Pengolahan tanah
pada areal peremajaan kelapa sawit akan lebih rasional jika
mempertimbangkan sifat tanah pada tingkat klasifikasi macam tanah.
Tingkat kegemburan atau kekerasan tanah ternyata dapat menentukan
intensitas pengolahan tanan. Tanah yang berasal dari bahan volkanis baik
yang bersifat in-situ ataupun aluviumnya, umumnya membentuk tanah yang
gembur sampai agak teguh dengan tingkat kekerasan tanah berkisar 1,25 -
2,50 kg/cm2. Penelitian terhadap 15 macam tanah yang ditemukan di areal
kelapa sawit di Indonesia menunjukkan bahwa potensi pengerasan tanah
adalah berbeda-beda tergantung pada macam tanahnya. Tingginya kandungan
bahan organik ( > 1% kandungan carbon dan kapasitas tukar kation
nyata ( > 16 me/lOOg liat), ternyata memlegang peranan penting dalam
mengurangi degradasi sifat fisik tanah. Pengolahan tanah secara intensif
sangat ditekankan terhadap tanah-tanah yang berasal dari formasi
tersier, terutama pada tanah-tanah Typic Paleudult dan Typic
Plinthudult. Tanah dari formasi tersier yang sebagian besar berada di
wilayah pengembangan, memiliki penyebaran + 41% dari seluruh areal
kelapa sawit.
Tanpa Olah Tanah (TOT) hanya disarankan pada
tanah-tanah yang berasal dari bahan volkanis seperti Aquic Hapludand,
Typic Dys -tropept, sebagian Typic Hapludult dan Eutric Tropofluvent.
TOT dalam hal ini meliputi pemberantasan gulma secara kimiawi disertai
dengan olah tanah manual seperlunya untuk penanaman penuntup tanah
kacangan
Keadaan Lahan
a. Ketinggian Tempat
Tanaman kelapa
sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketimggian tempat 1000 meter diatas
permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas
optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian 400m
dpl.
b. Topografi
Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang
memiliki kemiringan lereng 0-12o atau 21%. Lahan yang kemiringannya
13o-25o masih bisa ditanami kelapa sawit, twtapi petumbuhannya kurang
baik. Untuk lahan yang kemiringannya lebih dari 25o sebaiknya tidak
dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan
beresiko terjadi erosi.
c. Drainase
Tanah yang sering
mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena
akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek dapat
menghambat kelancaran penyerapan unsure hara dan proses nitrifikasi akan
terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsure nitrogen (N). karena
itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit
harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang.
d. Tanah
Kelapa
sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti tanah podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, dan alluvial. Tanah
gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan gambutnya
tidak lebih dari satu metter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang
perlu di perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut1. Sifat Fisik Tanah
Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur lempung
berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih
dari 75 cm; dan berstruktur kuat.
2 . Sifat Kimia Tanah
Tanaman
kelapa sawit membutuhkan unsure hara dalam jumlah besar untuk
pertumbuhan vegetatif dan generatif. Untuk mendapatkan produksi yang
tinggi dibutuhkan kandungan unsure hara yang tinggi juga. Selain itu, pH
tanah sebaiknya bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan
ber pH optimum 5,0-5,5.
Keadaan Iklim
Keadaan iklim sangat
mempengaruhi proses fisiologio tanaman, seperti proses asimilasi,
pembentukan bunga, dan pembuahan. Sinar matahari dan hujjan dapat
menstimulasi pembentukan bunga kelapa sawit.
Jumlah curah hujan dan
lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi
kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah
2.000-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah
penyinaran rata rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari.
Temperature sebaiknya 22-23o. keasaan angina tidak terlalu berpengaruh
karenaan kelapa sawit lebih tahan terhadap angina kencang di bandingkan
tanaman lainnya.
Bulan kering yang tegas dan berturut turut selama
beberapa bulan bisa mempengaruhi pembentukan bunga (baik jantan maupun
seks rasionya) untuk 2 tahun berikutnya.
Metode Pembukaan Lahan
• Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah yang memiliki topografi yang berbeda-beda
o bekas hutan
o daerah bekas alang-alang, atau
o bekas perkebunan
• Yang perlu diperhatikan
o tetap terjaganya lapisan olah tanah
o urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya
• identifikasi vegetasi
• ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual – mekanis atau secara mekanis
Metode Pembukaan Lahan
• pada daerah alang-alang:
o mekanis membajak dan menggaru
o khemis menyemprot alang-alang dengan racun antara lain Dalapon atau Glyphospate
• konversi : membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain
•
pembukaan lahan tanpa bakar cara membakar hutan dilarang oleh
pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995,
tentang pelarangan membakar hutan
METODE PEMBAKARAN LAHAN
• Sejarah perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejarah deforestasi.
• Praktek pembersihan lahan :
o Jutaan hektar hutan di buka dan diambil kayunya.
o
Pohon-pohon yang kecil beserta ilalang kemudian dibakar sehingga
menimbulkan kebakaran api sarana yang paling cepat & murah.
• Penegakan hukum lemah puluhan perusahaan menggunakan api untuk melakukan pembersihan lahan termasuk peningkatan pH tanah
o
Pada tahun 2001, Manager PT Adei Plantation berkebangsaan Malaysia
dihukum 2 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Kampar tahun 2001 karena
terbukti memerintahkan pembakaran lahan untuk menaikkan ph tanah menjadi
5- 6 agar dapat ditanami kelapa sawit
alasan menggunakan metode pembukaan lahan tanpa bakar :
• mempertahankan kesuburan tanah,
• menjamin pengembalian unsur hara,
• mencegah erosi permukaan tanah, dan
• membantu pelestarian lingkungan.
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
• Sebelum konversi
o
tingginya intensitas hujan di wilayah tropis diimbangi dengan penutupan
hutan alam yang begitu luas mengendalikan terjadinya banjir, erosi,
sedimentasi dan tanah longsor
o gudang sumberdaya genetik dan pendukung ekosistem kehidupan
o
pepohonan pada hutan alam menghasilkan serasah yang cukup tinggi
meningkatkan kandungan bahan organik lantai hutan lantai hutan
memiliki kapasitas peresapan air (infiltrasi) yang jauh lebih tinggi
dibandingkan penutupan lahan non-hutan.
o tebalnya lapisan serasah meningkatkan aktifitas biologi tanah
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o siklus hidup/pergantian perakaran pohon (tree root turnover) yang amat dinamis dalam jangka waktu
yang
lama tanah hutan memiliki banyak poripori berukuran besar
(macroporosity) tanah hutan memiliki laju penyerapan air/pengisian air
tanah (perkolasi) yang jauh lebih tinggi
o stratifikasi hutan alam
(bervariasinya umur dan ketinggian tajuk hutan), tingginya serasah dan
tumbuhan bawah pada hutan alam penutupan lahan secara ganda efektif
mengendalikan erosivitas hujan (daya rusak hujan), aliran permukaan dan
erosi
o sisi bentang lahan (landscape) penggunaan lahan yang paling aman secara ekologis
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o
sangat sedikit sekali ditemukan jalan-jalan setapak, tidak ada saluran
Irigasi & jalan berukuran besar yang diperkeras pada saat hujan
besar berperan sebagai saluran drainase.
o biomasa hutan yang tidak beraturan filter pergerakan air dan sedimen.
o dalam hutan alam tidak dilakukan pengolahan tanah yang membuat lahan lebih peka terhadap erosi.
o hutan dalam kondisi yang tidak terganggu lebih tahan terhadap kekeringan tidak mudah terbakar.
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
• Sesudah konversi
o
merusak habitat hutan alam menghancurkan seluruh kekayaan hayati
hutan yang tidak ternilai harga dan manfaatnya mengubah landscape
hutan alam secara total.
o kerusakan seluruh ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) jika tidak dilakukan dengan baik
o meningkatnya aliran permukaan (surface runoff), tanah longsor,erosi dan sedimentasi
o semakin parah, apabila pembersihan lahan (setelah kayunya ditebang) dilakukan dengan cara pembakaran
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o
Rumput dan tumbuhan bawah secara menerus akan dibersihkan, karena akan
berperan sebagai gulma tanaman pokok. Dilain pihak, rumput dan tumbuhan
bawah ini justru berperan sangat penting untuk mengendalikan laju erosi
dan aliran permukaan.
o Keberadaan pepohonan yang tanpa diimbangi oleh pembentukan serasah dan tumbuhan bawah meningkatkan laju erosi permukaan
o
Pembangunan perkebunan memerlukan pembangunan jalan, dari jalan utama
hingga jalan inspeksi, serta pembangunan infrastruktur (perkantoran,
perumahan), termasuk saluran drainase. Kondisi ini apabila tidak
dilakukan dengan baik (biasanya memang demikian) semakin cepatnya air
hujan mengalir menuju ke hilir peresapan air menjadi terbatas dan
peluang terjadinya banjir dan tanah longsor akan meningkat
Dampak konversi hutan alam menjadi kebun kelapa sawit
o
pohon kelapa sawit sebagai pohon yang cepat tumbuh (fast growing
species) dikenal sebagai pohon yang rakus air, artinya pohon ini
memiliki laju evapotranspirasi (penguap-keringatan) yang tinggi. Setiap
pohon kelapa sawit memerlukan 20 – 30 liter air setiap harinya
mengurangi ketersediaan air khususnya di musim kemarau
Dampak negatif
terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya
pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan
hutan konversi, melainkan juga dibangun pada kawasan hutan produksi,
hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem
yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi
(Manurung, 2000; Potter and Lee, 1998).
SOLUSI
• pemerintah daerah
perlu ekstra hati-hati dalam menerbitkan ijin konversi hutan alam
menjadi perkebunan kelapa sawit rujukan utama dalam pengambilan
keputusan: Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. S.599/Menhut-VII/2005
tertanggal 12 Oktober 2005 tentang Penghentian/Penangguhan Pelepasan
Kawasan
• pemerintah perlu memberikan sanksi yang tegas dan jelas
terhadap pihak pelaku kegiatan konversi hutan yang tidak bertanggung
jawab
• menghentikan konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit mengganti hutan alam dengan lahan kritis/terlantar
• perencanaan tata ruang yang tepat dan perencanaan praktik-praktik perkebunan yang lestari dan bertanggung jawab
Penanaman Kelapa Sawit
1) Persiapan lahan
Tanaman
kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan : bekas hutan (bukaan
baru, new planting), bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi),
bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting).
Pembukaan
lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari
beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan
kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b)
merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk
memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan
dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin,
setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.
Pembukaan
lahan secara mekanis pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan,
yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b)
meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20
cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium
arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang;
c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan,
batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan swetelah kering
lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang
harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah
daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes)
atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).
2) Pengajiran ( memancang)
Maksud
pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa
sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat
letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di
daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga
sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan system segi tiga sama
sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak
untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar
adalah 143 pohon.
3) Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman
dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x
dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah
atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan
lubang.
4) Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
-
Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan
secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak
250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan
lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke
dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top
soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara
berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri
tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga
permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang
selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan
tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Senin, 19 Januari 2015
Pembukaan lahan


0 komentar:
Posting Komentar