MORFOLOGI DAN
BIOLOGI KELAPA SAWIT
Nama latin dari kelapa sawit adalah Elaeis guineensis Jacq.
Elaeis berasal dari kata Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani dan
Guineensis berasal dari kata Guinea yaitu pantai Barat Afrika. Jacq berasal
dari nama ahli botani (botanist) Amerika bernama Jacquin.
Berdasarkan Taksonomi, kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyita
Sub Divisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Varietas dari kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai
hal, yaitu berdasarkan tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan
lain-lain.
1. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Berdasarkan warna kulit buah, spesies Elaeis guineensis Jacq dibedakan menjadi
3 Varietas, sebagai berikut :
• Nigrescens Buahnya berwarna violet sampai hitam waktu masih muda dan menjadi
merah kuning (orange) sesudah matang.
• Virescens Buahnya berwarna hijau waktu masih muda dan menjadi merah kuning
(orange) sesudah matang.
• Albescens Buah muda berwarna kuning pucat (keputih-putihan), tembus cahaya
karena mengandung sedikit karotein dan tetap menjadi kekuning-kuningan sesudah
matang dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
2. Varietas Berdasarkan Ketebalan Cangkang dan Daging Buah
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang (tempurung) dan daging buah (mesocarp),
spesies Elaeis guineensis jacq dapat dibedakan menjadi 3 Varietas, yaitu :
• Dura Buah dengan cangkang cukup tebal antara 2,0 – 5,0 mm dan tidak terdapat
lingkaran pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis dengan
perbandingan daging buah terhadap buah antara 20% - 65%. Sedangkan kernel
berukuran besar tetapi kandungan minyaknya rendah.
• Pisifera Buah dengan cangkang tipis (bahkan hampir tidak ada) sedangkan
daging buahnya tebal. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi.
Kernel berukuran kecil dengan kandungan minyak yang rendah. Jenis Pisifera
tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini
dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase
dini.
• Tenera Buah yang memiliki sifat-sifat yang berasal dari Dura dan Pisifera.
Cangkang tipis dengan ketebalan antara 1,0 – 2,5 mm dan terdapat lingkaran
sabut disekelilingnya. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi
antara 60% - 90%. Tandan buah yang dihasilkan Varietas Tenera lebih banyak
daripada Varietas Dura dan Pisifera tetapi ukuran tandanya relatif lebih kecil.
3. Bagian Dari Tanaman
3.1. Daun
Daun terdiri dari :
a. Kumpulan anak daun (leaf lets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang
anak daun (midrib)
b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat,
c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang,
d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan
memberi kekuatan pada batang.
Daun dihasilkan dalam urutan yang teratur. Daun termuda yang sudah mengembang
sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun yang
masih terbungkus seludang (pupus daun atau spear leaf) dinamakan daun nomor
negatif (-1, -2, dan seterusnya). Daun yang bernomor sama pasti berada pada
fase fisiologis yang sama dalam proses inisiasi sampai senescence.
3.2. Batang
Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15
tahun. Setelah itu bekas pelepah daun mulai rontok, biasanya mulai dari bagian
tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Batang kelapa sawit tua
biasanya sudah tidak ada lagi bekas tangkai pelepah daun tua kecuali sedikit di
bawah tajuknya.
Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu:
a. Sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah,
b. Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke
atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah.
c. Kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan.
3.3. Akar
Fungsi akar adalah :
a. Menunjang struktur batang diatas tanah,
b. Menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah,
c. Sebagai salah satu alat respirasi.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar
primer, sekunder, tersier dan kuartener.
• Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan
menyebar secara horisontal dan menghujam ke tanah dengan sudut beragam,
• Akar sekunder berdiameter 2-4 mm,
• Akar tersier berdiameter 0,1-0,3 mm, panjang hanya 1-4 mm dan tidak
berlignin.
Secara umum sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan
permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga bisa menjelajah lebih
dalam.
3.4. Bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan
dan betina terdapat satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun
demikian kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan
(hermaprodit).
Bunga muncul dari ketiak daun dan setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu
infloresen (bunga majemuk). Beberapa bakal infloresen biasanya gugur pada
fase-fase awal perkembangan, sehingga pada individu terlihat beberapa ketiak
daun tidak menghasilkan infloresen.
3.5. Buah
Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai drupe, terdiri dari
pericarp yang terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp (yang secara salah
kaprah disebut (pericarp), dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4
inti/kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang
padat dan sebuah embrio.
Minyak dalam mesocarp mulai disintesis pada periode 120 hari setelah anthesis
(hsa) dan mulai berhenti pada saat buah terlepas dari tangkainya (memberondol).
Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen dapat
diabaikan karena jumlahnya kecil sekali. Yang lebih perlu diperhatikan adalah
naiknya kandungan asam lemak bebas (FFA = Free Fatty Acid) pada tandan buah
yang sempat menginap di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) atau loading ramp pabrik.
Memberondolnya buah secara normal terjadi pada 150 – 155 hsa (dengan selang
tertentu; secara individual berkisar antara 120 – 200 hsa). Semua buah akan
memberondol dari tandan buah dalam waktu 2-4 minggu atau sedikit lebih lama
pada tandan buah yang besar.
Kriteria kematangan buah yang umum berlaku adalah 2 berondolan per kg tandan
buah segar (TBS/FFB = Fresh Fruit Bunch).
Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
1.
A. Nama lain dari
tanaman kelapa sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia di pelopori oleh Adrien Hallet,
berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di
Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh
beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah
Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai
Huilleries de Sumatra – RCMA, dan di sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij.
B. Gambaran Umum Kelapa Sawit
Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan
monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit
terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan
panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus
berkembang.Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh
vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan
bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang
ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman
perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara
horizontal.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki
batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling)
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia
(ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di
dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.Di batang
tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh
dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga
batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
c. Daun
Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond)
yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk
dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage
leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah
setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun
d. Bunga dan buah
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga
tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina.
Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat.
Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination).
Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon
yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau
serangga penyerbuk.Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang
licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan
serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau
cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm)
yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo).
Lembaga (embryo) yang keluar dari
kulit biji akan berkembang ke dua arah.
1.
Arah tegak lurus ke atas (fototropy),
disebut dengan plumula yang selanjutnya akan menjadi batang
dan daun
2.
Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy)
disebut dengan radicula yang selanjutnya akan menjadi akar.
Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar
1 cm. Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikula-hipokotil dan
seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit
kelapa sawit memerlukan waktu 3 bulan untuk memantapkan dirinya sebagai
organisme yang mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam
tanah.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin
tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan
setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah
mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
e. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki
ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan
bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji
dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata
memiliki bobot 2 gram per biji.Biji kelapa sawit umumnya memiliki
periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari
6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih
cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit
memerlukan pre-treatment.
Jenis Kelapa Sawit.
Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa
sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1.
Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm),
daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.
2.
Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3
mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
3.
Pisifera memiliki cangkang yang sangat
tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi
(lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga
jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
1.
C. Klasifikasi dan
Morfologi
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam
sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub – Famili : Cocoidae
Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq
(Kelapa sawit Afrika)
2. Elaeis melanococca atau Corozo
oleifera (kelapasawit
Amerika Latin)
Varietas/Tipe : Digolongkan berdasarkan :
1.
Tebal tipisnya cangkang (endocarp) :
dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.
2.
Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu
Nigrescens, Virescens, dan Albescens
3.
D. Syarat Tumbuh
Kelapa sawit semula merupakan tanaman
yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit
memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi
secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan
kelapa sawit, di samping faktor – faktor lainnya seperti sifat genetika,
perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah
tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara
dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum
adalah sebagai berikut :
1. Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 –
4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun,
dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan
yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan
vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau
buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu
tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu
kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi,
pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi.
Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan
Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 – 4.000 mm per tahun, dengan musim
kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun
yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian
mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga
diperoleh hasil buah yang tinggi.
Di jawa, tanaman kelapa sawit berkembang di daerah
Banten Selatan yang iklimnya relatif cukup basah. Sedangkan di Indonesia bagian
timur, misalnya di Kalimantan Timur, yang musim kemaraunya tegas dan
berlangsung selama 4-5 bulan seringkali menyebabkan kerusakan bahkan kematian
pada tanaman kelapa sawit.
Keadaan curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per
tahun tidak berarti kurang baik bagi pertumbuhan kelapa sawit, asal tidak
terjadi defisit air yaitu tidak tercapainya jumlah curah hujan minimum yang
2. Suhu dan Tinggi Tempat
3. Kelembapan dan Penyinaran Matahari
Sifat Kimia Tanah
Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam
jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk
mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi
juga. Selain itu, pH tanah sebaiknya bereaksi asam dengan kisaran nilai 4,0 –
6,0 dan ber – pH optimum 5,0 – 5,5.
1.
E. Teknologi
perbanyakan Tanaman
Teknologi perbanyakan tanaman yang dapat dilakukan
pada tanaman kelapa sawit adalah dengan kultur jaringan dan pembibitan untuk
perbanyakan secara konvensional.
Pembiakan Secara Kultur Jaringan
Pada pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman
kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara
kultur jaringan (tissue culture). Pengembangan kelapa sawit sistem
kultur jaringan dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan
tanaman kelapa sawit yang berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman
dalam produksi, kualitas minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap
hama – penyakit. Bibit kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur
jaringan ini disebut dengan klon kelapa sawit.
Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan
menggunakan bahan pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara
Deli Dura dan Pisifera yang memiliki sifat – sifat unggul, yakni produksinya
tinggi, pertumbuhan vegetatif seragam, kualitas minyak baik, dan toleran
terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur
jaringan di antaranya adalah sebagai berikut :
·
Pembiakan suatu varietas unggul melalui
sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat, tidak terlalu tergantung pada
musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi bibit yang terkendali.
·
Pengendalian sistem produk (bibit klon)
secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang dihasilkan seragam.
·
Penyimpanan plasma nutfah untuk tujuan
produksi dan bank gen dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
·
Perbanyakan pohon yang toleran terhadap
beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat dilakukan secara mudah, misalnya
penyakit crown disease, genetic orange spotting, dsb.
·
Program pemuliaan dapat dipersingkat
karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan langsung dapat diperbanyak secara
vegetatif.
Proses atau langkah – langkah pembiakan kelapa sawit
dengan sistem kultur jaringan secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Bahan Kultur jaringan
Bahan kultur jaringan menggunakan pohon induk yang
dipilih dari hasil persilangan pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas
Deli Dura X Pisifera. Kriteria pemilihan pohon induk yang akan digunakan
sebagai sel-sel pembiakan atau ortetadalah sebagai berikut :
1). Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton
minyak sawit/hektar/tahun dan pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 –
11 ton minyak/hektar/tahun.
2). Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
3). Bebas penyakit tajuk (crown disease).
4). Peninggian pohon berkisar antara 40 – 55 cm per
tahun.
b. Media
Media untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak
adalah komponen yang tersusun dari senyawa kimia yang mampu mendukung
perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media tumbuh ini terdiri atas unsur –
unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral, dan hormon pada dosis
tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi perkembangan jaringan.
c. Metode
Seperti telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan
tanaman melalui kultur jaringan dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever)
atau teknologi perancis (CIRAD – CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang
dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah metode CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui
lima tahap kegiatan sebagai berikut.
1.
Induksi Kalus
Bahan biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda
(daun ke – 4, ke – 5, ke – 6 atau ke – 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit
tersebut diiris melintang berukuran 1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh
sebanyak 1.200 bahan biakan atau eksplan.
1.
Pembentukan Embrio
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari
kalus berbeda – beda, tergantung pada klon yang digunakan.
1.
Pembiakan Embrio
Embrio muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan
sekaligus perbanyakannnya. Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang pembiakan
dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux suhu 270C dan kelembaban
udara 50% – 60%. Pematangan embrio membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan
pembiakan embrio dari setiap klon berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan
jenis persilangan. Pada embrio yang sudah matang (mature) dapat
ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat sebagai stock atau koleksi dalam tabung
penyimpanan dengan teknik krioperservasi.
1.
Penumbuhan Pupus
Embrio yang terpilih untuk penumbuhan pupus
dipindahkan ke dalam media baru, dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan
intensitas cahaya 1.000 gross lux, suhu 300C, dan kelembaban 50 –
60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 – 4 bulan.
1.
Penumbuhan Akar
Pupus yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk
penumbuhan akar. Pupus yang mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari
kelompoknya dan dimasukkan ke dalam media induksi akar. Pupus yang masih
berukuran kecil dipelihara kembali dalam media penumbuhan pupus
Pembiakan Secara Pembibitan
Pembibitan klon meliputi pembibitan awal (pre
nursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama (main nursery) selama 9
bulan. Sebelum pembibitan awal dilakukan, planlet (tanaman baru) perlu melewati
fase aklimatisasi, yaitu proses adaptasi planlet dari kondisi laboratorium
menjadi kondisi lingkungan alami di luar.
.F. Persemaian dan Pembibitan
Pembibitan
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan
dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses
pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut.
1.
Tangkai tandan buah dilepaskan dari
spikeletnya.
2.
Tandan buah diperam selama 3 hari dan
sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3
hari.
3.
Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk
memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air
selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi
dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan.
4.
Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke
dalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC
dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan
selama 3 menit.
5.
Setelah 60 hari, rendam benih dalam air
sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam
larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit. Simpan benih di ruangan
bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah pada
hari ke-30 tidak digunakan lagi.
1.
G. Persiapan Lahan
Tanaman Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai
kondisi areal sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan
kelapa sawit. Cara membuka untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan
kondisi lahan yang tersedia.
1.
Bukaan baru (new planting) pada
hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.
2.
Konversi, yaitu penanaman pada areal
yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa atau
komoditas tanaman perkebunan lainnya.
3.
Bukaan ulangan (replanting),
yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit.
Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting
dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan.
Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat
dilakukan sekaligus atau secara bertahap. Namun, yang terpenting adalah keadaan
kebun sudah siap dipanen dan dapat memasok buah yang akan diolah ketika pabrik
sudah siap berproduksi.
Pembukaan Lahan Secara Mekanis
Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal
hutan dan konversi yang ditumbuhi oleh pohon – pohon besar. Pembukaan lahan
secara mekanis ini terdiri dari beberapa pekerjaan sebagai berikut : Babad
pendahuluan, yaitu membabad dan memotong pohon –kecil atau semak – semak
yang tumbuh dibawah pohon besar, Menumbang, memotong pohon – pohon
besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan gergaji mesin atau
kapak, Merencek, memotong – motong cabang – cabang dan ranting –
ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan, Merumpuk yaitu
mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang arah
utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar yaitu
membakar rumpukan agar area bersih dari bahan – bahan yang tidak diperlukan.
H. Penanaman dan Penyulaman
Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman
adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir
tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa
sawit.
1. Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan)
tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan
ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan
ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga
terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap
individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang
sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk
tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.
Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah
segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama
sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap
tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m
dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar.
Untuk mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan
oleh pekerja yang terlatih.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum
penanaman agar tanah yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim
sehingga terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat
dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya.
Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum
tanam tidak dianjurkan.
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan
ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40
cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah
di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang
telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang.
Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras
melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari
sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya
dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras
kolektif.
3. Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan
bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di
setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan
areal yang sudah ditanami.
4. Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan
pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume
cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara
kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah.
Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat –
sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi,
mempertahankan kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu (gulma).
Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah
pembukaan lahan selesai dilaksanakan.
Jenis – jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum
ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium
mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens,
Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis.
1.
I. Penyiangan
(pengendalian gulma)
Upaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan
menanami tanah di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang
penutup tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Bila
pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam gulma
dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu (menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok,
menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor dan lembab. Pengendalian gulma pada
tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya saingan terhadap
tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya
hama dan penyakit tertentu.
Secara garis besar jenis – jenis gulma yang dijumpai
pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi :
1.
Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap
tanaman pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung
rambat (Mikania cordata dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens),
teki (Cyperus rotundus), serta beberapa tumbuhan berkayu
diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum syn. Chromolaena
odorata), harendong (Melastoma malabtrichum), dan tembelekan (Lantana
camara)
2.
Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman
kelapa sawit dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi
tanah, kendati demikian pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk gulma
lunak misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides), rumput kipahit (Paspalum
conjugatum), pakis (Nephrolepis biserata), dan sebagainya.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain sebagai berikut :
1.
Pengendalian gulma
secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya
dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya.
2.
Pengendalian gulma
secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan
herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.
3.
Pengendalian Secara
kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan tanaman penutup tanah jenis kacangan.
1.
J. Pemupukan
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur –
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat,
sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Dengan analisis
tanah dan daun, maka ketersediaan unsur – unsur hara di dalam tanah pada saat
itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat
diketahui juga. Berdasarkan hasil analisis dapat ditentukan kebutuhan tanaman
terhadap jenis – jenis unsur hara secara lebih tepat, sehingga dapat ditetapkan
dosis pemupukan yang harus diaplikasikan.
Tabel 25. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan
Unsur Tanaman.
Jenis Pupuk
|
Dosis (Kg/Pokok/Tahun) *)
|
Umur Tanaman
|
5 – 5
|
6 – 12
|
>12
|
Sulphate of Amonia
(ZA)
|
1,0 – 2,0
|
2,0 – 3,0
|
1,5 – 3,0
|
Rock Phosphate (RP)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,0
|
Muriate of Potash
(KCl)
|
0,4 – 1,0
|
1,5 – 3,0
|
1,5 – 2,0
|
Kieserite (MgSO4)
|
0,5 – 1,0
|
1,0 – 2,0
|
0,5 – 1,5
|
*) Keterangan :
Pupuk N, K, dan Mg diberikan dua kali aplikasi, pupuk
P diberikan satu kali aplikasi, dan pupuk B (bila diperlukan) diberikan dua
kali aplikasi per tahun (salah satu contoh dosis B adalah 0,05 – 0,1 Kg per
pohon per tahun)
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar
pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut,
pemberian pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
·
Pupuk N ditaburkan secara merata pada
piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir luar piringan.
·
Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata
dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di
luar piringan)
·
Pupuk B ditaburkan secara merata pada
jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok
Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali
dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan
yaitu bulan Maret – April dan pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim
hujan yaitu bulan September – Oktober.
1.
K. Pemangkasan
Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah
pembuangan daun – daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit,
pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud
mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari
pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan pemangkasan adalah sebagai berikut
:
·
Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar
tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami
·
Mengurangi penghalangan pembesaran buah
dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun.
·
Membantu dan memudahkan pada waktu panen
·
Mengurangi perkembangan epifir
·
Agar proses metabolisme tanaman berjalan
lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi.
–
1.
L. Pengendalian Hama
dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama
dan penyakit tanaman sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan
penyakit dapat merusak bibit, tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun
tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Beberapa jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian
yang besar pada bibit, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM). Oleh karena itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit
perlu dilaksanakan secara baik dan benar.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan
secara manual, kimia, atau biologis sesuai dengan hama dan penyakit yang
menyerang. Selain serangan hama yang tergolong jenis serangga, bibit dan
tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar jenis mamalia terutama bila
kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang sebelumnya berupa hutan, baik hutan
primer maupun hutan sekunder.
a. Hama
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit
biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak
tandan buah.
a.1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah
nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan nematoda ini
dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman
kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah
pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi
tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian
mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan
buah.
a.2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman
kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada
tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago)
masuk kedaerah titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal
pelepah daun muda yang masih lunak.
Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada
upaya pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan
mengurangi kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan
cara sebagai berikut :
ü membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati,
agar larva hama terbakar dan mati
ü mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup
tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang
hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun
ü Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang
diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan
ulangan)
b. Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman
muda dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini
kadang – kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian Hama ulat setora dapat
dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat
dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu
lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak
kokoh yaitu lalat Tachinidae
c. Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun
kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula menyerang daun
pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan
dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian ulat Darma trima dapat
dilaksanakan secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan
dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian
secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu
lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara
kimia.
d. Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit
terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama
ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di
sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara kimia dapat
menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan
memanfaatkan musuh alami.
b. Penyakit
a. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur
2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini
tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang
terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.
b. Basal Steam Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma sp.
Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat
yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan
mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak
pembentukan buah. Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.
M. Panen dan Pengolahan Hasil Panen
Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah
setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah
penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat
buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu
matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah
yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen
yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan
sistem panen serta mutu panen.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari
pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang
perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan
sistem panen, serta mutu panen.
1. Kriteria matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat
membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen
ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas
atau free fatty acid(ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria
umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman
dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan
tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20
butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.
2. Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang
umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang
tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman
dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat
kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m
dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan,
sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur
rapi di tengah gawangan
3.Persiapan panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat
berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan
jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan
peralatan yang akan digunakan.