanyak 1-2 putaran daun (8-16 pelepah).
- B Daun muda tumbuhnya tidak normal seperti melingkar, ujung anak daun membentuk seperti kait atau menggulung, anak daun pada ujung pelepah seperti jarum.
Pada situasi yang normal, semua hara makro (N, P, K dan Mg) harus diberikan sebelum pemberian unsur mikro (B, Cu dan Zn).
Pupuk diaplikasi pada saat kondisi lembab yang umumnya pada awal dan akhir musim hujan.
Prakiraan priode akhir musim hujan (aplikasi SM I) dan awal musim hujan (aplikasi SM II) berdasarkan data merata curah hujan setiap wilayah
Wilayah
|
Aplikasi pemupukan (bulan)
| |
Semester I
|
Semester II
| |
Sumatra Utara
|
Maret – April
|
Agustus - September
|
Riau
|
Maret – April
|
Agustus – Oktober
|
Jambi
|
April – Mei
|
September – Oktober
|
Sumatra Selatan
|
April – Mei
|
September – Oktober
|
Lampung
|
Maret – Mei
|
Oktober – Nepember
|
Bangka
|
Februari – Maret
|
Agustus – September
|
Belitung
|
Februari – Maret
|
Agustus – September
|
Kalimantan Selatan
|
April – Mei
|
Oktober – Nopember
|
Kalimantan Timur
|
Februari – Maret
|
Agustus – September
|
Kalimantan Tengah
|
Januari - Februari
|
Agustus – Oktober
|
Kalimatan Barat
|
Maret – April
|
Agustus – September
|
Papua
|
Januari - Februari
|
Juli – Agustus
|
Merupakan pedoman secara umum, namun demikian curah hujan di masing-masing kebun harus diperhatikan.
Pada saat curah hujan rendah dan musim kering, maka aplikasi pupuk harus mempertimbangkan frekuensi curah hujan dengan ketentuan :
- Pemupukan harus dihentikan segera apabila 7 hari berturut-turut tidak terjadi hujan
- Pemupukan dapat dilanjutkan segera apabila terdapat minimal 2 hari hujan dengan curah hujan 25 mm atau 1 hari hujan dengan curah hujan 50 mm dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut
- Pemupukan harus dihentikan kembali apabila :
- Untuk urea, segera bila tidak ada hujan dalam 3 hari berturut-turut
- Untuk pupuk MOP, Kieserite, pupuk mikro segera setelah 7 hari berturut-turut tidak hujan
Pupuk Rock phosphate, super phosphat, dan super dolomite dapat diaplikasikan karena tidak terjadi penguapan.
Waktu aplikasi pupuk yang saling antagonis
a. Pupuk ammonium (N) dan pupuk alkalis
Pupuk ammonium seperti urea, ammonium sulphate, ammonium chloride, dan ammonium nitrate harus diaplikasi sekitar 4 minggu sebelum aplikasi pupuk alkalis seperti super dolomite maupun TSP.
Aplikasi secara bersamaan dari pupuk ini pada tempat yang sama akan mengakibatkan hilangnya nitrogen karena penguapan. Interval pemupukan tidak diperlukan jika pemberian ammonium dan alkalis tidak diaplikasi pada tempat yang sama seperti pada areal piringan dan gawangan mati yang sudah terpisah dan tidak akan mengakibatkan antagonis.
b. Pupuk potassium (K) dan magnesium (Mg)
Pupuk potassium seperti muriate of potash (MOP/KCL) dan sulphate of potash (ZK) tidak bisa diaplikasi secara bersamaan dengan pupuk magnesium seperti kieserite dan super dolomite karena adanya pengaruh yang antagonis antara K dan Mg serta antara K Ca (kalsium dalam bentuk kapur pertanian/kaptan). Untuk mengurangi pengaruh antagonis pupuk ini diperlukan waktu sekitar 3 minggu. Apabila memungkinkan, pupuk K harus diberikan terlebih dahulu
Frekuensi Pemupukan
a. Nitrogen (N) dan Potassium (K)
Umumnya dua kali aplikasi per tahun. Jarak minimum antara aplikasi tidak kurang dari 2 bulan. Pada tanah pasir umumnya tiga kali aplikasi per tahun
b. Phosphorus (P), Magnesium (Mg), copper (Cu) dan boron (B)
Diberikan sesuai dengan rekomendasi pemupukan. Pada kondisi tertentu, frekuensi tidak mengikuti situasi normal.
PENGGUNAAN BY – PRODUCT PKS
1. Aplikasi Tandan Kosong Sawit (TKS)
Tandan kosong merupakan produk samping (by-product) yang dihasilkan PKS dalam bentuk padatan sekitar 21% dari TBS yang di olah.
Manfaat :
- Manfaat dari aspek kimia tanah, sumber hara tanaman dan bahan organik tanah
- Manfaat dari aspek biologi tanah, media tumbuh bagi mikroganisme mampu merangsang pertumbuhan akar-akar baru tanaman
- Manfaat fisik tanah, media konservasi tanah guna mencegah resiko erosi dan meningkatkan kemampuan menyimpan air tanah (water holding capacity)
Hara
|
Satuan
|
Kisaran
|
Rerata
| |
N
|
Nitrogen
|
%
|
0,64-0,93
|
0,90
|
P2O
|
Phosphorus
|
%
|
0,160-0,318
|
0,11
|
K2O
|
Kalium,potassium
|
%
|
1,93-4,03
|
2,40
|
MgO
|
Magnesium
|
%
|
0,17-0,28
|
0,17
|
CaO
|
Kalsium,calsium
|
%
|
0,23-0,41
|
0,27
|
Cl
|
Khlor
|
%
|
0,44
| |
Mn
|
Mangan
|
ppm
|
9 -34
|
24,75
|
B
|
Boron
|
ppm
|
10-16
|
12,94
|
Zn
|
Seng,zinc
|
ppm
|
22-50
|
37,72
|
Cu
|
Copper
|
ppm
|
43-83
|
53,14
|
Fe
|
Besi, ferrum
|
ppm
|
158-1128
|
275,36
|
Dosis dan frekuensi
Dosis aplikasi TKS pada TBM dan TM :
- Pada TBM dosis rekomondasi per pohon per tahun sebesar 200 kg TKS dan ditambahkan pupuk 500 g urea diatas TKS segera setelah aplikasi dilakukan. Aplikasi harus dilakukan satu lapis disekitar piringan tanaman mulai sekitar 30 cm dari pangkal batang kelapa sawit.
- Pada TM dosis aplikasi TKS dan pupuk organik tambahan dibedakan bardasarkan kondisi tanahnya.
Tekstur tanah
|
Sifat bahan induk
|
Dosis(ton/ha)
|
Frek.
Aplikasi
|
Pupuk N dan P (kg/pohon)
|
Keterangan
| |
Urea
|
RP DAP
| |||||
SCIL -SL
|
Masam
|
60
|
2 thn
|
1,00
|
1,50 -
|
Siak, kampar, indragiri, babel, kalteng, kalbar non pasir
|
30
|
1 thn
|
0,50
|
0,75 -
| |||
C I
|
Basa, Mg dan/atau Ca tinggi
|
60
|
2 thn
|
1,60
|
- 1,00
|
Kalsel areal barkapur
|
1,75
|
1,50 -
|
Kalsel non kapur
| ||||
C I
|
Masam
|
60
|
2 thn
|
0,75
|
0.50 -
|
Lampung, palembang, jambi, sumut, kaltim
|
S - LS
|
Sangat masam
|
40
|
1 thn
|
1.30
|
1.50 -
|
Sumut pasir, babel pasir, kalteng pasir, kalbar pasir
|
Pada lokasi yang direkomendasikan pupuk RP. Apabila tanaman berumur <7 tahun maka :
- Jika merupakan areal baru, RP dikonversi dengan TSP
- Jika merupakan areal replanting, konversi RP ke TSP disesuaikan dengan kadar P didaun
Dosis pupuk tambahan Mg, B, dan CU sesuai dengan rekomendasi
Cara aplikasi
Cara aplikasi dilakukan di gawangan hidup dengan memperhatikan kegiatan operasional dilapangan (misal panen) dan tidak menimbulkan pengurangan negatif bagi kelapa sawit
Secara Manual :
- Aplikasi didistribusikan pada areal yang tidak dapat dilakukan secara mekanis
- TKS didistribusikan di pinggiran MR atau CR menggunakan truk atau traktor tanpa menyumbat saluran drainase atau parit
- TKS diaplikasikan pada bahu kiri dan kanan jalan rintis atau di antara pohon setebal satu lapis, mulai dari tengah blok
- Pupuk urea diaplikasikan merata di atas TKS paling lambat satu minggu setelah penaburan TKS sesuai dengan dosisnya
- Aplikasi pupuk urea bertujuan untuk menambah hara nitrogen tanaman dan untuk menurunkan nisbah C/N TKS yang diaplikasikan agar dapat terdekomposisi dengan baik
- Pupuk fosfat (RP/TSP/DAP) diaplikasikan merata di atas TKS sesuai dengan dosisnya. Aplikasi pupuk fosfat bertujuan untuk menambah hara P dalam tanah
- Aplikasi TKS pada areal yang bertopografi datar sampai landai dilakukan secara mekanis dengan menggunakan empty bunch spreader (EBS)
- TKS dimuat ke dalam EBS yang berkapasitas 7,0 ton dengan wheel loader atau crane graple. Selanjutnya EBS ditarik dengan traktor 4-WD (85 HP) ke lapangan
- TKS diecer dengan EBS sepanjang jalan rintis sesuai dengan dosis rekomendasi, dimulai dari CR menuju ke dalam blok
- Seorang mandor ditugaskan mencatat jumlah TKS yang telah di aplikasi dan mengawasi pelaksanaannya.
- TKS yang diecer dengan EBS yang masih berupa tumpukan harus diratakan menjadi satu lapis secara manual
- Pupuk urea dan fosfat diaplikasikan merata secara manual di atas TKS sesuai dengan dosisnya
Tandan kosong harus telah diaplikasi dalam kurun waktu 6 hari ke lapangan untuk mengurangi kehilangan haranya. Kandungan unsur hara di TKS cepat merosot/menurun pada penumpukan yang lambat waktu diaplikasi, akibatnya manfaat menggunakan TKS tidak tercapai (maksimal)
2. Aplikasi Kompos dari Tandan Kosong
Kompos merupakan pemanfaatan lain dari tandan kosong setelah melalui proses dekomposisi sehingga terjadi penurunan bobot dan volume dari tandan kosong tanpa mengurangi potensi hara yang terkandung di dalamnya. Kompos yang dihasilkan sekitar 20% dari TKS. Setiap periode produksi kompos harus dilakukan sampling terhadap kompos yang sudah matang dan harus dianalisa kadar nutrisinya.
Kandungan Hara Kompos (kadar air 60%) :
Hara
|
Rerata (%)
|
N Nitrogen |
3,30
|
P Phosphorus |
0,31
|
K Kalium, potassium |
2,35
|
Mg Magnesium |
0,70
|
Dosis Aplikasi :
Dosis rekomendasi per pohon
- Semester I : 35 kg kompos + 1,0 kg RP
- Semester II : 35 kg kompos
- Kompos yang sudah matang dimuat dengan Dump-Truck lalu ditimbang di PKS dan diecer di CR serta MR
- Kompos diaplikasikan secara manual dengan diletakkan di antara dua pohon dalam barisan searah jalan rintis
- Pupuk RP diaplikasikan merata di atas kompos sesuai dengan dosisnya yang bertujuan untuk menambah hara phosphorus dalam tanah
- Seorang mandor bertanggung jawab atas distribusi kompos dan pengawasan aplikasinya.
Kompos yang sudah matang harus segera diaplikasi ke lapang untuk mengurangi kehilangan haranya.
3. Aplikasi Abu Tandan
Abu tandan yang dihasilkan ± 0,3% dari TBS. Abu tandan adalah produk akhir dari proses pembakaran tandan kosong di dalam incenerator, bersifat alkalis dan memiliki potensi hara yang tinggi, terutama unsur Kalium. Setiap bulan abu tandan harus dianalisa kandungan haranya.
Manfaat :
Sumber hara tanaman dan dapat meningkatkan pH tanah karena sifatnya yang alkalis (manfaat kimia tanah)
Kandungan Hara : (kadar air 11%)
Hara
|
Kisaran (%)
|
Rerata (%)
|
K2O total
|
25,30 – 48,70
|
42,07
|
K2O larut dalam air
|
15,50 – 36,80
|
26,99
|
MgO total
|
3,46 – 3,49
|
3,48
|
MgO larut dalam air
|
0,02 – 0,04
|
0,03
|
CaO total
|
5,25 – 5,84
|
5,57
|
CaO larut dalam air
|
0,01 – 0,02
|
0,02
|
Cl
|
4,36 – 7,45
|
5,80
|
Dosis dan Frekuensi :
Dosisi abu tandan (pada kadar air 11%) yang direkomendasikan adalah 2 kali berat dari dosis pupuk MOP yang dianjurkan. Aplikasi dilakukan 1 kali setahun, secara bergiliran antara semester 1 dan semester 2 dengan pupuk MOP dan abu tandan
Cara Aplikasi : Abu tandan yang telah dimasukkan ke dalam karung diangkut ke lapangan untuk ditabur merata secara manual di luar piringan. Pekerja sebaiknya menggunakan sarung tangan dan masker
Waktu Aplikasi :Abu tandan diaplikasi sesuai dengan jadwal rekomendasi pemupukan anorganik
4. Aplikasi Limbah Cair PKS (LCPKS)
Limbah cair PKS dihasilkan ± 55% dari TBS yang diolah. LCPKS merupakan produk samping yang dihasilkan PKS dalam bentuk cairan.
Limbah cair PKS yang dimanfaatkan untuk aplikasi di lapangan adalah LCPKS yang sudah mendapat perlakuan di dalam kolam instalasi pengolahan air limbah – digest effluent bukan LCPKS yang masih mentah (raw effluent).
Manfaat :
- Manfaat ditinjau dari aspek kimia tanah sebagai sumber hara tanaman, air dan bahan organik tanah
- Manfaat ditinjau dari aspek biologi tanah sebagai media tumbuh bagi mikroorganisme pengurai di dalam tanah
Karateristik
|
Unit
|
Kisaran
|
Rerata
| |
pH
| Derajat kemasaman |
-
|
3,83 – 7,25
|
6,55
|
BOD
| Biologycal Oxygen Demand |
ppm
|
170 – 23.574
|
2.559
|
COD
| Chemical Oxygen Demand |
ppm
|
2.213 – 107.492
|
14.345
|
O/G
| Oil and Grease |
%
|
0,11
| |
TA
| Total Alkalinity |
ppm
|
704 – 3.421
|
2.763
|
VFA
| Volatile Fatty Acid |
ppm
|
49 – 5.452
|
579
|
TS
| Total Solid |
ppm
|
0,52 – 7,12
|
1,64
|
N
| Nitrogen |
ppm
|
120 - 996
|
454
|
P
| Phosphorus |
ppm
|
69 - 590
|
170
|
K
| Potassium |
ppm
|
965 – 2.500
|
1.641
|
Mg
| Magnesium |
ppm
|
195 - 530
|
334
|
Ca
| Calsium |
ppm
|
100 - 575
|
249
|
- Dosis rekomendasi per ha per tahun adalah 375 m3 atau 125 m3/ha/rotasi x 3 rotasi
- Dosis 750 m3 per ha per tahun atau 250 m3/ha/rotasi x 3 rotasi digunakan pada :
- Areal LA lama yang tidak ada lagi lokasi untuk pengembangan
- Areal LA baru yang tidak memungkinkan dilakukan aplikasi secara luas karena sebagian areal lainnya adalah tanah berpasir atau tanah dengan porositas tinggi atau berlubang
- Semua dosis rekomendasi diaplikasikan 3 kali setahun atau 4 bulan sekali
- Limbah cair PKS diaplikasikan di tanah mineral non pasir yang bertopografi datar hingga agak bergelombang. Tanah pasir serta gambut tidak direkomendasikan
- Areal aplikasi harus memiliki kedalaman air tanah > 75 cm dari permukaan tanah
- Blok-blok yang banyak dilalui oleh parit dan sungai serta rendahan tidak rekomendasikan untuk diaplikasi limbah cair
- Limbah cair PKS dialirkan melalui pipa utama dan pipa distribusi kedalam blok-blok yang sudah ditentukan
- Seorang mandor bertugas mengelola aplikasi limbah cair dan mengkomunikasikan waktu aplikasi dengan operator mesin pompa di PKS
- Aplikasi limbah cair PKS dilakukan secara jalur perjalur didalam blok dibawah pengawasan seorang pekerja. Apabila menggunakan sistem gravitasi maka harus dipastikan bahwa flatbad terjauh telah teraplikasi
- Pada saat barsamaan dapat dilakukan aplikasi beberapa jalur bergantung kepada jarak dan tekanan air yang keluar dari pipa distribusi. Tekanan yang terlalu besar harus dikurangi dengan cara membuka jalur aplikasi lainnya agar pipa distribusi tidak pecah, sebaliknya apabila tekanan terlalu kecil maka aplikasi hanya dikerjakan pada jalur-jalur yang berdekatan saja untuk meningkatkan prestasi aplikasi yang diperoleh
- Lamanya jam operasi bergantung kepada debitnya yang keluar dari pipa distribusi yang ditentukan oleh jarak kapasitas pompa
- Aplikasi pada flatbad yang berdekatan dengan badan air seperti parit dan sungai harus dilakukan secara hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Menaikkan tanggul pembatas pada flatbad yang berdekatan dengan badan air Memastikan bahwa masih ada jarak atau sisa tempat didalam flatbad yang tidak terisi dengan limbah cair sebagai cadangan apabila turun hujan dengan intensitas yang tinggi
- Setelah aplikasi seluruh peralatan pedukung putaran kran air harus dilepas dan disimpan di tempat yang aman.
Limbah cair diaplikasikan sesuai dengan jadwal rekomendasi dengan memperhatikan batas ketinggian maksimum di dalam flatbad sekitar 10 cm dibawah permukaan tanah
Jenis – jenis Pupuk
Pupuk yang umum dipergunakan untuk pemeliharaan kelapa sawit :
1. Pupuk N : - Urea : 46 % N
- ZA : 21 % N
2. Pupuk P : - SP 36 : 36 % P2O5
- Rock Phospate (RP) : 30 % P2O5
- TSP : 45 % P2O5
3. Pupuk K : - KCL (MOP) : 60 % K2O
- ZK : 50 % K2O
- Abu janjang : 35-40 % K2O
4. Pupuk Mg : - Kiesrite : 26-27 % MgO
- Dolomite : 18 % MgO
5. Pupuk B : - HGF Borate : : 46 % B2O5
6. Pupuk majemuk/compound/Rustica N-P-K-MG :
- Rustika 15-15-6-4
- Rustika 12-12-17-2
- http://www.ziddu.com/download/10581025/Kandunganunsurppk.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10581297/KonsentratPupuk.pdf.html
- Pre Nursery (pembibitan awal) selama 3 bulan pertama dengan polibag kecil
- Main Nursery (pembibitan utama) bibit dipindahkan ke dalam polibag besar, dipelihara selama 9 – 12 bulan sampai siap untuk dapat ditanam
- Umur bibit yang dapat ditanam di areal pertanaman :
- paling muda : 8 bulan
- ideal : 12 bulan
- paling tua : 24 bulan; untuk daerah yang rawan hama (gajah, babi, beruang, tikus, dan landak
- Tanah/arealnya rata/datar. Jika areal datar tidak diperoleh dapat juga digunakan areal bergelombang atau berbukit namun perlu dibuat teras-teras yang disesuaikan dengan kemiringannya asal saja jaringan penyiramannya mampu mencapai tempat tertinggi atau terjauh.
- Dekat dengan sumber air dan airnya tersedia sepanjang tahun. Bibit perlu disiram 2 kali sehari jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang dan sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit memerlukan banyak air yaitu 0,25 – 2 liter tergantung dari umur dan kondisi bibit. Air harus bersih dan tidak beracun.
- Dekat dengan areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untuk mengurangi biaya angkutan bibit.
- Drainasenya baik/arealnya tidak tergenang
- Aman dari gangguan hama berupa binatang besar maupun serangga, dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi
- Dekat dari sumber tanah untuk pengisi kantong plastik (top soil) karena tiap kantong besar membutuhkan 20-25 kg tanah
- Kebutuhan bibit/kecambah sebanyak 140% dari jumlah yang akan ditanam.
- Perhitungannya adalah :
- Seleksi kecambah : 2,5%
- Seleksi di pembibitan awal : 10%
- Seleksi di pembibitan utama : 15%
- Cadangan penyisipan : 5%
- Kebutuhan kecambah = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95 = 1,40 x jumlah pohon/ha
- Kerapatan 130 ph/ha (9,4 m) diperlukan kecambah 180/ha Kerapatan 143 ph/ha (9,0 m) diperlukan kecambah 200/ha
- Kecambah dibeli 12 bulan sebelum rencana penanaman. Bila rencana penanaman dalam jumlah banyak, pemesanan sebaiknya bertahap sesuai dengan fasilitas dan tenaga yang ada.
- Untuk tempat yang agak jauh dari sumber benih, pengangkutan agar diusahakan dengan cargo (angkutan) udara
- Benih yang sudah diterima agar ditempatkan di tempat yang teduh kemudian segera ditanam karena paling lama hanya dapat bertahan 3-5 hari dari tempat penghasil benih
- Kebutuhan benih dan luas pembibitan :
Luas areal yang akan Ditanami (ha)
|
Kebutuhan Benih
|
Luas Pembibitan awal (ha)
|
Bibit ke Pembibitan utama
|
Luas Pembibitan utama (ha)
|
Bibit Yang Akan Ditanam ke Lapangan
|
500
|
90.000
|
0.2
|
81.000
|
6
|
68.850
|
1000
|
180.000
|
0.4
|
162.000
|
12
|
137.700
|
1500
|
270.000
|
0.5
|
243.000
|
17
|
206.650
|
2000
|
360.000
|
0.7
|
324.000
|
23
|
275.400
|
2500
|
450.000
|
0.9
|
405.000
|
29
|
344.250
|
3000
|
540.000
|
1.0
|
486.000
|
35
|
413.100
|
- Perhitungan tersebut menggunakan standar seleksi di pembibitan awal 10% dan pembibitan utama 15%
- Untuk areal seluas 1 ha dapat digunakan untuk pembibitan awal sebanyak 500.000 polibag dan pembibitan utama ± 14.000 polibag
- Standard kebutuhan per ha pembibitan tenaga kerja : 5–6 hk per hari
- Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama atau akan digunakan lebih dari 5 tahun mungkin pemakaian sprinkler akan lebih menguntungkan karena akan memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian pula dengan luasnya, luas hendaknya sesuai dengan kapasitas pompa yang akan digunakan.
- Bagaimana dengan keadaan areal pembibitan tersebut apakah rata atau bergelombang. Rata dengan sprinkler lebih baik, bergelombang dengan semi mekanis akan lebih murah dimana dapat memanfaatkan tenaga gravitasi. Cara ini dilakukan dengan membangun bak penampung ditempat yang tertinggi dan baru dialirkan ke tempat yang lebih rendah
- Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin cukup baik. Jika terlalu jauh maka perlu pertimbangan lain apakah pompa yang digunakan mampu.
- Bagaimana dengan persediaan tenaga yang ada. Penggunaan sprinkler memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit 4.000 bibit/hk sedangkan secara manual 2.500 bibit/hk
- Berapakah debit air yang ada terutama pada musim kemarau. Untuk 1 ha dibutuhkan lebih dari 77 m3/hari (bibit saja 2,5 liter/hari, sisanya untuk peresapan dan pengaliran di permukaan)
- Pembibitan awal, kebutuhan air per pokok : 0,1 – 0,3 liter/hari
- Pembibitan utama :
Umur Bibit ( bulan )
|
Kebutuhan Air/pokok/hari ( liter )
|
0 – 3
3 – 6
6 - 12
|
1 (sprinkler 1,5 jam)
2 (sprinkler 1 jam 45 menit)
3 (sprinkler 2 jam
|
F. Instalasi penyiraman
Secara Manual
- Pipa primer 6 inch ditempatkan ditengah-tengah lapangan
- Cabang I dengan pipa 2 inch
- Cabang II dengan pipa 1 inch yang disambung dengan selang plastik 25 m yang ujungnya diberi gembor
- Penyiraman dilakukan dengan tenaga manusia
- Penggunaan pipa :
![]() |
Penyiraman Menggunakan Sprinkler |
- Pipa induk 6 inch dari rumah pompa
- Pipa utama 4 inch dilengkapi dengan kran (valve) ke pipa distrubusi 2 inch. Tiap sambungan dilengkapi stand pipes 0,75 inch yang dipasang berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang dapat memancarkan air dan berputar karena aliran air
- Pada tiap pipa distribusi terdapat 8 – 10 sprinkler yang berjarak 9 – 18 m
- Untuk 8 ha pembibitan diperlukan 30 sprinkler, 2 line pipa distribusi
- Kebutuhan air ± 75 m3/ha/hari. Efisiensi 30-40%
- Pompa berdaya pancar 45 psi (3,6 kg/cm2)
- Kekuatan pompa 18-20 HP untuk 8 ha pembibitan
- Areal yang sudah di buka (LC) dibersihkan dan diratakan
- Kebutuhan bahan/tenaga : Manual 20 HK/Ha dan mekanis 6 JKT (Jam Kerja Traktor) per ha
- Kebutuhan areal 1 m2 untuk 70 bibit pada pembibitan awal
- Ukuran bedengan : lebar bedengan 1,2 m ; jarak antar bedengan 0,8 m
- Jumlah bibit dalam satu bedengan : 840 bibit
- Kebutuhan tenaga untuk membuat bedengan : 1,5 HK/bed
- Tepi bedengan diberi batas dengan bambu atau papan
- Jumlah bahan digunakan : 4 bambu @ 6 m dan 5 papan/bed
- Bedengan ditaburi pasir secara merata sampai setebal 2 cm
- Jumlah kebutuhan pasir : 0,3 m3/bed
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 0,2 HK/bed
- Dua hari sebelum digunakan bedengan disemprot dengan insektisida, contoh Sevin atau Thiodan
- Jumlah dan jenis bahan digunakan : Sevin 85 EC dosis : 5 cc/l air/bed
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja : 1 HK/30 bed
- Pada tahap awal bibit harus diletakkan di bawah naungan, setelah dua daun keluar (1,5 bulan) naungan dapat dikurangi sebesar 50% dan setelah daun ketiga keluar (2,5 bulan) naungan harus sudah dihilangkan.
- Luas naungan minimal sebesar bedengan dengan tinggi ± 2 m
- Bentuk naungan : tiang dibuat dari bambu atau besi siku setinggi 2 m, dan jarak antar tiang 3 m. Atap dari pelepah kelapa sawit atau dari shadownet.
- Jumlah bahan yang digunakan : 7 bambu/bed @ 6 m dan 10 pelepah/bed
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja membuat naungan : 1 HK/bed

- Media tanam menggunakan top soil (kedalaman 20-30 cm) tanah mineral dengan tekstur lempung, kecuali di areal gambut dapat menggunakan tanah gambut
- Tanah diayak dengan saringan kawat 2 cm agar bersih dari akar, rumputan, batuan dan sampah lainnya.
- Hasil pengayakan ± 60% (dari 1m3 diperoleh ± 1.000 kg tanah)
- Bila tanah terlalu padat/liat dicampur dengan pasir perbandingan 3:1
- Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk RP per ± 2 m3 tanah (± 1.000 polybag kecil)
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengumpulkan tanah secara manual 1,5 m3/HK sedangkan secara mekanis 8 JKT/Ha
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk mengayak 3 m3/HK
- Ukuran polybag kecil 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat, warna hitam
- Setelah diisi berukuran : diameter ± 10 cm dan tinggi ± 17,5 cm
- Lubang polybag berjumlah 12-24 dengan diameter 0,5 cm
- 1 kg Plb ± 200 lembar polybag kecil
- Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah dalam jumlah cukup
- Guncang polybag pada saat pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag
- Polybag disiram air setiap hari sampai tampak jenuh sebelum dilakukan penanaman dan diisi kembali dengan tanah bila diperlukan
- Jumlah tanah adalah 1 kg per polybag
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja pengisian polybag 400 unit/HK
- Polybag harus disusun secara tegak dan rapat di bedengan.
- Tiap 1 m2 dapat memuat 70 polibag atau 840 polybag/bedengan
- Diusahakan air tidak akan menggenangi di bedengan dengan mengikis permukaan tanah yang tidak datar
- Jumlah tenaga kerja untuk menyusun polybag adalah 1.000 unit/HK
- Kecambah normal : calon akar (radicula) dan calon batang (plumula) terlihat jelas, panjangnya 8-25 mm.
- Radicula berujung tumpul seperti bertudung, agak kasar
- Plumula ujungnya tajam seperti tombak
- Kriteria kecambah yang abnormal :
- ® Calon akar/batang patah
- ® Calon akar/batang tidak tumbuh
- ® Calon akar/batang membengkok
- ® Calon akar/batang tumbuh satu arah
- ® Calon akar/batang busuk terserang cendawan
- ® Calon akar/batang layu karena terlalu kering
- Jumlah kebutuhan untuk seleksi kecambah 5.000 kecambah/HK
- Pada saat diterima peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari
- Setiap kantong kecambah harus dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk pergantian udara
- Siram tanah di polybag sampai jenuh sebelum kecambah ditanam
- Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan kecambah di baki yang beralaskan goni basah yang telah direndam dalam larutan fungisida Thiram dengan konsentrasi 0,2%
- Kecambah diseleksi dan dihitung (% seleksi)
- Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radikula yang akan diposisikan arah ke bawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas
- Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2-3 cm di bawah permukaan tanah polybag (dilobang dengan ibu jari)
- Polybag disiram sampai jenuh setelah kecambah ditanam
- Diberi naungan sesuai iklim setempat
- Sebaiknya penanaman dilakukan secara beregu.
- Kecambah yang memiliki persilangan yang sama ditanam pada bedengan yang sama.
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menanam kecambah 1.000 bbt/HK
- Bibit disiram 2 x sehari
- Jam penyiraman : 07.00 wib – selesai paling lambat jam 11.00 wib; sore hari jam 15.00 wib – selesai
- Bila malam sebelumnya turun hujan (> 8 mm) dan tanah di polybag masih basah maka penyiraman hanya dilakukan sore hari saja.
- Bila pagi harinya hujan turun (> 10 mm) maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore.
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bbt/HK (16 bed/HK)
- Dilakukan 1 x tiap 2 minggu
- Cara pelaksanaan adalah manual tidak boleh dengan herbisida
- Pengendalian dengan mencabut rumput dan gulma lain di dalam polibag dan yang berada di antara polibag
- Sekaligus melakukan konsolidasi dengan menambah tanah pada polibag apabila kekurangan.
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 13.500 bibit/HK atau 16 bed/HK
- Mengalirkan air yang tergenang di areal pembibitan
- Diperiksa agar air jangan tergenang di polybag
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK
- Rotasi yang diperlukan 1 x /minggu
- Minggu genap (minggu ke 4, 6, 8, 10, 12) dengan pupuk majemuk (contohnya Rustika) 15.15.6.4 konsentrasi 0,2% (2gr/l air)
- Minggu ganjil (minggu ke 5, 7, 9, 11) dengan urea 0,2%
- Cara dilarutkan pupuk dalam gembor : 10 gr Urea atau 10 gr pupuk majemuk dalam 5 liter air untuk 500 bibit
- Pemupukan dilakukan pagi hari setelah selesai penyiraman pertama/pagi
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK
- Dilakukan 1 kali/minggu meliputi :
- Menambah tanah yang kurang
- Menegakkan polibag yang miring
- Menukar bibit yang mati dengan bibit pada bedengan terakhir yang biasanya tidak penuh
- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 4.000 bibit/HK atau 5 bed/HK
- Pengamatan hama ataupun penyakit dilakukan setiap hari
- Pengendalian dilakukan dengan cara manual
- Apabila gangguan hama/penyakit sudah pada tingkat yang lebih berat maka dilakukan dengan penyemprotan insektisida, fungisida dengan rotasi 1 kali/minggu
- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 8.400 bibit/HK atau 10 bed/HK
- Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan pemindahan bibit sehat ke polybag besar
- Musnahkan semua bibit afkir
- Catat dan laporkan bibit yang diafkir
- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 5.000 bibit/HK
Umur (bulan)
|
Tinggi (cm)
|
Diameter (cm)
|
Banyak daun
|
4,5
6
7
8
9
10
11
12
|
26,0 + 1,3
39,9 + 1,1
52,2 + 1,4
64,3 + 0,6
88,3 + 2,5
101,9 + 5,1
114,1 + 3,9
126,9 + 7,0
|
1,30 + 0,02
1,84 + 0,02
2,70 + 0,12
3,56 + 0,04
4,50 + 0,15
5,96 + 0,33
5,84 + 0,14
6,02 + 0,24
|
5,0 + 0,2
8,6 + 0,2
10,8 + 0,3
11,0 + 0,0
13,3 + 0,3
15,8 + 0,1
15,6 + 0,3
15,8 + 0,4
|
Beberapa ciri Fisik bibit yang di-afkir

- Pucuk bengkok atau daun berputar : akibat penanaman kecambah yang terbalik atau faktor genetik
- Daun lalang atau daun sempit (narrow grass leaf) : akibat faktor genetik
- Daun kerdil dan sempit (stump/little leaf)
- Daun menyempit dan tegak (acute/erect leaf)
- Daun yang menggulung (rolled leaf) : akibat factor genetic
- Daun berkerut/keriput (crinkle leaf) : akibat factor genetic
- Daun melipat (collante) : akibat kekurangan air
- Bibit kerdil (stunted) : akibat factor genetic
- Chimaera : sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dan jaringan yang normal
- Bibit dengan serangan penyakit berat
Persiapan Areal

- Areal Pembibitan dekat dengan sumber air atau sungai
- Areal datar dengan penggunaan areal 1 ha untuk 14.000 bibit
- Dibuat parit drainase mengikuti pipa sekunder dari jaringan pipa penyiraman
- Ukuran parit lebar dasar 30 cm, lebar atas 70 cm, dalam 40 cm
- Bila penyiraman dengan sprinkler hendaknya dibuat dulu desainnya dan penempatan pipa-pipanya
- Bila diperlukan buat pagar keliling 150 m dengan kawat. Jarak antara tiang 3 m, tinggi pagar 1,5 m
- Jumlah tenaga kerja untuk membuat pagar 100 m/HK
- Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit berumur 3-4 bulan atau memiliki 4-5 helai daun
- Umur bibit 8-10 bulan : jarak pancang 70 x 70 x 70 cm (23.000 bibit/ha)
- Umur bibit ≥ 10 bulan : jarak pancang 90 x 90 x 90 cm (14.000 bibit/ha)
- Kebutuhan tenaga kerja memancang 1.000 pancang/HK
- Metode sama dengan pembibitan Pre-Nursery
- Tanah di polybag besar harus dilubangi dan selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk RP ke lubang polybag besar sebelum bibit ditanam
- Ukuran polybag besar adalah 0,15 mm x 35 cm x 50 cm lay flat
- Setelah diisi tanah diameter ± 23 cm dan tinggi ± 39 cm ; warna hitam
- Lubang empat baris perforasi berjarak 5 cm x 5 cm
- Tebal polibag harus merata tidak ada tebal tipis
- Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum transplanting dari PN untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil.
- Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan silindris
- Persiapan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah
- Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah agar tidak ada bagian yang mengkerut atau terlipat sehingga ketinggian tanah dapat mencapai 2,5 cm dari bibir polybag.
- Jumlah polybag 1 kg = 18 lembar; 1 plb ± 20 kg
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 100 unit/HK
- Polybag disusun di areal bibitan yang sudah dipancang
- Menyeragamkan cara peletakan (contoh di selatan pancang). Pancang tidak boleh dicabut
- Setiap 5 baris dikosongkan 1 baris untuk jalan pemeliharaan bibit
- Kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag dan tidak dibenarkan 1 tangan menyengkeram bibit polybag bagian atas
- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 100 – 150 unit/HK
- Tanah di polybag dilubangi sebesar ukuran polybag kecil dengan alat berupa bor tanah atau yang dibuat dari pipa 4 inch
- Jumlah tenaga kerja untuk melubangi 250 unit/HK
- Bibit yang telah memenuhi syarat (umur 3 bulan, daun 3-4, bentuk sempurna) diangkut dengan kotak papan, diecer ke tempat polybag
- Jumlah tenaga kerja untuk mengecer 700 bibit/HK
- Penanaman dilakukan : bibit di polybag kecil dipegang miring, dasarnya disayat keliling kemudian dilepas. Dimasukkan ke dalam lubang polybag besar. Sambil menahan bibit polybagnya ditarik/dilepas. Tanah diratakan dan dipadatkan
- Jumlah tenaga kerja untuk menanam 100 bibit/HK
- Bibit disiram 2 kali/sehari : pagi; jam 7.00 – selesai selambat lambatnya jam 11.00, sore jam 15.00 – selesai
- Jumlah tenaga kerja 2.500 bibit/HK
- Apabila malam sebelumnya turun hujan dan tanah di polibag masih basah maka penyiraman hanya dilaksanakan sore hari. Bila hujan pagi hari cukup lebat (> 10 mm) maka sampai sore bibit tidak perlu disiram.
- Kebutuhan air bibit : 1-3 bl = 1.0 ltr; 3-6 bl = 1.5 ltr; > 6 bl = 2 ltr
- Dilakukan 2 minggu sekali
- Penyiangan dilakukan dalam polibag dan di luar polibag
- Dalam polibag penyiangan dilakukan secara manual
- Di antara polibag rumput-rumput disemprot dengan 2 kg karmex + 2,2 ltr gramoxone/450 ltr air/ha bibitan
- Tenaga kerja diperlukan untuk penyiangan 0,7 ha/HK atau 8.000 bibit/HK
- Pada daerah yang terlalu kering/panas, bibit dalam polybag harus diberi mulsa
- Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah bibit ditanam
- Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, jerami ataupun lalang kering
- Jumlah cangkang sawit yang diperlukan 0,5 kg/polibag
- Jumlah tenaga kerja diperlukan adalah 2.500 bibit/HK
- Konsolidasi bibit dilakukan 1x/bulan
- Menegakkan polibag-polibag yang miring
- Mengganti/membalut polibag yang pecah
- Menambah tanah di polybag (hanya sampai umur 6 bulan)
- Jumlah tenaga kerja diperlukan 2.000 bibit/HK
- Mengalirkan air yang tergenang 1 kali/minggu
- Mendalamkan parit pada ukuran semula
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 6-8 ha/HK
- Dimulai pada minggu ke 2 setelah bibit di transplanting
- Jenis pupuk : pupuk majemuk (contoh Rustika) R 15.15.6.4 dan R 12.12.17.2 serta pupuk Kieserite atau Dolomit
- Jumlah tenaga kerja yang diperlukan 3.000 bibit/HK atau 5 HK/ha bibit
- Cara pemupukan :
- Buat takaran pupuk sesuai dengan dosis
- Pupuk ditaburkan merata pada permukaan tanah di polybag melingkar/keliling sejauh 10 cm dari bibit
- Pupuk tidak boleh menyentuh bibit
- Pelaksanaan setelah penyiraman pertama
Umur Bibit
|
Dosis Pupuk (gram/pohon)
| |||
(Minggu)
|
R I
|
R II
|
K atau D
| |
2
3
4
5
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
|
2.5
2.5
5.0
5.0
7.5
7.5
10.0
10.0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
10.0
10.0
10.0
10.0
15.0
15.0
15.0
15.0
20.0
20.0
20.0
20.0
25.0
25.0
|
-
-
-
-
-
-
-
-
7.5
-
7.5
-
10.0
-
10.0
-
15.0
-
15.0
-
15.0
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
10.0
-
10.0
-
15.0
-
15.0
-
22.5
-
22.5
-
22.5
-
|
Jumlah
|
50
|
230
|
80
|
117.5
|
- Keterangan : R I = Rustika 15.15.6.4
- R II = Rustika 12.12.17.2
- K = Kieserite
- D = Dolomit
Pengendalian Hama Penyakit
- Pengamatan dilakukan secara rutin 1 x/minggu untuk mengetahui ada tidaknya serangan hama/penyakit
- Cara pengendalian pada saat serangan awal/ringan secara manual, hama dikutip kemudian dimusnahkan
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja 2.000 bibit/HK
- Bila dari hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan gejala serangan maka dapat dikendalikan dengan penyemprotan pestisida.
- Penyemprotan dilakukan setelah penyiraman pagi dan ditambahkan dengan perekat.
- Khusus bibit yang terkena penyakit dan mudah menular harus dipisahkan dari bibit sehat
- Jumlah kebutuhan tenaga kerja 3.000 bibit/HK
Umur (bulan)
|
Vol. Semprot (cc/pk)
|
Tenaga (bibit/HK)
|
4 – 6
|
25
|
5.000
|
7 – 9
|
50
|
3.000
|
10 - 12
|
100
|
1.00
|
Gejala Serangan hama/penyakit & Pengendalian
Keterangan : S : Semprot
T : Tabur
Mgg : Minggu
Sumber data : Lembaga Pendidikan Perkebunan : Kelapa sawit (2004)
Seleksi Bibit
- Seleksi dilaksanakan dengan tahapan umur bibit 6, 9, 12 bulan dan pada persiapan pengiriman bibit ke lapangan
- Tata cara pelaksanaan seleksi bibit :
- Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/abnormal
- Catat dan dibuat berita acara semua bibit afkir
- Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di main nursery antara 10-15 %
- Jumlah tenaga kerja dibutuhkan 3.000 bbt/HK
- Kerdil (runt/stunted): Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat seumurnya
- Bibit erect: Faktor genetis, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga seperti tumbuh tegak.
- Bibit yang layu dan lemah (limp): Penampilan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya
- Bibit flat top: Faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari daun tua, sehigga tajuk bibit terlihat rata
- Short internode: Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rakhis) terlihat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek
- Wide internode: Jarak antara anak daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal
- Anak daun yang sempit (narrow leaf): Bentuk helai daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga bentuknya seperti jarum
- Anak daun tidak pecah (juvenile): Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah
- Daun berkerut (crinkle leaf): Daun terlihat berkerut. Gejala berat akibat factor genetic, gejala ringan disebabkan karena kekurangan air
- Chimaera: Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna gelap dari jaringan yang normal
- Crown Diseases: Faktor genetik, pelepah bengkok dan mudah patah
- Blast: Bibit berubah secara progresif ke arah coklat dan perlahan dimulai dari daun yang tua bergerak ke daun yang lebih muda
- Terserang hama dan penyakit: Terserang busuk pucuk dan hama/penyakit yang harus dipisahkan
- Pemutaran bibit (rotating): Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim ke lapangan. Setelah bibit diputar harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai waktu pengiriman ke lapangan
- Perlakuan Bibit untuk Persiapan Pengangkutan: Menjelang persiapan tanam bibit dikumpulkan rapat, setiap kelompok terdiri 100-200 bibit. Bibit disusun satu lapis di atas truk dan disiram sebelum berangkat ke lapangan
- http://www.ziddu.com/download/10566591/BiayaPreNursery.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10566764/BIAYAMAINNURSERY.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10566867/CostItemPekerjaannursery.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10573804/StandardfisikBibitSawit.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10573887/DosisPupukNursery.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10573989/NurseryFertilizerProgame.pdf.html
- http://www.ziddu.com/download/10574093/Cullingdipembibitansawit.pdf.html
Kelapa sawit dibedakan ke dalam tiga tipe berdasarkan ketebalan cangkang (shell) karakter ini dikendalikan oleh gen mayor tunggal yang bertindak kodominan, karekteristik tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
Tipe
|
Karakteristik
| ||
Cangkang
|
Cincin Serabut
|
Genotype
| |
Dura (D)
|
Tebal
|
Tidak Ada
|
Sh Sh
|
Tenera (T)
|
Tipis
|
Ada
|
Sh sh
|
Psifera (P)
|
Tidak ada
|
Ada
|
Sh sh
|
Perkembangan lignifikasi dari cangkang diwariskan secara kuantitatif dan dikendalikan oleh banyak gen, sehingga timbul berbagai variasi ketebalan cangkang di dalam masing masing masing tipe.
Didalam proses reproduksi hanya satu yang hadir pada gamet atau sel kelamin, selama proses pembuahan, kedua gamet dari tetua jantan dan betina bersatu kembali dan tergantung kepada konstitusi genetik, genotype keturunan mungkin sama atau berbeda dengan tetuanya.
Pengertian yang jelas terhadap pewarisan sifat ketebalan cangkang buah membawa kesadaran tentang pentingnya penggunaan benih D x P dari sumber tanaman tetua yang baik (dura, tenera, maupun psifera), Tenera yang mempunyai kandungan minyak lebih banyak dibandingkan dura sebesar 30% merupakan varietas standar yang lebih disukai sebagai material tanaman komersial.
- Persilangan Dura dan Psifera. Untuk produksi benih tenera dilakukan persilangan antara tetua dura dengan tetua psifera yang akan menghasilkan 100% tenera
- Persilangan Bebas (Tenera dan Tenera) Untuk memperoleh benih tenera dari persarian bebas antara tenera dan tenera mengakibatkan turunnya hasil karena terjadi silang dalam (inbreeding), produksi tandan yang rendah karena adanya psifera serta produksi minyak yang renah karena adanya dura, produktifitas benih liar yaitu benih yang di peroleh dari persarian bebas, diperkirakan hanya mencapai 50% dari produktifitas benih legitim D x P atau lebih rendah lagi
- Perubahan strategi penggunaan material tanaman pada industri kelapa sawit Indonesia dilakukan dengan hati hati dan selalu di dasarkan oleh data dan informasi yang jelas, hal ini dapat terlihat dari penggunaan material tanaman di perkebunan kelapa sawit yang sampai tahun 1970 masih menggunakan material D x D; T x D; atau D x T sebagai sumber benih, dan dengan adanya data bahwa rendemen pabrik (Industrial extraction rate) dari materia D x P adalah 20 – 30% lebih tinggi dari material D xD ; T x D atau D x T maka sejak tahun 1971 semua perkebunan menggunakan material D x P sebagai sumber benihUntuk menilai kualitas benih kelapa sawit D x P yang dihasilkan oleh produsen penghasil benih (PPKS, Londsum dan Socfindo) tertentu perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut :
- Silsilah keturunan
- Standar seleksi yang digunakan
- Proses produksi benih
- Profil produksi
- Komponen minyak
- Karekteristik sekunder
- Kepekaan terhadap penyakit
- Origin Dura Semua genitor yang saat ini ada di PPKS adalah dura deli yang berasal dari 4 pohon kelapa sawit kebun raya bogor, meskipun tidak ada alasan untuk mengkelompokkannya ke dalam berbagai populasi, namun penggunaan origin dura ini oleh berbagai lembaga riset telah menyebabkan terjadinya penghanyutan genetika (Genetic drift) yang sedikit banyak menimbulkan perbedaan diantara genitor. Kebanyakan dan pada umumnya dari genitor dura adalah dari ”populasi Marihat” berdasarkan jumlahnya adalah memungkinkan untuk membedakan populasinya ini menjadi beberapa origin, bahkan sub origin. Origin-origin tadi diberi kode berdasarkan nama kebun yang pertama kali menggunakannya sebagai genitor, yaitu marihat, tinjauan, dan dolok sinumbah. RISPA adalah ”Populasi Marihat” yang berasal dari kebun marihat dan selanjutnya di seleksi oleh RISPA. Kode-kode untuk sub-origin di dasarkan pada nama genitor moyangnya (yang ditetapkan mulai tahun 1900-an) jadi kebanyakan genitor dura adalah dari ”populasi Marihat” dihubungkan dengan genitor yang sama yakni ”533” Diantara genitor genitor ada yang berasal dari persilangan ”Pupulasi Marihat” dengan sumber sumber lainnyayaitu genitor yang tidak diketahui untuk orijin ”DS x ?” dan dengan SP 540T untuk orijin M-RISPA. Empat orijin deli lainnya tidak berhubungan dengan ”populasi Marihat” , ke empatnya yaitu ”origin Gunung Bayu” (asal Sumatera) , ”origin Dabou” (asal Sumatera di seleksi di Ivory Coast) ”orijin Socfin” (asal Sumatera di seleksi di Malaysia dan Ivory Coast) dan ”origin Dumpy atau ”origin Elmina” (asal Malaysia dan kemudian dipergunakan oleh RISPA) ”orijin Gunung Melayu” , sedangkan ”origin M-Dumpy dan ”Serdang” merupakan orijin yang relatif belum banyak mengalami seleksi.
- Orijin Tenera Sebahagian besar dari genitor Tenera yang ada di PPKS berasal dari Zaire, dan beberapa origin dapat dibedakan berdasarkan kebun atau pusat riset yang telah melakukan seleksi genitor moyangnya, dan genitor genitor tersebut antara lain :
- Orijin ”Bangun” merupakan genitor-genitor yang berasal dari Bangun Bogor Rejo (Sumatera).
- Orijin ”Dolok Sinumbah” yang merupakan orijin dari psifera terkenal seperti DS 76P atau EX.5. dan beberpa sub orijin dibedakan berdasarkan bentuk genitornya.
- Origin ”Bah-Jambi” yang pada kenyataannya adalah sub orijin ”Dolok Sinumbah” karena merupakan keturunan dari persilangan DS 76P dan DS 66P
- Orijin ”Sungai Pancur” yang menghailkan tenera sangat terkenal, SP 540T
- Orijin ”Sungai Pancur x Bangun” merupakan hasil persilangan SP 540T dengan psifera dari Bangun.
- Orijin ”Yangambi” berasal dari populasi Yangambi yang telah diseleksi oleh IRHO.
B. STANDAR SELEKSI
- Skema Seleksi Berdasarkan hasil percobaan internasional yang menunjukkan persilangan inter orijin lebih baik dari pada intra orijin, maka PPKS mengadopsi metode seleksi yang disebut ”Reciprocal Recurrent Selection (RSS)” yang di kembangkan oleh ”Institute de Researches Pour les Huiles et Oleageneux (IRHO)” Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung ”Combining ability” dari 2 (dua) grup individu A dan B yang dicirikan dengan : a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit tetapi dengan tandan yang besar. b. Grup B (Psifera, Tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran relatif lebih kecil Tanaman tanaman dalam grup A disilangkan dengan tanaman dari grup B dan hybrida yang dihasilkan kemudian di tanam di pengujian projeni (comparative trial/progeny trial) Pengujuan yang dilakukan akan dapat mengklasifikasi tingkatan family persilnagan (lini) dan mengevaluasi daya gabung genitor-genitor pada family tersebut yang pada akhirnya akan diperoleh suatu kombinasi hybrida yang terbaik, dan pada waktu yang hampir bersamaan sejumlah tanaman pada masing-masing grup dikawinkan sendir (selfing) dan disilangkan miasl D x D pada seleksi Dura dan T x T pada seleksi Tenera.
- Letak Produksi Benih dan perbanyakan klonal pada skema seleksi Metode RRS adalah suatu skema yang sangat menarik baik untuk program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit, dengan langkah langkah sebagai berikut :
- Pemilihan tetua untuk memproduksi hibrida komersial di dasarkan atas pengujian projeni sehingga hanya hibrida-hibrida yang telah di uji yang disalurkan kepada konsumen.
- Skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi se segera mungkin persilangan persilangan terbaik dan perbaikannya dapat dilakukan dengan ”selfing” tetua terpilih sehingga daya gabung khusus (specific Combining Ability/SCA) dapat di eksploitasi secara optimal.
- Hibrida komercial dapat diproduksi menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura, dan begitu pula tipe persilangan Psifera/Tenera di seleksi Tenera.
Dengan menggunakan tanaman unggul dari hasil pengujian projeni dapat diperbanyak secara kultur jaringan dengan tingkat produktifitas yang realtif sama dengan ortet. Pemilihan tanaman unggul dilakukan dengan mengeksploitasi keragaman di dalam famili diantara famili-famili yang di uji pada pengujian projeni. Selain masalah masalah internal yang di hadapi perbanyakan klonal secara kultur jaringan, seperti abnormalitas pembuangan dan upaya scaling up, klon klon yang dihasilkan dari ortet yang dipilih dari pengujian projeni perlu di uji terlebih dahulu pada pengujian klonal sebelum di lepas secara komersial, sehingga dengan demikian perlu dimaklumi bahwa klon klon komersial belum dapat disebar luaskan dalam waktu dekat.
C. KRITERIA PEMILIHAN
Pemilihan persilangan dengan Genitor. Pemilihan persilangan dengan genitor dilakukan bertahap sesuai dengan urutan prioritasnya yaitu :
- Tahap Pertama Pemilihan dilakukan terhadap produksi minyak/ha yang di hitung dengan menggunakan dua faktor koreksi yaitu rendemen pabrik di hitung dengan mengkalikan prosentase minyak per tandan dengan faktor koreksi 0,855 dan produksi TBS di hitung dengan dasar 130 tanaman/ha (pada populasi 143 pohon/ha) atau bisa juga 123,5 tanaman /ha pada (populasi 130 pohon/ha). Produksi minyak per ha diperoleh dengan cara mengkalikan produksi TBS dengan rendemen pabrik periode 6 – 9 tahun, yang dianggap dapat menggambarkan potensi produksi selama masa ekonomis tanaman, dan ini merupakan prioritas utama untuk diperhatikan
- Tahap Kedua Pemilihan dilakukan dengan mengenyampingkan semua persilangan persilangan yang laju pertumbuhannya meninggi sangat cepat, persilangan yang mempunyai laju pertumbuhan meninggi >85 cm/thn tidak dipilih.
- Tahap Ketiga Pembuatan rancangan persilangan dilakukan terutama untuk menghindari adanya projeni yang peka terhadap penyakit tajuk, karena penyakit tajuk disebabkan oleh satu gen resesif, maka ditekankan untuk mengawinkan genitor-genitor unggul tetapi tetap peka terhadap penyakit tajuk dengan genitor lainn yang resisten dan mempunyai susunan genotype homozygot dominan.
Cara umum dilakukan adalah dengan cara seleksi indeks (6/9) atau secara smoothing. Tingkat kepercayaan pada pemilihan ortet dapat meningkat apabila tanaman terpilih memperlihatkan komponen hasil yang unggul, seperti persentase mesokarp terhadap buah yang relatif mempunyai nilai heritabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil sendiri.
D. PROSES PRODUKSI BENIH
Tekhnik produksi Benih
Tekhnik produksi benih kelapa sawit telah banyak di paparkan oleh para ahli, yang pada prinsipnya setiap tahapan dalam proses produksi benih adalah untuk menjamin diperolehnya benih yang memenuhi kriteria persentase perkecambahan tinggi, pertanaman yang homogen di lapangan dan legitimasi material yang dihasilkan.
PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH
A. PROSEDUR PEMBELIAN KECAMBAH
- Pembelian Kecambah Pembelian kecambah kelapa sawit D x P maupun Dy x P dari PPKS dapat dilakukan oleh Perusahaan Negara, Swasta, koperasi maupun perorangan
- Harga Kecambah Harga kecambah sewaktu waktu dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harga kecambah adalah loko Medan dan Marihat, biaya transportasi pengangkutan kecambah di tanggung oleh pihak pembeli.
- Sistem Pembayaran Sistem pembayaran pembelian kecambah kelapa sawit di PPKS hanya dapat dilakukan di kantor PPKS jalan Brigjen Katamso 51 Medan, baik secara langsung ke Bendaharawan PPKS maupun melalui ”Bank Draft”, dan pembayaran Bank Draft dapat dilakukan di bank yang ditunjuk, dan pembayaran di lakukan selambat lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pengambilan kecambah.
- Prosedur pemesanan Kecambah. Permohonan pembelian kecambah melalui surat dengan tujuan ”Kepada Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dengan alamat Jl Brigjen Katamso No 51 Medan” dan pengambilan dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum pengambilan kecambah
- Perlengkapan Administrasi
- Perusahaan Perkebunan Persyaratan untuk pemesanan Kecambah kelapa sawit oleh Perusahaan perkebunan meliputi
- Surat izin usaha perkebunan dari menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia
- Surat Izin Peruntukan lokasi penanaman kelapa sawit dari Gubernur setempat
- Peta Lokasi perkebunan
- Surat kepemilikan tanah dari instansi berwenang
- Surat Rekomendasi dari Dinas Perkebunan setempat.
- Memiliki dan menunjukan Delivery Order (DO) yang di terbitkan oleh PPKS
- Menunjukan surat kuasa dari perusahaan atau perorangan ke PPKS bagian Urusan Bahan Tanaman
- Menunjukan bukti Identitas Asli dan memberikan copynya kepada petugas PPKS yang ditunjuk.
- Menandatangai bukti pengambilan kecambah
Untuk menghindari upaya pemalsuan dari pihak pihak yang tidak bertangung jawab terhadp produk Kecambah PPKS, maka PPKS telah membentuk berbagai upaya dan sistem penanggulangannya antara lain:
![]() |
Pengemasan / Packing |
![]() |
Kemasan Kelapa Sawit |
- Administrasi pengiriman Pengiriman kecambah dilengkapi dengan surat pengantar, pengiriman dan Delivery Ordr (DO) dan di beri nomor seri
- Pengemasan/Packing Packing atau pengemasan dilaksanakan dengan mempergunakan peti dari bahan triplek ukuran 40x60x40 cm dan dapat menampung 7.000 sampai 10.000 kecambah, setiap peti kemas memuat uraian (contoh)
- Permintaan yang cukup tinggi Permintaan pembelian kecambah kelapa sawit oleh pihak ke dua, setiap tahun cukup tinggi dengan rata-rata pertahun antara 60 – 70 juta kecambah, sedangkan kemampuan rata rata produksi kecambah PPKS adalah 40 juta kecambah/tahun, oleh karena itu kebutuhan kecambah yang dapat di penuhi oleh PPKS hanya 70 – 80 % setiap tahunnya.
- Waktu Permintaan Pada umumnya perusahaan perkebunan memesan pada waktu bersamaan, sehingga PPKS kesulitan dalam peng alokasian permintaan
- Permintaan yang mendesak Permintaan yang mendesak biasanya terjadi pada saat pemesanan dan pengambilan pada bulan yang sama, sehingga PPKS kesulitan pengalokasian permintaan dimaksud, karena alokasi 1 – 2 bulan di depan sudah di alokasikan kepada pihak lain. Karena proses produksi kecambah memerlukan waktu yang panjang, disarankan untuk pemesanan sebaiknya 6 bulan sebelum jadwal pengambilan.
- Kelengkapan adminsitrasi yang kurang sehingga PPKS tidak mungkin menyerahkan kecambah pada pihak pembeli, seperti kelengkapan peta, rekomendasi dari Gfubernur setempat dan lain sebagainya.
- Pada saat waktu pengambilan yang ditntukan pihak pembeli belum melaksanakan pembayaran atas pemesanan pengadaan kecambah, sehingga menghambat penyaluran kebutuhan pengadaan kelapa sawit.
- Adanya penundaan dari pihak pemesan, karena lahan untuk penanaman dan pembibitan kecambah belum siap, atau iklim yang kurang diperhitungkan, misalnya kemarau yang panjang dan sebagainya
- Adanya masalah transportasi yang belum disiapkan oleh pembeli atau adanya regulasi dari pihak pengangkut yang menunda jadwal pengangkutan karena sebab dan lain hal.
Pembukaan Areal Kelapa Sawit
0 komentar
Pembukaan lahan atau landclearing adalah pembukaan lahan untuk keperluan lain nya sepert perkebunan, transmigrasi, pertanian dan lain sebagainya.Pembukaan lahan merupakan komponen biaya inventasi disamping pembibitan yang telah dibicarakan. Tahapan-tahapan pekerjaan sudah tertentu sehingga jadwal kerja harus harus dilaksanakanb secara konsekwen. Keterlambatan suatu pekerjaan diselesaikan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan menambah biaya. Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya alam ( gangguan cuaca, hewan liar, dan lain-lain ), biaya yang harus berkesinambungan, sumber daya manusia yang harus tersedia serta alat-alat beserta suku cadangnya. Tahapan- tahapan pekerjaan ini adalah :
- Perencanaan luas kebun dan jadwal pembangunannya.
- Rintisan dan rencana pemborong pekerjaan.
- Sistim pembukaan lahan yang dipakai.
- Persiapan penanaman, parit, drainase, pengawetan tanah, penanaman kacangan.
- Penanaman.
- Lokasi pemukiman untuk satuan luas tertentu misalnya 800 ha untuk 1 afdeling. Lokasi ini harus dekat dengan sumber air minum dan letaknya terpusat dari areal.
- Batas areal dari kebun maupun riap afdeling.
- Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung (masuk dan keluar lokasi) atau jalan utama, jalan produksi, dan lain-lain.
- Lokasi pembibitan.
- Lokasi pabrik dan kantor pusat kebun.
Jadwal atau perencanaan juga harus sudah dibuat karena banyak pekerjaan atau hal-hal tertentu yang harus dilaksanakan atau dipesan beberapa bulan sebelumnya. Pemesanan kecambah (bibit) harus dilakukan 3 – 6 bulan sebelum pembibitan dimulai, dan pembibitan harus sudah dimulai 1 tahun sebelum penanaman dilapangan. Demikian pula dengan pemesanan alat-alat berat, intansi penyiraman, pencarian tenaga kerja, penyelesaaian ganti rugi, menghubungi calon pemborong dan lain-lain. Jadwal pembibitan dibuat tersendiri dan jadwal pembukaan lahan dan penanaman tersediri pula.Mengingat sebagian pekerjaan akan menghadapi tantangan alam maka pekerjaan tersebut harus pula disesuaikan dengan keadaan yang bakal terjadi. Jadwal kerja ini tergantung pada kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan dengan keadaan iklim, sarana tenaga kerja, dan dana yang tersedia.
I. LAND CLEARING
1 Manual
- terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian tenaga sangat banyak
- Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)
- Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk lalang). Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif. Dibutuhkan air untuk pelarut herbisida.
Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran untuk tujuan pembukaan lahan
2. Tahap Pekerjaan
a. Membabat / Imas
Sebelum melaksanakan pekerjaan imas, maka pekerjaan babat pendahuluan dilakukan mendahului pengimasan. Semak belukar dan pohon kecil yang tumbuh dibawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5 sampai 6 orang / HA.
Pekerjaan Imas ini adalah pemotongan semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm di tebas atau di potong dengan parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar.
- Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
- Menggunakan parang dan kampak
- Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau dekat dengan tanah
- Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun mekanis
Menumbang adalah kegiatan menebang/menumbang pohon dengan gergaji ( chain saw ) atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm ditebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah tergantung pada diameternya. Ketentuan yang berlaku biasanya
- Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur
- Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :
Diameter
|
Ditebang dari permukaan tanah maks.
|
> 10 – 15 cm
|
15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
|
16 – 30 cm
|
25 cm
|
31 – 75 cm
|
50 cm
|
76 – 150 cm
|
100 cm
|
> 150 cm
|
Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama
|
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :
- Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
- Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
- Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
- Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan tanah.
Kegiatan merencek adalah memotong cabang dan ranting kayu yang sudah ditumbang dipotong-potong untuk mempermudah perumpukan.
- Memotong batang, cabang dan ranting
- Pedoman panjang potongan kayu :
Diameter (cm)
|
Panjang Potongan (m)
|
10 - 30
|
1,5 – 3
|
30 - 75
|
2 – 4
|
> 75
|
4 - 5
|
d. Merumpuk
- Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan yang teratur
- Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar
- Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.
- Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
- Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
- Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
- Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
- Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
- Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
- Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris tanaman dengan arah Timur – Barat
- Jenis alat berat untuk perun mekanis :
Jenis Alat
|
Vegetasi
|
Topografi
|
Posisi Rumpuk
|
Kerapatan kayu
|
Buldozer
|
Hutan sekunder, semak belukar
|
Gelombang, darat, datar
|
4 : 1
|
Sedang – rendah
|
Buldozer
|
Hutan primer
|
Datar, gelombang
|
2 : 1
|
Tinggi – sedang
|
Buldozer & Excavator
|
Hutan primer, sekunder, semak belukar
|
Bukit, gelombang
|
Antar teras
|
Tinggi – rendah
|
Excavator
|
Hutan primer, sekunder, semak belukar
|
Rendahan, gambut
|
2 : 1
|
Tinggi - rendah
|
Pancang jalur rumpukan
- Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada di gawangan mati
- Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
- Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
- Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
- Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
g. Cincang Jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
- Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
- Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan harus bebas dari kayu
- Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :
- Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
- Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
- Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m
- Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur rumpukan
- Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan manajemen
Waktu untuk pembukaan lahan 3.000 – 5.000 ha :
- Survey/mengukur areal : ± 1 bulan
- Babat/imas : 2 – 3 bulan
- Menumbang : 2 – 3 bulan
- Merencek dan merumpuk : 1 – 2 bulan
- Membersihkan areal : 2 – 3 bulan
- Pemberantasan lalang : 2 – 3 bulan
- Jalan + saluran air : 2 – 3 bulan
- Penanaman kacangan : 1 – 2 bulan
- Memancang : 2 bulan
- Teras, benteng : 2 – 3 bulan
- Melubang : ± 2 bulan
- Menanam : ± 2 bulan
4. Perhitungan Kebutuhan Traktor
Kapasitas traktor dengan beberapa implement
Jenis Pekerjaan
|
Implement
|
Lebar Potongan (m)
|
Kecepatan (km/jam)
|
Efisiensi (%)
|
Kapasitas (ha)
|
JKT/ha
|
Membabat
|
JD 307
|
1,8
|
4,0
|
70
|
0,50
|
2,00
|
Membajak I
|
JD SA 234, 4 Plow 28 inch
|
1,0
|
5,0
|
70
|
0,35
|
2,86
|
Membajak II
|
JD SA 234, 4 Plow 28 inch
|
1,0
|
5,0
|
80
|
0,40
|
2,50
|
Menggaru I
|
JD Integral disc harrow 9,5 inch
|
2,8
|
5,0
|
80
|
1,12
|
2,89
|
Menggaru II
|
JD Integral disc harrow 9,5 inch
|
2,8
|
5,0
|
80
|
1,12
|
0,8
|
Kebutuhan traktor berdasarkan kapasitas tersebut diatas perlu dihitung sesuai dengan luas areal yang akan dibuka dan jumlah waktu yang tersedia.
5. Pedoman Pelaksanaan
Hutan Primer
- Cara yang digunakan : Manual atau mekanis
- Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan primer :
Uraian
|
Manual
|
Mekanis
| ||
Alat
|
Keb. HK (HK/ha)
|
Alat
|
Keb. HK / JKT
| |
Babat/Imas
|
Parang panjang
|
20-25
|
Parang
|
20-25 HK
|
Menumbang
|
Gergaji rantai, kampak
|
30-60
|
Buldozer
|
10-14 JKT
|
Merencek
|
Parang + kampak, gergaji
|
40-50
|
Gergaji rantai
|
40-50
|
Merumpuk
|
-
|
10-15
|
Buldozer
|
7-9 JKT
|
Membersihkan jalur
|
Cangkul
|
20
|
Buldozer
|
8 JKT
|
Jumlah
|
120-160 HK
|
(60-75 HK) + (25-32 JKT)
|
- HK : Hari Kerja
- JKT : Jam Kerja Traktor
- Cara yang digunakan : manual atau mekanis
- Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan hutan sekunder :
Uraian
|
Manual
|
Mekanis
| ||
Alat
|
Keb. HK (HK/ha)
|
Alat
|
Keb. HK / JKT
| |
Babat/Imas
|
Parang
|
15-20
|
Parang
|
15-20 HK
|
Menumbang
|
Gergaji rantai
|
25-35
|
Buldozer
|
8-12 JKT
|
Merencek
|
Parang + gergaji
|
20-30
|
Gergaji rantai
|
20-30
|
Merumpuk
|
-
|
10-12
|
Buldozer
|
4-6 JKT
|
Membersihkan areal
|
Cangkul
|
15-20
|
Buldozer
|
6 JKT
|
Jumlah
|
85 - 117 HK
|
(35-55 HK) + (18-24 JKT)
|
Semak Belukar
- Cara yang digunakan : manual atau mekanis
- Kebutuhan alat dan tenaga untuk pembukaan semak belukar :
Uraian
|
Manual
|
Mekanis
| ||
Alat
|
Keb. HK (HK/ha)
|
Alat
|
Keb. HK / JKT
| |
Babat/Imas
|
Parang
|
20-25
|
Parang
|
15-20 HK
|
Merencek
|
Parang + gergaji
|
15-20
|
Parang
|
15-20 HK
|
Merumpuk
|
-
|
10-15
| ||
Membersihkan jalur/areal
|
Cangkul
|
20
|
Buldozer
|
4-6 JKT
|
Jumlah
|
65-80 HK
|
(30-40 HK) + (4-6 JKT)
|
1. Teras Kontur
Jarak antar kontur (m ) pokok/ha
|
Jarak antar pokok pada kepadatan
| |
128
|
136
| |
|
|
|
Kelas
lahan
|
Kemiringan
|
Tindakan
Pengawetan
| |
Derajat (º)
|
( % )
| ||
Rata
Agak miring
Miring
Sangat miring
|
0º
0º - 3º
4º - 28º
29º - 45º
|
< 1%
1 – 6%
7 – 54%
55% - 100%
|
Tidak perlu
Benteng, rorak
Teras individu, tapak kuda dan teras kontur
Teras bersambung/Kontur
|
Tabel Jarak Teras dan Kemiingan Persyaratan Teras
Kemiringan ( º )
|
Jarak Teras ( m )
|
Kemiringan ( º )
|
Jarak Teras ( m )
|
0
|
8,16
|
25
|
9,00
|
5
|
8,19
|
30
|
9,42
|
10
|
8,28
|
35
|
9,96
|
15
|
8,45
|
40
|
10,65
|
20
|
8,68
|
45
|
11,54
|
2. Penempatan pancang induk
Prinsip Kerja.
- Meletakan ujung tali ditengah-tengah antara dua tanaman pada kontur 1.
- Menarik tali vertikal kebawah, ketika sampai pada kontur II dibelokan kekanan dan digeser-geser hingga sudut belokannya +/- 90 derajat.
- Pada sudut ini merupakan titik tanam pada kontur II.
- Ujung t6ali juga merupakan titik tanam ke2 titik-titik tanam tersebut diberi pancang tanam.
2. Benteng dan Rorak
- Dibuat pada tanah agak miring : 10 – 15 m/HK
- Ukuran : lebar alas = 60 cm, lebar atas = 40 cm, kaki lima = 45 cm, tinggi 30 cm
- Pedoman jarak horizontal antar 2 benteng :
Kemiringan
|
Jarak (m)
| |
1%
2%
3%
4%
5%
6%
|
(0º34´)
(1º9´)
(1º44´)
(2º18´)
(2º52´)
(3º26´)
|
60
40
30
25
20
18
|
- Tentukan titik pemancangan; pancang-pancang selanjutnya sesuai jaraknya
- Parit digali, tanah galian di timbun memanjang dan bentuklah benteng sesuai ukuran
- Parit (rorak) : lebar atas 50 cm, dasar = 35 cm, dalam 60 cm.
- Dibuat pada tanah agak miring
- Ukuran lebar = 4 meter
- Prestasi kerja 2 – 3 st/HK
- Areal yang harus di buat tapak kuda dipancang menurut pancang tanam
- Tapak kuda tepat pada pancang tanaman
- Tanah bagian atas pancang digali
- Kemiringan tapak kuda 10-15º ke arah bukit
- Tanah ditumpukan ke belakang pancang kemudian dipadatkan
1. Pembuatan jalan pada Areal Datar/Darat
- Membuat desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
- Pembuatan jalan menggunakan buldozer minimal tipe D6
- Pembuatan parit pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu, baik pada MR maupun CR
- Pembentukan badan jalan dengan motor greader. Jalan yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak tertahan di badan jalan
- Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus dibuat secara berselang-seling (zig-zag). Jumlah tali air ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan
- Pemadatan badan jalan menggunakan road roller/vibrating compactor 6 ton
- Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok
- Penentuan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar
- Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan. Setelah timbunan tanah mengering diratakan dengan buldozer dan selanjutnya dilakukan penimbunan dengan tanah mineral. Badan jalan dibentuk dengan motor greader dan harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air tidak bertahan di badan jalan
- Harus memotong teras/kontur
- Badan jalan dibuat miring ke arah tebing
- Gradien (kemiringan sudut) pada umumnya harus 1:30 walaupun masih dimungkinkan 1:15 pada jarak pendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam
- Penentuan posisi/letak jalan yang akan dibuat melalui survei
- Pemancangan jalan ditentukan dengan theodolite. Posisi pancang diletakkan di bagian tepi jalan sebelah luar dinding bukit
- Pembuatan jalan dengan buldozer dimulai dari bawah mengarah ke atas. Pancang yang sudah dibuat tidak boleh tumbang untuk kontrol bahwa jalan telah disesuaikan dengan desain
- Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada musim hujan
- Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan
- Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik
- Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6 ton dan lainnya
- Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
- Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/pengerasan jalan.
- Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.
IV. Jembatan dan Gorong-gorong
- Pembuatan jalan diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit agar kalau harus dibuat jembatan cukup yang kecil saja
- Sungai kecil dan dangkal cukup dengan gorong-gorong (bus air)
- Untuk 1 tempat gorong-gorong 7 bh, batu 1-2 m3; tenaga 6-10 HK
- Ukuran gorong-gorong besar : panjang 1 m, diameter 1 m kecil : panjang 1 m, diameter 0,6 m
- Timbunan minimum setebal diameter gorong-gorong, misalnya gorong-gorong dengan ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm
- Jalan dan tanah diatas gorong-gorong harus waterpass
- Berfungsi untuk pembuangan air dari dalam ke luar kebun
- Berupa alur-alur alam (sungai-sungai kecil) maupun parit yang dibuat
Jenis Parit
|
Lebar Atas
(m)
|
Lebar Dasar
(m)
|
Kedalaman
(m)
|
Standard Pembuatan
| |
Manual
|
Mekanis
| ||||
Primer
Sekunder
Tersier
Kuarter
|
3,5-5,0
2,2-2,7
1,3-1,7
0,8-1,0
|
2,0-3,0
1,0-1,2
0,5-0,7
0,3-0,4
|
1,5-2,0
1,2-1,5
0,8-1,0
0,5-0,6
|
2-2,5 m/HK
3-4 m/HK
4-6 m/HK
8-10 m/HK
|
20-40 m/JKT
40-60 m/JKT
60-70 m/JKT
80-100 m/JKT
|
Cara membuat parit
- Membuat pancang dari hulu ke hilir
- Manual : tanah digali dengan cangkul atau sekop
- Mekanis : dengan excavator
- Arah penggalian dari hilir ke hulu
- Tanah galian dibuang ke kiri dan kanan parit untuk kaki lima
- Tempat pertemuan parit/Junction harus membelok ke arah aliran air
Undang-Undang Kelapa Sawit
0 komentar
Salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota yaitu bidang pertanahan Pasal11 Dengan demikian ,pengadaan/ pengambilalihan tanah menjadi tanggung jawab dari pemerintah kabupaten dan kota. Dalam rangka implementasi Undang – Undang Otonomi Daerah ini, telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah di bidang pertanahan sebagaimana tertera dalam pasal 2 ayat ( 3 ) butir ( 14 ) sebagai berikut :
- Penetapan persyaratan pemberian hak atas tanah.
- Penetapan persyaratan landreform.
- Penetapan persyaratan administrasi pertanahan.
- Penetapan pedoman biaya pelayanan pertanahan.
- Penetapan kerangka dasar kadastral ( batas tanah ) nasional dan pelaksanaan kerangka dasar kadastral orde I dan orde II.
Lembaga Pemerintah Non-Departemen sampai ditetapkanya seluruh peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan, selambat-lambatnya 31 mei 2003.
Setelah batas waktu 31 mei 2003 berakhir, Pemerintah mengambil Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 2003 tentang kebijakan Nasional di Bidang pertanahan yang menyerahkan sembilan kewenangan Pemerintah di bidang pertanahan kepada pemerintah kabupaten dan kota, yaitu sebagai berikut :
- Pemberian izin lokasi.
- Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.
- Penyelesaian sengketa tanah garapan.
- Penyelesaian ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan.
- Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimal dan tanah absente.
- Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat (tanah adat ).
- Pemanfaatan dan penyelesaikan masalah tanah kosong.
- Pemberian izin membuka tanah.
- Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/kota.
www.ziddu.com/download/10419656/PeraturanMenterittgTatacaraPembangunanPerkebunan.
Sumber: http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/
Tentang Kelapa Sawit
0 komentar
- Kelapa sawit adalah tanaman sejenis palma berakar serabut atau monokotil.
- Bagian tanaman yang bernilai ekonomis adalah buah.
- Buah tersusun dalam sebuah tandan dan disebut TBS (Tandan Buah Segar ).
- Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20 – 35 kg,bahkan ada yang mencapai diatas 40 kg,tergantung pada perawatan dan pemupukan tanaman .
- Tandan tersusun dari 200 – 600 buah @ 20 – 35 gram.
- Buah diambil minyaknya dengan hasil :
- Sabut (daging buah / mesocarp) menghasilkan minyak kasar (CPO) 20 – 26 %
- Inti sawit sebanyak 6 % yang menghasilkan minyak inti (PKO) 3 – 4%
- Kadar % dihitung dari berat tandan buah segar .
- Umur ekonomis tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun,
- Tetapi dewasa ini umur ekonomis tanaman bisa mencapai lebih dari 25 tahun.
- Pada umur diatas umur ekonomis tanaman sudah tinggi sehingga sulit di panen,tandanya sudah jarang sehingga secara perhitungan tidak ekonomis lagi.
- Pengelompokan berdasarkan umur tanaman adalah sebagai berikut :
- 3 – 8 tahun : Muda 9 – 13 tahun : Remaja
- 14 – 20 tahun : Dewasa > 20 tahun : Dewasa
- Pengelompokan berdasarkan masa berbuah :
- TBM (Tanaman belum menghasilkan) : 0 – 3 tahun.
- TM ( Tanaman menghasilkan ) : > 3 tahun.
- Buah tanaman kelapa sawit berupa benih yang sudah dikecambahkan disebut : GS ( Graminated Seed )
- Sumber resmi benih kelapa sawit antara lain : PPKS, Lonsum, Socfindo, damimas.
- Setiap pembelian benih tersebut disertai label disetiap kantong dan sertifikatnya.
- Benih asli dibuat dari hasil persilangan antara jenis Dura (sebagai pohon ibu ) dan Pesifera (sebagai pohon bapak ).
- Benih asli secara visual tidak dapat dibedakan dengan benih yang tidak asli.
- Ciri-ciri dari dura fesifera dan tenera dilihat dari buahnya adalah sebagai berikut:
D P T

- Ketebalan cangkangnyan( mm ) : 2 – 5 mm Tidak ada 1 – 2,5 mm
- % Cangkang / buah 20 – 50 % - 3 – 20 %
- % Mesocarp/ daging buah 20 – 65 % 92 – 91 % 60 – 90 %
- % Inti buah 4 – 20 % 3 – 8 % 3 – 15 %
- Kadar minyak rendah tinggi sedang
D.MORFOLOGI TANAMAN
- Akar
- Diameter akar primer 5 – 10 mm
- Diameter akar sekunder 2 – 4 mm
- Diameter akar tersier 1 – 2 mm
- Diameter akar kuarterner 0,1 – 0,3 mm
- Batang
- Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang, pada tanaman dewasa diameternya 45 – 60 cm bagian bawah batangnya lebih gemuk yang disebut bonggol, dengan diameter 60 – 100 cm .
- Pelepah /daun menempel membalut batang .
- Kecepetan tumbuh 35 – 75 cm / tahun sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas.
- Pada tanaman berumur 25 tahun tinggi batang mencapai 13 – 18 m.
Umur
Thn
|
Tinggi
Meter
|
Umur
Thn
|
Tinggi
Meter
|
Umur
Thn
|
Tinggi Meter
|
3
|
1,6
|
10
|
6,7
|
18
|
11,3
|
4
|
2,2
|
11
|
7,5
|
19
|
11,5
|
5
|
2,6
|
12
|
8,4
|
20
|
11,9
|
6
|
3,8
|
13
|
8,9
|
21
|
12,2
|
7
|
4,5
|
14
|
9,8
|
22
|
12,4
|
8
|
5,4
|
15
|
10,0
|
23
|
13,0
|
9
|
5,7
|
16
|
10,5
|
24
|
13,3
|
17
|
11,0
|
25
|
14,0
|
3. Daun

- Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupah helaian daun yang utuh.
- Bifurcate Bentuk daun dan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka.
- Pinnate Bentuk daun dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah.
- Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah ) pertahun pada tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun.
- Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m dengan lebar tengah + 6 cm.
- Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 – 56 pelepah selebihnya dibuang saat panen.
- Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran terdapat 8 daun.
- Spiral kiri atau spiral kanan.
- Arah putaran dilihat dari arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap produksi.
- Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina .
- Bunga mulai berbunga pada umur ± 14 – 18 bulan
- Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina.
- Terkadang akan muncul bunga banci yaitu : bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian.
- Sex ratio yaitu : perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina).
Bunga jantan Bunga betina
- Terdiri dari 100-250 spikelet Terdiri dari 100-200 spikelet
- 1 tandan mekar dengan bau Tiap spikelet 15-20 bunga.
- Yang wangi selama 2-4 hari.


- Buah
- Umumnya yang ditanam adalah varietas nigrescen, dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah.
- Buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan dan warnanya berubah menjadi orange, berat tandan dan ukuran buah bervariasi tergantung umur tanaman, kesuburan tanah dan pemeliharaan .
- Perkembangan jumlah dan berat tandan disajikan sebagai berikut:

Umur ( tahun ) | Jumlah tandan/pkk/tahun |
Berat kg / tandan
|
3 – 8 tahun | 15 – 25 tandan / tahun | 3,5 – 13 kg / tandan |
8 – 16 tahun | 10 – 15 tandan / tahun | 14 – 24 kg / tandan |
> 16 tandan | 4 – 8 tandan / tahun | 25 – 35 kg / tandan |
E. LINGKUNGAN TUMBUH
No | Description |
S1
|
S2
|
S3
|
N1
|
1
|
Letak& tinggi tempat
|
0 – 400
|
0 – 400
|
0 – 400
|
0 – 400
|
2 | Bentuk wilayah : - Topografi - Lereng - Penggenangan - Drainase |
Datar berombak
0 – 15
Tidak ada
Baik
|
Bergelombang
16 – 25
Tidak ada
Sedang
|
Berbukit
25 – 36
Tidak ada
Agak terhambat
|
Curam
>36
Sedikit
Terhambat
-
|
3 | Tanah Kedalaman/solum - Bahan organik - Tekstur - Batuan Penghambat % - Kedalaman air tnh - Ph |
> 80 cm
5 – 10 cm
Lempung,lemp
Liat,
< 3
> 80
5 – 6
|
80 cm
5 – 10 cm
Liat berpasir
Liat
3 – 15
60 – 80
4,5 – 5
|
60-80 cm
5 – 10 cm
Pasir,debu
Berlemp.
15 – 40
50 – 60
4 – 4,5
|
-
< 60 cm
< 5 cm
Liat berat,
Berpasir
> 40
40 – 50
|
4 | Iklim - Curah hujan - Defisit air - Temperatur (˚C) - Penyinaran (jam) - Kelembaban % - Angin - Bulan kering |
2000-2500
0 – 150
22 – 26
6
80
Sedang
0
|
1800 – 2000
150 – 250
22 – 26
6
80
Sedang
0 - 1
|
1500-1800
250-400
22- 26
6
80
Sedang
2 – 3
|
< 1500
> 400
22-26
< 6
80
Kencang
3
|
F. PRODUKTIFITAS
Umur (Thn) | Kelas lahan S1 | Kelas lahan S2 | Kelas lahan S3 | ||||||
T | RBT | TBS | T | RBT | TBS | T | RBT | TBS | |
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 | 22 19 19 16 16 15 14 13 12 12 11 10 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 | 3,2 6,0 7,5 10,0 12,5 15,1 17,0 18,5 19,6 20,5 21,1 22,5 23,0 24.5 25,0 26,0 27,5 28,5 29,0 30,0 30,5 31,9 32,4 | 9 15 18 21 26 30 31 31 31 31 31 30 28 27 26 25 24 23 22 20 19 18 17 | 18 18 17 15 15 15 13 12 12 11 11 10 9 8 8 7 7 6 6 5 5 4 4 | 3,0 6,0 7,0 9,4 11,8 13,2 16,5 17,5 18,5 19,5 20,0 21,8 23,0 23,1 24,1 25,2 26,4 27,8 28,6 29,4 30,1 31,0 32,0 | 7 14 16 18 23 26 28 28 28 28 28 27 26 25 25 24 22 22 22 19 18 17 16 | 17 17 16 15 15 15 13 12 12 11 10 10 9 8 7 7 6 5 5 5 4 4 4 | 3 5 7 8,5 11,1 13,0 15,5 16,0 17,0 18,5 20,0 21,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 27,0 27,0 28,0 29,0 30,0 34,0 | 7 12 14 17 22 25 26 26 26 26 26 25 24 24 22 21 20 19 18 17 16 15 14 |
Rata2 | 11 | 21 | 24 | 10 | 20 | 22 | 10 | 19 | 20 |
T = Jumlah tandan/phn/tahun RBT = Rata – rata berat tandan
TBS = Tandan TBS/Ha/tahun

Random check tentang sawit dapat di download di sini
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar